izin mencintai?

124 92 33
                                    

Ia mematikan motornya di depan pagar rumah liyya. Melepas helm, turun, kemudian berusaha membuka pagar rumah Liyya dengan keresahan mendalam yang ia rasakan.

"Liyya!!"

Tidak ada jawaban.

"LIYYAA!!!!" Ia berteriak.

Di dalam Liyya mengintip dari balik jendela. Kemudia Liyya menghampirinya dan membuka gembok pagar.

"Hei, Li."

"Masuk!"

"Aku boleh masuk?" Tanyanya

"Yaudah kalau mau di luar." Kata Liyya lalu kembali masuk ke dalam.

Tentu saja Gaareez buru-buru mengikutinya dari belakang dengan senyum lebar yang tidak bisa di sembunyikan.

Liyya mengajak Gaareez ke ruang tamu dan memintanya duduk. " Mau minum apa?"

"Aku cuma mau bertemu kamu saja."

"Ini sudah bertemu. Mau apa lagi?"

"Mau mastiin kamu nggak kenapa-kenapa. Soalnya kamu nggak ada di sekolah tadi."

Ya. Ternyata hari ini Liyya bolos sekolah. Dia malas untuk bertemu dengan orang lain hari ini.

"Males. Apalagi harus melihat wajahmu. Ya sudah aku buatkan minum dulu." Ucap Liyya

Liyya berjalan mendekati ruang tamu dengan membawa dua gelas jus jeruk. Baru saja Liyya duduk. Terdengar ketukan pintu. Dan pintupun terbuka ternyata mama liyya yang baru pulang dari kantornya.

"Assalamualaikum... Eh ada tamu." Ucapnya sambil tersenyum kepada Gaareez.

"Eh Tante." Ucapnya sambil tersenyum lalu mencium tangan calon mertuanya. HAHA  semoga saja terkabul.

"Kamu tampan sekali." Ucap mama liyya yang di balas senyuman lagi oleh Gaareez

"Liyya kenapa kamu tidak cerita ke mama. Kalau kamu punya pacar seganteng ini."

"Dia bukan pacar Liyya ma." Ucapnya kesal

"Belum Tante. Doakan saja. Kalau bisa Tante bantu jampi-jampi biar cepat" Ucap Gaareez kepada mama liyya.

"Aduh kamu ini ada-ada saja." Ucap mama Liyya

"Hehe. Eh Tante saya pinjam anaknya sebentar boleh?"

"Gak!" Jawab Liyya

"Ya boleh lah. Asal pulangnya jangan kemalaman ya. Tante titip Liyya." Ucap mamanya

"Ma..."

"Udah sana pergi. Kasian tuh. Oh iya siapa namamu?"

"Gaareez Tante." Jawabnya yang di balas anggukan dari mama Liyya

"Aku ganti baju dulu." Ucap Liyya

"Nggak usah, kelamaan."

"Ish, aku kaya gembel gini, gaar." Ujar Liyya

"Justru itu. Supaya kamu dikira gembel dan nggak ada yang mau memperhatikanmu. Karena yang boleh melakukan itu cuma aku." Jelas Gaareez

"Idih! Emang kamu siapa?"

"Pacarmu. Baru calon, sih."

"Terserah!"

Liyya meninggalkan Gaareez dan mamanya yang sedang cekikikan tertawa bersama. Mereka kemudian berjalan keluar. Motor Gaareez terlihat terparkir di garasi, bukan di depan pagar lagi. Namun, Gaareez melewati motornya. Bukannya segera naik dan menyalakan mesinnya.

"Loh? Kamu mau kemana?" Tanya Liyya bingung

"Naik metromini aja ya? Biar macet. Biar aku lama sama kamunya. Kalau naik motor, pasti nyampenya cepet." Jawab Gaareez

Liyya menaikkan alisnya. "Maksudnya??"

"Ayo. Nanti keburu sorenya diambil malam."

Hampir saja mereka ketinggalan metromini. Tapi beruntung Liyya segera melambaikan tangan supaya metromini nya berhenti. Mereka naik, lumayan penuh, tapi ada dua tempat duduk kosong.

Liyya duduk di dekat jendela. Diikuti Gaareez. Padahal Liyya sendiri tidak tahu mau dibawa kemana. Namun, kali ini ia menurut untuk tidak banyak bertanya seperti biasanya.

"Liyya?"

