26

17 5 2
                                    

"Kak Zea!" Pemilik nama menoleh ke sumber suara dan menemukan seorang adik kelasnya yang sedang tersenyum ramah. Setelah ditoleh, cewek yang tadi memanggil Zea melangkah mendekat. Beberapa lembar kertas yang Zea yakini berisi soal-soal itu berada di genggaman adik kelasnya.

"Siang kak," sapa cewek itu lagi dengan ramahnya. Zea yang baru kembali dari toilet untuk mengganti pakaian hanya membalas dengan senyuman tak kalah ramah.

"Kenapa Ti?" Zea kenal cewek di depannya ini. Namanya Tuti, anak kelas sebelas dan berada di ekstrakurikuler yang sama dengan Zea satu tahun lalu. Ah, jangan lupakan juga kalau adik kelasnya ini mempunyai otak encer. Masih kelas sepuluh saja sudah bisa menjuarai lomba olimpiade tingkat provinsi.

"Ini kak, mau minta contoh proposal-proposal tahun lalu, di file yang kakak kasih itu masih ada yang kurang," jelas Tuti.

"Minta sama Chika aja, yang di gue kebanyakan juga udah pada dihapus, tapi kalau Chika pasti masih lengkap."

"Ah, oke deh kak kalau gitu aku permisi dulu ya cari Kak Chika, makasih kak." Sepergian Tuti, datanglah Zaid. Membuat Zea semakin lama sampai di kelas.

"Kenapa lo?" tanya Zea karena Zaid mendatanginya dengan wajah masam.

"Gue diblok Wanda," jawab cowok itu hampir terdengar seperti kumur-kumur. Kalau cuma diblokir satu media sosial, kan masih bisa lewat yang lain. Baru saja Zea ingin mengucapkannya, Zaid lebih dulu memotong, "Semua sosmed gue diblok sama dia. Akun fake instagram gue juga diblokir sama dia. Benci banget dia kayaknya sama gue."

Zea tidak bisa menahan tawanya untuk tidak meledak. Saking bahagianya, membuat cowok yang sedang memerhatikan mereka diam-diam di sana merasa kesal sekaligus terpesona.

"Ketawain aja terus ketawain! Bukannya dibantu," sulut Zaid merasa semakin kesal. Bukannya mendapat solusi, malah mendapat cemoohan. Untung temannya gebetan, kalau bukan, sudah Zaid tinggalkan Zea dari tadi.

Satu tangannya ia gunakan untuk menyeka air mata akibat menertawakan Zaid. "Lo bikin ulah lagi ya sama Wanda? Dulu baru pertama kali ngechat aja lo langsung tanya gantengan lo apa idol dia, terus sok larang-larang dia ngefangirl suruh belajar, makan, jelas aja diblok sama Wanda."

"Nomor yang itu sampai sekarang juga masih diblokir sama dia." Zaid benar-benar menyesali kebodohannya dulu. Kalau dipikir-pikir sekarang, pantas saja kalau Wanda illfeel padanya. "Tapi kali ini gue enggak ngapa-ngapain sumpah Ze." Cowok itu bahkan mengangkat jari tengah dan telunjuknya.

"Masa sih? Coba lo inget-inget lagi."

Belum juga Zaid selesai mereka ulang yang terjadi antara dia dan Wanda, Alarikh datang dengan baju olahraga yang masih di tangannya. Menandakan kalau sejak tadi cowok itu juga belum kembali ke kelas, sama seperti Zea. "Ze, enggak ke kelas?" Matanya memandang tidak suka pada Zaid, namun yang ditatap masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Eh? Iya sebentar lagi, gue masih ada urusan sama Zaid."

"Sebentar lagi masuk Ze."

"Ya terus? Kok ngatur," batin Zea namun bibirnya masih terkunci rapat. Jujur, rasanya dia agak canggung mengobrol lagi dengan Alarikh setelah kejadian tadi di tengah lapangan. Lagu itu, apa benar-benar untuk Zea?

"Udah Ze lo duluan aja, nanti kalau gue udah inget gue samperin lagi."

Huh, dasar Zaid sialan. Bukannya ada di pihak Zea, ini malah di pihak musuh, Alarikh. Mau tidak mau cewek itu melangkah menuju kelas tanpa berpamitan kepada Zaid.

"Zaid suka sama Wanda, ya?" Padahal tadi Zea sudah meninggalkan Alarikh di belakang, tapi tetap saja ujungnya cowok itu berhasil menyamai langkahnya.

"Lo nguping?" Mata Zea menyipit curiga.

Never Started (Complete)Where stories live. Discover now