Buku kehidupan

126 95 23
                                    

"Kamu nggak akan masuk kelas?" Tanya Gaareez

"Ya, kamu sendiri kenapa malah ke kantin."

"Males. Udah pernah belajar ngapain di ulangi lagi. Terkadang kita tak perlu melakukan hal yang sama. Jika hal itu membuat kita merasa terjatuh kedalam lubang yang sama." Jelas Gaareez

Liyya mengangguk-anggukkan kepalanya serta dengan mulut yang membentuk huruf O.

"Cabut yu!" Ajak Gaareez

"Ke mana?"

"Udah, ayo!" Seru Gaareez sambil beranjak pergi

"Nggak mau!"

Dari kejauhan Gaareez memperlihatkan ransel Liyya. Liyya melihat yang tadi ada persis di sebelahnya. Kini berpindah ke tangan Gaareez. Ia membalasnya dengan cemberut. Dalam hati ia menyampaikan bingungnya. Kapan dia ambil tasku?

Liyya berjalan dengan membawa botol air mineralnya yang belum habis. Dengan wajah kesal tentunya.

"Mau kemana sih?" Tanyanya

"Toko buku." Jawabnya sambil meneruskan langkahnya keluar gerbang sekolah. Kali ini Liyya yang mengikutinya dari belakang. Kalau saja karena bukan ranselnya berada di genggaman Gaareez. Ia pasti tak akan mau diajak cuman membeli buku saja. Membuang-buang waktu. Walaupun Liyya juga suka baca novel, tapi jika membeli untuk orang lain buat apa.

Mereka sedang menunggu bus lewat.

"Lama banget busnya, tumben." Kesal Liyya

"Segitu keselnya ya harus menghabiskan waktu sama aku? Dicatat berapa lama, nanti waktumu aku ganti." Ucap Gaareez

"Pakai apa?"

"Pakai cintaku." Jawabnya

"Ih! Mending nggak usah."

Gaareez tertawa. Ia senang mengganggu Liyya. Ia senang jika Liyya marah-marah. Baginya apapun ucapan yang keluar dari mulut Liyya menyenangkan.

***

Mereka kini sudah sampai di toko buku. Namun Liyya heran, ia kira akan ke Gramedia, untuk membeli buku novel atau yang lainnya. Namun ini tidak. Toko bukunya terlihat bernuansa tua namun penuh dengan kecanggihan teknologi. Ia tak mengerti lagi mengapa dia baru tahu tempat ini, mungkin karena dia jarang keluar rumah.

Liyya mendongkakkan kepala keatas. Melihat nama dari toko ini. LAAZAZEEL.

"Mau ngapain sih kesini?" Tanya Liyya

"Udah ikut aja!"

Mereka melangkahkan kaki memasuki toko. Liyya terkesima melihat buku-buku tua yang terpampang rapi di rak buku. Mereka memasuki lift menuju ruang bawah tanah. Saat pintu lift terbuka Liyya mengangga tak menyangka.

Ruangan luas di penuhi buku-buku tua seperti di lantai utama. Namun ini jauh lebih tak masuk akal. Di sana terlihat buku menggambang terbuka, gemercik zat cair berwarna hijau, dan banyak robot yang terlihat sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

"Gaareez menggapa aku baru tahu tempat ini? Tempat apa ini?"

"Ternyata kamu orangnya kuno ya. Lebih kuno dari tempat ini malah." Ucapnya sambil tertawa

"Heh! Malah ngaledek. Aku itu jarang keluar rumah. Malah bisa terhitung. Mungkin jika tidak sekolah aku tidak akan keluar rumah."

Gaareez lagi-lagi tersenyum. Lalu melangkahkan kaki memilih buku di rak. Dia memilih buku kuno, tebal berwarna merah marun. Namun isinya kosong.

"Lho! Kok isinya kosong? Buat apa?"

"Sudah diam saja."

Gaareez melangkahkan kakinya kembali kedalam lift. Lift ini berbentuk seperti kandang burung yang terbuat dari besi. Dan lift ini maju berputar. Tidak seperti lift pada biasanya.

Mereka membayar buku di kasir. Lalu pergi meninggalkan  toko itu. Kemudian mencari taksi. Setibanya di depan rumah Liyya Gaareez memberikan buku yang tadi mereka beli kepadanya.

"Mengapa buku ini diberikan kepadaku?"

"Aku sengaja membelinya untukmu. Ini buku kehidupan untukmu. Kamu bebas menuliskan apapun dalam buku ini tanpa batas. Karena buku ini tak akan habis di halaman penghujung. Walaupun terlihat dari luar ada penghujungnyaa. Namun sebenarnya tidak. Buku ini akan menambah lebar demi lembar kertas." Jelas Gaareez panjang lebar

"Hah! Kamu becanda? Mana bisa?"

Gaareez menjawab dengan senyuman. "Sudah masuk kamu terlalu banyak bertanya hari ini." Ujarnya

"Iya juga ya. Udah sana pergi." Usir Liyya

"HAHA. iya sabar. Sampai bertemu besok." Ucap Gaareez lalu memasuki taksi kembali.

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT OKE!

GAAREEZWhere stories live. Discover now