Das wort

31 11 2
                                    

Selayaknya Adam dan hawa yang akhirnya bertemu kembali setelah di pisahkan bertahun-tahun. Liyya dan Bima saling mempererat pelukannya. Seakan menyembuhkan rindu yang sudah membusuk bertahun-tahun lamanya.

Bima menaruh kedua tangannya di pipi Liyya. Memandang kedua matanya yang begitu indah. "Liyya, kamu semakin cantik. Waktu dan semesta memperlakukanmu dengan sangat baik."

Liyya tersenyum indah yang cuma bisa muncul ketika ia sedang bersama Bima, laki-laki yang selama ini ia cari-cari, cinta yang selama ini ia tunggu-tunggu.

"Aku kira kamu melupakanku Bima."

"Kita berjarak bukan berarti kita berjauhan. Aku masih berada di bumi."

Liyya mengeluarkan air mata bahagianya, membuat Bima  menampakan wajah cemasnya. "Liyya kamu kenapa?" dengan suara lembut dan menenangkan.

"Aku senang bertemu kamu."

Bima tersenyum, matanya tak henti-hentinya memandangi wajah paling indah yang pernah ada di hidupnya. Matanya seindah rembulan, sikap dan tutur katanya selembut lautan dan di balik senyumannya ada mentari pagi yang selalu bersamanya.

"Ehem ... Kacang dua ribu kacang... Kacang." teriak Juna berlogat seperti tukang kacang. Karena sedari tadi dia di campakkan, melihat ke uwuan kedua sahabatnya.

Liyya dan Bima tertawa. Lalu menghampiri Juna. "Apa kabar bro?"

"1 jam yang lalu sih baik. Sekarang? Jangan di tanya, sakit hati Abang." ucapnya di sedih-sedihkan

"Apaan sih lo. Lebay kumat, gak like ah." ucap Liyya

"Bodo ah!" ucap Juna lalu pergi ke sembarang arah

"Woy mau kemana, bukan ke situ." teriak Bima

Juna berbalik. "Lah terus kemana?"

"Sono noh!" teriak Bima sambil menunjuk jalan keluar dari bandara.

Akhirnya Juna menghampiri Liyya dan Bima. "Ayo." ajak Bima

Liyya mencekal tangan Bima. "Tunggu, kamu hutang penjelasan ke aku Bima."

Mereka kini berada di mobil Bima. Liyya menatap kearah Bima yang mengemudi.

"Kenapa kamu begitu saja ninggalin aku? Kenapa kamu nggak bilang dulu? Kenapa kamu nggak pamitan? Kenapa kamu tidak meninggalkan jejak? Kenapa kamu pergi namun perasaanmu kamu tinggalkan bersamaku Bima?"

"Liyya, satu satu dong."

"Ngga bisa!"

"Hadeh. Yang pacaran mah bebas." timpal Juna

"Yasudah Nanti aku jelaskan."

"Nanti yang mana, Bima?"

"Sekarang jadi bawel ya, kamu. Kita cari dulu kedai kopi terdekat. Nggak enak jelasin di jalan kaya gini apalagi aku belum siap kena omel mu nanti." ucap Bima yang di balas anggukan kepala oleh Liyya.

Mereka kini sudah sampai di tujuan yaitu di kedai kopi.
Mereka masuk beriringan, berjejeran lalu duduk dan memesan makanan serta minumannya.

Liyya iseng membuka hape-nya yang dari tadi tidak ia pedulikan. Satu pesan masuk dan lima panggilan tak terjawab dari Gaareez.

Gaareez

Kamu di mana, Li? Kok ngga ada di rumah, katanya kamu pergi, pergi kemana? Aku sudah tanya Bi Sumi tapi dia ngga tau. Kangenku sudah kehabisan obat dan kata dokter obatnya cuma kamu.

Liyya tidak membalas pesan dari Gaareez, itu hanya membuang waktu pikirnya.

"Mau di jelaskan sekarang atau nanti?" tanya Bima

GAAREEZWhere stories live. Discover now