Cinta tak kenal harap

24 11 2
                                    

Keesokan paginya, Liyya terbangun saat sinar matahari membelai wajahnya. Ya, dia kini berada di dalam rumah Bima, di Berlin. Liyya keluar dari kamarnya lalu turun ke bawah untuk sarapan.

Di lihatnya Bima yang sedang berkutat dengan handphone nya.

Liyya menghampiri Bima, "Eheem...,"

Bima menoleh, "Eh Li, udah bangun?"

"Ya menurut kamu? Kalo Liyya belum bangun lalu yang di hadapanmu ini siapa?"

"Calon istri."

"Calon istri kamu gitu?" tanya Liyya dengan mata berbinar

"Ya, calon istri siapa aja yang ditakdirkan untuk kamu."

Wajahnya berubah menjadi muram, seperti lampu yang kian meredup. Ia menjadi malas, dan memilih pergi ke dapur hendak memasak untuk sarapan.

Liyya sudah selesai memasak nasi goreng yang dia buat. Lalu dia bergegas kembali ke ruang TV dimana tempat Bima berada.

Seorang gadis cantik bertubuh kerempeng, terlihat menghampiri Bima dan memeluknya. Itu bertepatan ketika Liyya yang juga ingin menghampiri Bima. Tubuh Liyya seakan di hantam ribuan meteor. Tubuhnya serasa di hempaskan jauh ke garis cakrawala. Piring yang dia pegang jatuh ke lantai dengan mengeluarkan suara yang cukup keras.

PRANNNGG!!!

Bima dan perempuan yang sedang ada di pelukannya menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Liyya yang mematung dengan bulir air di pelupuk matanya.

Liyya tersenyum kecut kearah keduanya, lalu berlari ke lantai atas untuk menghampiri Juna. Bima yang melihat itu langsung mengejar Liyya.

Liyya menerobos masuk ke dalam kamar Juna. Di lihatnya Juna tidak ada di atas kasur, Liyya mengerutkan dahinya. Kemudian dia ingat jika temannya ini tak pernah tertidur dengan baik. Liyya langsung berjalan mengitari kasur dan dilihatnya Juna yang sedang tertidur tergeletak di atas karpet.

Liyya langsung menarik lengan Juna dengan sekuat tenaga hingga sang empu berdiri.

"Hoaam...,ada apa sih Li?"

"Ayo siap-siap, kita ke bandara sekarang!"

"Hah?! Apaan sih Lo, mau ngapain hah?." heran Juna dengan muka masamnya.

Bima masuk dengan raut wajah yang campur aduk. Di satu sisi ia mengerti namun di sisi lain tidak.

"Li kamu kenapa?" tanya Bima dengan polosnya

Liyya tak menggubris ucapan Bima, ia menoleh kearah Juna yang tak ada reaksi apapun.

"Yaudah, gue pulang sendiri." ucapnya lalu pergi dan membanting pintu.

BRAAAKK!

Juna tidak mengerti dengan keadaan sekarang.

"LO KENAPA LAGI SIH BIM?!" Juna frustasi mengacak rambutnya

Bima membuang nafas berat.

"Dia liat gue pelukan sama temen gue,"

"Cowok?"

"Ya cewek lah,"

"Anjir pantesan aja. Lo mah sih, gila Lo. Ngapain juga pelukan sama cewek lain di depan Liyya,"

"Bukan gue yang meluk duluan. Gue juga nggak tau kalo dia mau meluk, lagian dia cuma temen gue,"

"Bener-bener lu Bim Bim salabim. Nggak ngerti gue sama Lo, udah ah bye gue mau beres-beres pulang." ucap Juna lalu membereskan barang-barangnya yang belum sepenuhnya di keluarkan dari koper.

GAAREEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang