10| Direstui

4.6K 746 111
                                    

"Apa kau akan menepati janjimu?"

Suara pria di seberang mengiringi sepanjang langkah Youra, nadanya sangat lembut, kemudian terkekeh kecil di akhir kalimatnya. Youra seakan bisa membayangkan bagaimana tampannya pria di seberang sana jika sedang terkekeh, kemudian mengingat kebiasaan pria itu yang terkekeh sambil menyisir rambutnya ke belakang. Pasti tampan.

"Memang aku pernah janji apa?" balas Youra yang juga tertawa kecil.

Youra baru saja menyelesaikan lari paginya-lebih tepat dikatakan lari pagi butanya. Sudah jadi kebiasaan untuk Youra sejak tinggal di Amerika, gadis itu akan bangun setengah lima pagi untuk berlari dan selesai di setengah tujuh pagi. Tak bohong jika suasana hatinya membaik setelah itu, udara di pagi buta membuat pikirannya dingin dan jernih.

"Aku tau kau pura-pura lupa. Biar aku ingatkan," ucap pria di seberang. Suaranya bahkan terdengar manis dan pantas untuk dirindu. "Acara ulangtahun kampus, kau berjanji akan selalu datang walau sudah kembali ke Korea," tambah pria itu lagi.

Youra melihat ke bawah, ke arah kakinya yang dibungkus sepatu sport putih bersih sambil mengulas senyum simpul. "Maunya sih begitu. Ternyata tidak semudah harapanku. Banyak sekali yang terjadi di toko, nanti aku coba pikirkan lagi."

"I think you have no choice, apalagi untuk pria sepertiku ya, kan? Semoga masalahnya cepat selesai. Good luck, Choi Youra."

Youra menarik napasnya dalam-dalam dan tak menjawab untuk beberapa saat. Udara segar bulan november cukup menenangkan di pagi hari, kemudian ucapan pria di seberang juga ikut menenangkan.

"Bukankah ini sudah larut malam di New York, Cho Jimin? Sebaiknya kau tidur," Youra membuka suara lagi, kali ini mengalihkan topik.

"Kau tau, aku akan mencoba untuk tetap terjaga agar bisa bicara denganmu. Kenapa juga harus ada perbedaan waktu di dunia ini."

Youra tertawa mendengar protes dari Cho Jimin di seberang sana. Sampai tak sadar jika kaki-kakinya sudah mengetuk di trotoar depan kedai.

"Aku sudah sampai kedai, terimakasi sudah menelpon. Aku tutup." Panggilan berakhir dengan pria di seberang kembali melontarkan kalimat penyemangat.

Youra sudah menurunkan ponselnya ke sisi tubuh, namun kembali mengangkatnya ketika merasakan getaran dari ponselnya. Sebuah pesan.

[Nanti jam 11 malam di kedai ramenku. Jangan lupa bawa yang aku minta. Harus tepat waktu, ya. Aku sibuk.]

Sebuah pesan yang berhasil mencuri ketenangan dalam diri Youra. Youra menggeram, kemudian berakhir dengan menarik napasnya dalam-dalam dan menghela, menahan dirinya. Setidaknya memang Seokjin yang akan membantunya. Youra benar-benar meminta bantuan Seokjin, bahkan sudah jalan hampir seminggu, malam nanti tepat hari ke tujuh gadis itu datang untuk meminta bantuan Han Seokjin.

🍜🍜🍜

Toko memang tidak ramai di siang hari, tidak ada yang makan roti atau penganan manis untuk makan siang, kecuali memang mau menjadikan penganan manis itu sebagai dissert. Paling orang-orang akan berkunjung untuk membeli chocolat chaud di siang hari untuk sekedar menghangatkan diri ketika suhu udara menurun. Kebanyakan yang membawa penganan manis dan chocolat chaud dari toko itu pulang atau dibawa menemani pekerjaan kantor.

Ramyun Bakery [Seokjin]Where stories live. Discover now