Cinta tak kenal harap

Start from the beginning
                                    

Bima menahan tangan Juna, "Eh, Lo bantuin gue bujuk Liyya Napa, malah ikut ikutan. Ngambek juga Lo?"

Juna menatap tangannya yang di cekal oleh Bima, lalu menghempaskan nya,  "IIH! GELI BANGSAT, DRAMATIS BANGET YE PEGANG- PEGANG TANGAN." Juna bergidik ngeri.

Bima menjitak kepala Juna, "Lo yang lebay itu mah.”

"Au ah, pokoknya gue bakalan tetep pulang, kalo Liyya sendiri ke bandara terus kenapa Napa Lo mau tanggung jawab hah?!"

Bima terpaku, benar juga apa yang di katakan Juna, apa lagi sekarang gadis itu terselimuti emosi.

Bima membuang nafas kasar, "yaudah, tapi Lo nanti coba bujuk dia ya."

Juna yang barusaja beres merapihkan barangnya, mendelikkan matanya, "iya- iya. Lo yang salah gue yang bujuk." ucapnya lalu berjalan pergi

"EH GUE MASIH BISA DENGER YA." teriak Bima

Juna mengacuhkannya dan berjalan menyusul Liyya ke kamarnya, namun dia tak ada di sana. Apa dia udah nunggu di luar?
Tanpa berpikir lama Juna berjalan menuruni anak tangga menyusul Liyya.

Saat Juna hendak berjalan menuju ruang tengah, matanya melihat seorang gadis cantik, yang mungkin itu gadis yang di maksud Liyya.

Saat dia hendak melewatinya, dia menoleh kearah perempuan cungkring itu, "DASAR LONTE!" tatapnya penuh dengan kemurkaan

Sedangkan yang di tatap dan di sumpah serapah, melontarkan tatapan polos dan ketidak mengertiannya. Mau semenyakitkan apapun kata-kata Juna, perempuan yang kini konon temannya Bima itu tidak akan mengerti. Mana ada orang Jerman ngerti apa itu lonte.

Si empu menatap Juna, "Was sagst du?"

Juna memutar bola matanya, So polos banget nih si Anabel gue gorok juga. Gumamnya. Bagaimana pun Juna tahu sedikit bahasa Jerman yang di katakan perempuan itu adalah "Apa yang kamu katakan?"

"Wie heißen Sie?" tanya Juna

"Oh mein Name ist Eartha, Und Sie?" Eartha mengulurkan tangannya

"Ich heiße Juna." jabat Juna

"Freut mich, dich kennenzulernen." Eartha tersenyum manis

Lu doang kali yang seneng ketemu cowok ganteng kaya gue, gue mah nggak sori ya. Eh tapi cantik juga kalo di liat-liat lumayan ni, lirihnya dalam hati.

Liyya sedang berdiri terpaku di depan rumah Bima, dia menunggu kedatangan si kutu kupret Juna tapi nihil dari tadi dia tak kelihatan batang hidungnya.

Liyya memutuskan untuk masuk ke dalam mencari Juna, namun pemandangan di depannya membuat ia ingin mencincang habis-habisan Juna. Bagaimana tidak, dirinya menunggu lama di luar tapi yang di tunggu malah enak-enakan sama perempuan bule itu.

Liyya berjalan menghampiri Juna, "EHEEEMMM...," mata Liyya melotot kearah Juna

"Hehehe,"

"Ayo ah!" Liyya menarik lengan Juna

"Dah Eartha, muachh," Juna memanyunkan bibirnya sambil melambaikan tangan.

Eartha yang mendapat perlakuan begitu, hanya tersenyum manis kearahnya.


🌳🌳🌳


Liyya dan Juna kini tengah terduduk di sebuah taksi. Keduanya saling membisu, Liyya yang masih setia dengan sakit hati dan kecewanya, sedangan Juna masih setia dengan keheranan antara dua sejoli itu.

"Bener kata Lo Jun, Bima nggak seperti yang gue pikirin," Liyya menoleh kearah Juna

Juna melihat manik mata sahabatnya itu, lalu tersenyum, "yaudah biarin aja, Lo itu cantik. Banyak yang mau sama Lo, bukan si Bima aja,"

"Tapi gue maunya Bima, Jun. Gaada yang sama kaya dia,"

Juna membenarkan duduknya menghadap Liyya, mencengkeram lembut bahu gadis itu, "Li, semua orang itu nggak sama, memang benar gaada yang sama kaya Bima, tapi Lo juga berhak bahagia, banyak yang sayang sama Lo Li."

"Kebahagiaan gue itu Bima, Jun. Dia udah janji untuk selalu ada dan selalu ngejagain gue. Mungkin yang tadi hanya temannya saja, mungkin gue salah paham, tapi kenapa dia nggak coba jelasin ke gue, sebenernya gue percaya Bima nggak mungkin gitu, tapi kenapa Jun, kenapa dia nggak coba jelasin, itu yang buat gue sakit hati dan kecewa." pelupuk mata Liyya kini penuh dengan air

Juna membuang wajahnya ke sembarang arah. "Kalo itu gue nggak bisa jawab."

Taksi berhenti, mereka sudah sampai ke tujuannya yaitu bandara. Liyya masih setia dengan raut muka masamnya.

Mereka hendak berjalan ke loby bandara, namun sesampainya mereka di loby, tiba-tiba ada yang memanggil nama Liyya dengan kencang.

"LIYYA!"

Liyya dan Juna menoleh kearah sumber suara. Di lihatnya seorang pria tampan, memakai Hoodie berwarna hitam dengan celana jeans, berlari sambil menggusur kopernya kearah mereka.

Pria itu mendekap Liyya, "Liyya gue kangen banget sama Lo, kemana aja sih?" Mengeratkan pelukannya kepada Liyya

GAAREEZWhere stories live. Discover now