2: Berbagai Kesempatan

52 49 49
                                    

Hai! Apa kabar?

Kasih tahu kalau ada kesalahan penulisan, ya.

Selamat membaca. °3°

***

"Hilangkan pemikiranmu tentang kesempatan yang bisa datang dua kali."

Di hari Jumat, terakhir hari sekolah. Untuk pertama kalinya Lana berangkat lebih awal. Suasananya masih sangat sunyi dan menjadi terasa aneh menurut Lana. Begitupun di ruang kelas. Ia hanya melihat beberapa teman sekelasnya duduk melingkar. Sudah jelas mereka bergosip.

Lana duduk di kursinya. Mengambil sebuah novel ber-cover putih yang sempat ia beli bersama Dino. Ia mulai membaca setiap kalimat di novel tersebut. Beberapa quote yang tertera membuat Lana merasa tertampar sekaligus terbawa perasaan. Hingga tak sadar, ruang kelas semakin terisi penuh.

"Hai, Lana,"  sapa Shakila.

Lana menyudahi adegan membacanya dan menatap ke arah Lyra dan Shakila. "Hai."

Lyra memberikan semangkuk pempek berkuah asam kepada Lana. Namun, reaksi Lana sungguh membingungkan. Ia mengerutkan dahinya seraya menatap tajam kedua temannya.

"Kak Dino ngasih pempek buat kamu. Jangan ditolak, mumpung gratis," kata Lyra tersenyum.

Lana menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Y-ya, tap-ta-pi kan kalian tahu sendiri. Aku itu...."

Ia memberi jeda bicara. "Gak suka pempek," lirihnya.

Lyra dan Shakila saling bertatapan, lalu masing-masing menepuk dahi. Tatapan mereka penuh penyesalan karena telah menerima pemberian Dino. Shakila memasang wajah kebingungan.

"Terus gimana dong?"  tanya Shakila bingung.

Lana mendeham pelan. "Gini deh. Gimana kalau kalian yang makan pempek ini. Tapi, kalau suatu saat kalian ditanya Kak Dino, kalian jawab aja kalau aku yang makan. Gimana?" usulnya.

"Ide yang sangat bagus." Usul yang Lana lontarkan langsung disetujui oleh Shakila. Sedangkan Lyra hanya mengangguk pasrah.

Shakila mendekatkan mangkuk tadi ke arahnya. Ia menyuapi dirinya dengan lahap.

"Lumayan rezeki anak lapar."

***

Kantin adalah salah satu tempat dijualnya berbagai macam makanan dan minuman. Suasananya sangat ramai. Untung saja Shakila berhasil mendapatkan meja setelah beradu mulut dengan banyak orang. Yah, hanya ia yang bisa mereka andalkan. Dengan cepat, Lyra dan Lana memesan beberapa makanan.

"Besok kan hari libur. Gimana kalau kita ke tempat biasa?" usul Shakila.

Lyra meneguk segelas jus mangga dengan susu rasa vanila. "Seblak lagi, nih."

"Lagian aku udah kangen banget sama seblak," rengek Shakila.

Tidak ada lagi tempat untuk mereka rehat selain di kedai seblak tercintanya. Letaknya di dekat rumah Lyra, dan tentu saja gadis ini yang mengenalkan mereka pada seblak. Walaupun Lyra mengajak berlibur ke tempat lain hingga ke luar kota, mereka tetap memilih seblak.

"Hari minggu aja, deh," usul Lana. Sejujurnya, Lana hanya ingin menghabiskan waktu dengan merebahkan dirinya. Menghilangkan segala pikiran negatif yang nyaris meracuni otak. "Aku ada rekomendasi seblak yang katanya sih enak buanget!"

Mereka mengganguk semangat. Terlihat begitu antusias. Namun, tidak bagi Lana. Apalagi setelah ia menatap pria berdasi miring tengah duduk bersama seorang gadis. Siapa lagi kalau bukan Mahesa dan Griyne.

MALAWhere stories live. Discover now