Liyya yang tadinya menghadap ke jendela, menoleh. "Hemm?"

"Kamu tahu nggak, orang yang belum pernah ketemu aja bisa saling jatuh cinta?" Tanya Gaareez

"Ah. Mana ada." Jawabnya

"Iyain aja kenapa."

"Iya-iya." Ucap Liyya

"Kadang, kita nggak butuh waktu yang lama untuk mencintai seseorang."

"Maksudnya?"

"Ini hari kedelapan aku bersamamu. Sudah seminggu kita bertemu dan hari ini aku mencintaimu, Liyya."

Seperti tata Surya yang berhamburan. Seperti meteor yang di lepaskan ke bumi dengan cepat. Seperti itulah kira-kira kondisi Liyya sekarang. Ia tidak menyangka ada kata cinta yang muncul diantara mereka.

"Kenapa kamu harus jatuh cinta kepadaku, gaar?"

"Kenapa hujan selalu menjatuhkan dirinya ke tanah berulang-ulang kali, Li? Mengapa pohon tetap tumbuh meski di tebang berulang-ulang kali?"

Liyya bungkam enggan menjawab.

Seperti hujan yang menjatuhkan dirinya ke tanah tanpa alasan. Seperti itu pula gambaran cinta Gaareez kepada Liyya. Ia cuma jatuh kapada Liyya. Begitu saja. Padahal ia sadar, ia sedang menjatuhkan dirinya pada lubang hitam yang tak menjanjikan kebahagiaan di dalamnya.

"Tapi..."

Gaareez tahu apa yang ingin Liyya katakan. Iya tahu jawabannya tidak. " Aku tidak butuh jawabanmu. Karena aku tahu kamu tidak bisa mencintaiku."

"Jangan mencintaiku, gaar."

"Kenapa? Padahal aku nggak minta kamu untuk bilang iya. Nggak paksa kamu untuk mencoba dulu."

"Karena aku nggak mau kamu menggantungkan hatimu sama sesuatu yang rapuh kaya aku."

"Li. Aku cuma mencintaimu. Yang kubutuhkan cuma izin darimu."

"Kenapa kamu butuh izinku?"

"Kalau tidak dapat izin, lalu bagaimana caranya aku bisa mengisi ruang kosong yang ada di hatimu, Li?"

"Bagaimana kalau tidak ada yang kosong?"

Gaareez diam. Padahal mulutnya sudah siap untuk menanggapi ucapan Liyya.

"Bagaimana, gaar? Bagaimana kalau tidak ada yang kosong? Bagaimana kalau tidak ada ruang yang tersisa untukmu? Kamu tahu, aku tidak akan pernah bisa memberikan hatiku seutuhnya. Kamu tahu, kamu sedang berdiri di tepi jurang yang akan membunuhmu. Kamu sedang menggali lubang yang tidak bisa kamu gapai kembali. Jadi tolong, jangan mencintaiku." Jelas Liyya panjang lebar

Wajah Gaareez berubah muram. Seperti cahaya lampu yang perlahan meredup. Seperti bumi tanpa sinar bulan dan matahari. "Kali ini, aku nggak suka kamu banyak bicara." Ia membuang pandangannya dari Liyya. "Ketidak percayaanmu cukup sakit. Padahal aku tidak minta balasan perasaan. Cuma sebuah keyakinan dan ternyata kamu nggak bisa." Lanjutnya.

Gantian Liyya yang sekarang termenung.

Wajah Gaareez cemberut. Tidak cocok sekali untuk remaja berwajah tampan yang banyak diidolakan di sekolahnya bisa ngambek juga. Ya baru saja dia seminggu masuk sekolah sudah terkenal apalagi para junior.

"Begini saja deh." Ucapnya menggantung

"Begini apanya?"

"Aku tidak jadi minta izinmu. Pokoknya aku akan tetap mencintaimu, aku akan tetap mengganggumu, aku akan terus menunggu sampai ada ruang kosong di dalam hatimu." Ucap Gaareez

Liyya kehabisan kata-kata. "Tapi--""

"Bang, kiri!" Gaareez meminta metromininya berhenti. Mereka akhirnya turun, dengan keadaan Liyya yang masih bingung.

Gaareez jalan duluan dan Liyya membuntuti dari belakang . Gaareez masih marah rupanya. Liyya memilih bungkam

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT OKE!

GAAREEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang