1 : Berita Mengejutkan

74 50 79
                                    

"Terkadang, cinta itu harus bisa merelakan. "

Di pagi hari yang cerah ini, sebuah koridor menjadi saksi atas kejadian ini. Bagaimana tidak. Kedatangan seorang pria yang dikenal dengan ketampanannya yang super duper tampan melebihi artis korea. Kancing atas yang sengaja ia buka satu agar terlihat baju hitam yang ia kenakan di bagian dalam. Di setiap langkah, rambutnya selalu ia rapikan ke belakang agar para gadjs semakin jatuh cinta. Ah, ini seperti ilmu pelet.

Para gadis berlagak seolah diri mereka seperti tuan puteri yang paling cantik tengah menarik perhatian sang pangeran. Ada yang malu-malu kucing serta bertindak semaunya dengan menyatakan cintanya langsung di tempat itu juga. Gilak banget!

Berbeda dengan dua gadis yang satu ini, mereka malah mengintip di balik jendela. "Jadi itu cowok yang kamu suka?" tanya Lyra seraya menunjuk pria yang dikepung para pemburu cogan.

Dengan cepat dan yakin Shakila mengangguk. "Iya. Gimana? Auranya badboy-badboy gitu 'kan?"

Lyra mendeham pelan. Matanya memperhatikan sekujur tubuh sang pria idaman temannya. Bagaimana bisa salah satu temannya ikut berharap pada pria berkemampuan pelet itu. "Mending kamu jauhin dia dan cari yang baru," putusnya.

"Loh, kenapa?"

"Dia itu udah punya pacar."

Bagi Shakila, lima pernyataan yang dikeluarkan oleh bibir Lyra tadi benar-benar kejam. Ia menggelengkan kepalanya 'tak terima sambil berjalan mundur. Namun, dengan cepat Lyra sudah mencegahnya dengan menggenggam lengan Shakila. Ia sudah tahu tindakan gila apa yang Shakila lakukan padahal dirinya sendiri belum mendengar penjelasannya. Dengan malas, Lyra kembali menunjuk pria itu ke arah pergelangan tangannya. "Liat pergelangan tangannya. Ada gelang kan?"

Shakila mengangguk cepat. "Tandanya dia udah punya pacar."

Shakila kaget. Ia menepuk dahi dirinya sendiri dan Lyra. "Gak gitu juga konsepnya."

"Lihat. Aku pake tiga gelang. Berarti aku punya tiga pacar, dong?"

Perdebatan pun dimulai begitu lama. Saling melontarkan pendapat yang bisa dibilang tidak masuk akal. Teman sekelasnya lebih memilih untuk diam dan sibuk dengan urusannya masing-masing daripada harus terlibat pertikaian mereka. Jika aku yang berada di sana, aku pasti malu. Bercanda.

Tak lama kemudian, seorang gadis dengan rambut terurai datang. Sepertinya ia baru datang. Mukanya kusut dan bibirnya tidak membentuk sebuah senyuman. Terkadang ia terpaksa untuk tersenyum walaupun terlihat kikuk.

"Halo, bucin. Diem-diem bae nih, bocah. Bisulan?" sapa Lyra pada gadis yang tengah menyimpan tas ke bangkunya.

Shakila menepis Lyra. "Hushh sembarangan!"

"Pasti lagi galau. Mahesa berulah apalagi sih?"

Benar sekali! Tebakan Lyra selalu benar dan tepat. Sepanjang jalan gadis ini hanya memikirkan satu pria yang tidak memiliki hati nurani. Hanya bisa membuat dirinya berharap lebih, lalu kembali di buat menangis.

Lyra tahu persis seperti apa hatinya saat ini. Gelisah, amarah, sedih, rindu. Semua tercampur aduk menjadi satu dan membentuk sebuah rasa bersalah. Tetapi, untuk saat ini, Lyra yakin pasti gadis ini tidak tahu apa kesalahannya.

DRTTTT ....

Sebuah panggilan muncul dari layar handphone. Dengan cepat ia menjauhi Lyra dan Shakila. Ia segera mengangkatnya.

"Kita udahan aja. Jangan ganggu aku lagi."

Enam kata menghancur hati kini sudah mendarat di pikiran dan hati. Sebuah retakan yang awalnya berasal dari goresan kini sudah hancur berkeping-keping. Matanya memerah menahan tangis. Kedua temannya juga tidak berani bertanya "kenapa?" sebab ia tahu akibatnya.

MALAWhere stories live. Discover now