Love Maze - 3

2.4K 351 1
                                    

Pukul tujuh pagi, dan seorang gadis baru saja menendang kuat-kuat selimutnya.

Ia terlambat, dan sekarang hari senin. Sungguh sialan sekali bukan?

"Lisa berangkat, Ma," teriaknya dengan kedua tangan yang masih sibuk menjinjing sepatu hitamnya.

"Sarapannya sayang," teriak wanita paruh baya yang baru saja dilewati Lisa.

"Di sekolah aja."

Wanita itu hanya menggeleng, ia yakin bahwa putrinya itu pasti meninggalkan beberapa barang penting yang seharusnya ia bawa ke sekolah, mengingat betapa teledornya gadis itu jika tengah terburu buru.

***


Pintu gerbang hendak ditutup, kalau Lisa telat satu menit saja ia pasti sudah tercatat di buku pelanggaran siswa yang tentu saja akan mengotori buku raportnya nanti.

Lisa bergegas berlari menuju kelasnya lalu melempar tasnya sembarangan, toh nanti ia akan masuk ke dalam kelas setelah upacara selesai, kan? Lalu untuk apa ia menyimpan tas nya rapi-rapi?

Tungkai Lisa beradu cepat dengan para siswa siswi yang lain, dan diantara deretan para murid yang sudah mulai berbaris, tampak Shanee melambai lambai ke arah Lisa, cewek itu tampak lega setelah netranya menangkap sosok cewek berponi rapi itu--walaupun sebenarnya poninya terbilang cukup acak acakan hari ini.

"Lo ke mana aja sih? Lo hampir telat tau," cerocos Shanee begitu Lisa sampai di sampingnya. Padahal temannya itu masih sibuk mengatur napas, dan tentu saja Shanee tak peduli dengan hal itu.

Upacara sudah dimulai, tapi bukan hanya para petugas upacara saja yang sibuk, tangan Lisa justru ikut sibuk juga. Kedua tangan kecilnya silih berganti mengusap keringat yang entah mengapa tiada hentinya mengucur dari sela-sela topinya.

Lisa menengadah, kedua matanya beradu tatap dengan sang surya.

Rupanya matahari semakin naik, yang secara otomatis membuat satu sisi tubuhnya terpapar sinar matahari yang entah mengapa terasa sangat terik sekali hari ini.

"Hormaaaaat grak!"

Komando dari pemimpin upacara menggelegar ke seluruh penjuru sekolah, membuat seisinya kompak menaikkan sebelah tangan. Menghormati sang saka merah putih yang tengah digerek menuju ujung tiang di atas sana.

Dan tepat saat itu, suara berisik dari kenalpot motor justru ikut bersahutan dengan nyanyian dari paduan suara. Membuat hampir seluruh warga sekolah kompak mengalihkan pandangan mereka ke arah sumber suara. Dan siapa lagi manusia yang bisa dengan gagahnya memasuki sekolah dengan kenalpot tak manusiawi itu kalau bukan Jungkook. Bahkan langkah kakinya pun tampak ringan sekali, menapaki lantai sekolah yang masih cukup lembab karena hujan tadi malam.

Cowok itu tampak santai menyapa para guru yang berbaris rapi di bagian depan dengan cara menundukkan kepalanya sedikit--benar-benar sedikit loh yaa..

Dan rupanya ia juga cukup tau diri kali ini, tanpa disuruh pun ia tau kalau dirinya harus berbaris di sebelah mana.

Jungkook berbaris diantara para siswa yang juga terlambat mengikuti upacara hari ini, yang mana mereka diharuskan untuk berbaris menghadap ke arah timur. Hal tersebut memang dinanggap sebagai sanksi ringan sebelum akhirnya nanti mereka harus membersihkan puluhan toilet yang berada di sekolah. Tapi tentu saja itu tidak akan berlaku bagi Jungkook. Seratus persen yakin, kalau Jungkook tak akan mendapatkan hukuman itu. Bahkan biasanya cowok jangkung itu akan langsung masuk ke dalam barisan kelasnya tanpa rasa bersalah sama sekali.

Dan jujur saja Lisa tak peduli dengan hal itu, seberapa sering pun ia mendengarkan para siswi di kelasnya yang selalu sibuk membicarakan Jungkook, tetap saja baginya Jungkook hanyalah seorang siswa biasa. Tak ada yang menarik dari cowok itu.

"Padahal dia lagi keringetan, tapi tetep aja ganteng," bisik Shanee.

Cewek itu juga sama aja.

"Gue juga keringetan, tapi lo gak bilang kalo gue cantik tuh," timpal Lisa.

"Bukan gitu, kalo Jungkook lagi keringetan tuh kesannya kayak ganteng ditambah manis, dikali seksi gituloh. Jadi double triple kill, bikin mleyot ohmaygadd.. Macem paketan lengkap gitulah pokoknya."

Lisa memutar bola matanya malas. Padahal beberapa hari yang lalu Shanee nangis kejer gegara Alfian sampai menyumpah serapahi Jungkook segala, tapi coba lihat sekarang, tak ada bedanya dengan gadis lain. Sama-sama memuja Jungkook habis-habisan. Dasar cewek labil.

Beralih dari Shanee dan Jungkook yang tengah dikagumi itu, Lisa masih fokus menatap bendera yang baru saja sampai di ujung tertinggi tiang bercat putih. Dia dan ratusan murid yang lain kompak menurunkan tangan ketika komando kembali terdengar dari sang pemimpin upacara.

Pembacaan ini itu, semuanya berjalan lancar, namun entah kenapa tak seperti biasanya, Lisa malah sibuk menutupi mulutnya. Sudah kesekian kali dan dirinya tetap saja menguap. Ia sadar kalau semalam ia memang tidur agak terlambat, tapi biasanya juga tak pernah separah ini. Mungkin selama sepuluh menit ini dia sudah menguap nyaris delapan kali, dan herannya setiap Lisa menguap, kepalanya malah ikut pusing. Ia mengedipkan matanya beberapa kali, mencoba menjernihkan penglihatannya, karena jujur saja beberapa objek yang tengah ia lihat jadi cukup buram sekarang. Ditambah lagi dengan adanya benda-benda kecil yang tampak berkedip kedip dengan tak teratur di sana sini. Membuat kepalanya kian pusing lagi.

Oh god, Lisa mohon. Jangan menguap lagi, ia punya firasat kurang baik jika seandainya dirinya menguap sekali lagi.

Namun selalu saja begitu, ketika Lisa tak mengharapkan sesuatu, maka sesuatu itu yang akan datang dengan senang hati tanpa permisi kepadanya.

Dan yah, Lisa menguap--lagi. Dan setelah itu? Tak tau, Lisa tak tau apa yang terjadi pada dirinya karena yang ia lihat hanyalah gelap dan beberapa dengungan kecil di kedua indra pendengarannya.

***






Tbc.

LOVE MAZE ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon