Laki-laki yang bersama Mama juga beranjak tak lama setelahnya, meninggalkan satu kecupan singkat di pipi Mama sebelum benar-benar pergi.

Jika ada hal paling menjijikan yang pernah Rayden lihat, sekarang bukan lagi tainya ketika ia sedang mencret. Melainkan apa yang ia lihat barusan.

Cowok itu berlari dengan tergesa, keluar dari pekarangan rumah guna mencari Papa. Sampai akhirnya ia melihat Papa berdiri di jembatan tak jauh dari rumah.

Melihat Papa menangis seperti saat itu, Rayden berniat menghampiri beliau. Rayden ingin memeluk Papa, dia ingin mengingatkan Papa jika beliau masih punya Rayden.

Namun, belum sempat ia menghampiri Papa, sebuah mobil berhenti di belakang beliau. Rayden ingat betul itu mobil pria brengsek selingkuhan Mama.

Papa terlihat buru-buru mengusap pipinya, baru akan membalikkan badan namun naas, tubuhnya sudah didorong kuat dari belakang.

Detik itu juga, Rayden berteriak dari ujung jembatan. Tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Kakinya mendadak lemas. Nafasnya tercekat. Air matanya mengalir deras.

Dia tidak menyangka, hadiah dari Tuhan atas peringkat dua seangkatannya justru membuat hidupnya mengelap seketika.


“Gue kira, dia nyamperin Papa buat minta maaf… makanya gue diem aja.”

Pelangi membiarkan cowok itu menyelesaikan ceritanya.

“Gue udah bilang sama Mama, sama keluarga Papa juga kalo Papa nggak bunuh diri. Papa nggak kayak gitu… tapi nggak ada yang percaya.” Rayden diam selama beberapa saat. “Gue emang demen ngibul, tapi yang kayak gitu mana sempet gue bohong.”

Gadis itu merasakan tangannya basah. Ia mencoba menyentuh pipi Rayden, menghapus air mata cowok itu dari belakang. Hanya beberapa detik karena setelahnya Rayden menjauhkan tangan Pelangi.

“Gue juga udah bilang sama Mama kalo gue liat Mama waktu dia selingkuh, gue juga bilang kalo Papa juga liat… tapi Mama malah mikir kalo Papa bunuh diri karena kecewa Mama selingkuh, bukan karena didorong selingkuhan Mama.”

Pelangi berganti mengelus pundak cowok itu.

“Dia belain selingkuhannya. Di depan keluarga Papa, dia nggak mau bilang kalo dia selingkuh. Dia nggak mau reputasinya jelek.”

“Jenazahnya nggak diautopsi?” Pelangi bertanya dengan hati-hati.

“Keluarga Papa nolak.” Rayden menghembuskan nafasnya kasar. “Tubuh Papa hancur, Tung. Badannya udah nggak utuh lagi.” Ada jeda setelahnya. “Lagian selingkuhan Mama juga pake sarung tangan waktu itu.” Berganti mengedarkan pandangannya. “Di tempat ini mana ada cctv.”

Pelangi baru sadar. Sejak mereka berada di sini, tidak ada satupun orang yang lewat.

“Orang-orang ngeklaim gitu aja kalo Papa bunuh diri karena masalah kerjaan.”

“…”

“Nggak lama setelah Papa pergi, Mama sering sujud-sujud di kaki gue…”

“Wadaw, malah nyembah setan!” Pelangi refleks memekik begitu.

“Katanya dia nyesel, ampe nyiram mukanya segala pake air keras. Emang kalo dia kayak gitu Papa bisa balik lagi apa.” Rayden tidak menanggapi ucapan Pelangi barusan, karena dia sedang benar-benar serius sekarang.

“Mama Lo masih punya hubungan sama selingkuhannya itu?”

“Dia bilangnya sih, enggak. Lagian muka-muka selingkuhannya Mama itu, dia mau sama nyokap gue juga paling fisiknya doang. Sekarang muka Mama kayak gitu ya minggat dia.”

CERAUNOPHILE [Completed]Where stories live. Discover now