09| Trust

4.8K 687 107
                                    

Jalanan sedikit basah sampai-sampai ban taxi yang bergesekan dengan aspal memperdengarkan suara yang khas. Awan bulan november baru saja menjatuhkan hujan di sore hari. Langit di atas kepala masih kelabu, Seokjin memperhatikannya setelah turun dari taxi yang tepat berhenti di depan kedainya, berjaga-jaga siapa tau hujan turun lagi.

Han Seokjin baru saja tiba dari Jepang, tidak lama-lama, hanya sepuluh hari untuk mengurus ijin pembangunan tempat bisnis, dan harus kembali untuk persiapan menu ramen baru untuk bulan desember mendatang. Semuanya berjalan dengan baik. Menjauh dari Seoul memang diperlukan untuk beberapa saat. Perlahan tentang Hara terlupakan walau gadis itu masih sering menghubunginya. Sama sekali tak terlintas di benak Seokjin untuk membalas pesan ataupun panggilan dari Lee Hara, entah apa yang gadis itu mau.

Seokjin merasa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang kurang. Entah apa, yang jelas bukan Lee Hara. Seokjin tau benar. Ponsel Seokjin di saku coat panjangnya bergetar bersamaan dengan gerakan pria itu yang menarik tangan setelah membayar tagihan taxi.

"Tidak pulang dulu? Memangnya tidak rindu dengan, ibu?" Suara ibunya terdengar dari balik ponsel.

"Aku melewatkan banyak hari untuk berada di dapur. Aku akan pulang setelah itu, ibu."

Hubungan Seokjin dan Ibunya juga sudah baik-baik saja. Betapa senangnya Nyonya Han ketika mendengar Seokjin putus dengan Hara. Sudah wanita itu bilang jika Lee Hara itu buruk untuk putranya.

"Iya, ibu. Sampai jumpa."

Seokjin menurunkan ponselnya, bersamaan dengan itu pandangannya jatuh sepatu pantofelnya yang menginjak trotoar. Pandangannya terangkat lagi ke arah seberang, semuanya nampak lebih jelas ketika mobil taxi yang ditumpangi lenyap dari depan kedainya. Tak ada yang menghalangi pandangannya lagi.

Satu hal, satu hal yang membuat Seokjin penasaran. Apa yang sedang dirayakan di toko roti seberang sana? Mengapa banyak sekali anak-anak?

Seokjin bisa melihat jelas menerobos dari kaca bakery di seberang, meja di dalam bakery itu dipenuhi dengan anak-anak kecil. Di sisi yang lain ada lima anak kecil yang sedang mengantri-hampir berebutan menerima satu slice kue yang dipindahkan seorang gadis dengan beret hat ke satu piring kecil. Ada apron baby pink yang menyelingi sweater hitam turtle neck yang gadis itu kenakan.

"Jangan berebut, ayo berbaris. Yang menyalip akan dapat bagian terakhir."

Samar-samar Seokjin bisa mendengar suara gadis itu ketika ada seorang pelanggan wanita berambut kriting mendorong keluar pintu kaca bakery setelah menyelesaikan pesanan. Wanita itu menenteng paper bag berukuran sedang dengan label Choi Choice sambil melangkah menjauh dari pintu keluar.

Choi Youra.

Seokjin masih memperhatikannya sampai-sampai tak sadar langit sepenuhnya berubah menggelap. Tanpa paksaan bibirnya sedikit melengkung naik-hampir tak terlihat ketika menangkap Youra tertawa di seberang sana. Sampai akhirnya satu suara menyadarkannya.

"Chef Kim, kau tiba?" Pegawainya mendekat untuk membantu Seokjin membawa barang-barangnya masuk.

Seokjin belum sepenuhnya mengalihkan pandangan dari seberang saat itu.

"Kau tau apa yang sedang terjadi di seberang sana?" tanyanya kemudian setelah sibuk menerka-nerka.

"Penyambutan bulan baru. Bakery di seberang membagikan cuma-cuma hiasan etalase bulan ini agar bisa membuat hiasan etalase bulan desember yang akan datang," jawab pegawai laki-laki itu tanpa sedikit pun keraguan.

Ramyun Bakery [Seokjin]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora