Bagian 9

1.1K 143 2
                                    

Keesokan harinya...>

Seperti yang sudah dikatakan oleh Sakura, Kizashi akan pergi ke London. Namun Sakura dan Karin harus berangkat ke sekolah, mereka tidak sempat mengantar Ayah mereka pergi.

Kushina mengantar Kizashi ke bandara ketika lelaki itu mendapatkan telepon untuk bersiap-siap.

"Kira-kira kapan kau akan pulang, Kizashi?" Tanya Kushina ketika melihat Kizashi mempersiapkan banyak hal untuk pergi.

"Tidak akan lama, mungkin aku pulang seminggu lagi." Kizashi menatap wajah khawatir Kushina yang mengantarnya pergi.

"Tidak perlu khawatir, aku akan segera kembali." Kushina menganggukkan kepalanya pelan dan memeluk Kizashi erat.

"Hati-hati, aku akan menjaga anak-anak sampai kau pulang." Kizashi mengangguk yakin dan memeluk istrinya erat.

"Aku mempercayakan semuanya kepadamu. Sampai jumpa."

"Sampai jumpa."

.
.
.

Di sekolah, Sakura masuk kedalam kelasnya dan merasakan perasaan yang kurang baik. Sakura menolehkan pandangannya dan menemukan banyak mata yang menatapnya.

"Tidak ada hal lain yang harus dilihat?" Sakura membuat orang-orang disana langsung mengalihkan pandangannya.

Sakura tersenyum tipis. "Aiss... Membuatku tidak nyaman saja."

Ketika guru datang, mood Sakura kembali rusak ketika guru tersebut mengadakan ujian mendadak. Merasakan harinya dimulai sial seperti ini, Sakura hanya bisa mengutuk orang-orang yang membuatnya kesal dari dalam hatinya.

"Sial, aku belum belajar lagi."

"Kau, yang dibelakang," Tunjuk guru tersebut kepada Sakura. "Kau punya keluhan?" Sakura menggeleng dan tersenyum.

"Tidak ada, pak."

10 menit kemudian, Sakura dan murid-murid lain mengumpulkan kertas ujian mereka. Sakura tidak berharap banyak kali ini, tentu saja kalau nilainya buruk itu adalah salahnya sendiri karena tidak belajar.

Sakura keluar dari kelasnya dan bersiap pulang ketika melihat supir pribadinya sudah ada didepan gerbang sekolah dan menunggunya.

Ketika sampai didalam, Sakura sempat terkejut ketika melihat didalam mobil sudah ada Karin yang tersenyum kearahnya.

"Kapan kau masuk?" Sakura menanyakannya sambil berwajah datar dan memakan roti yang dia beli sebelum masuk kedalam mobil.

"Mungkin lima menit yang lalu." Jawan Karin sambil melihat kearah jalanan yang begitu ramai.

'Ting'

Bunyi ponsel Sakura membuat pandangan Karin teralihkan. Sakura melihat handphonenya dan membuka pesan dari ayahnya.

Ayah : Ayah sudah sampai di London

Ayah : Ngomong-ngomong, kakakmu akan pulang besok. Ayah tidak bisa merasakan kepulangannya, tapi kamu dan adikmu bisa.

Ayah : Ayah akan kembali seminggu lagi, jaga Karin dan ibumu sampai Ayah pulang. Sampai jumpa sayang.

Sakura langsung berbinar ketika tahu bahwa kakaknya pulang. Sakura tersenyum lebar dan menutup ponselnya.

"Ada apa kak?" Tanya Karin yang terkejut melihat kegembiraan kakaknya hanya dengan melihat ponsel.

"Kakakku akan kembali." Karin membelalakkan matanya terkejut mendengar hal itu.

"Kak Sakura punya kakak?" Karin terlihat bingung ketika mendengarnya.

"Aku punya kakak laki-laki, namanya Sasori. Dua tahun yang lalu kakak dikirim keluar negeri karena sempat masuk penjara. Alasannya, dia memukuli anak sebangkunya." Karin manggut-manggut mendengar hal itu.

"Waktu itu Ayah sangat marah. Sampai-sampai dia memukul kakak karena membuat nama keluarga menjadi rusak." Senyuman Sakura sedikit memudar mengingat kalau bukan cuma dia korban kemarahan Ayahnya.

"Kak?" Merasa ada janggal, Karin memegang pundak Sakura dan menyadarkannya dari lamunan.

"Ah, tidak apa-apa." Sakura kembali tersenyum seakan-akan barusan dia tidak berfikiran apapun.

"Dia lebih tua tiga tahun dariku." Antusiasme Sakura membuat Karin ikut senang. Karin sangat jarang melihat senyuman Sakura, jika kakaknya itu tersenyum, maka ada momen yang membekas untuknya.

.
.
.

Malam harinya Sakura tidak sabaran untuk menjemput kakaknya di bandara besok, Sakura memilih banyak pakaian yang menjadi pilihannya untuk membuat kakaknya terpesona.

'Tok'

Suara ketukan pintu mengagetkan Sakura, Sakura langsung membukakan pintu tersebut dan melihat ibu tirinya ada didepan pintu dengan wajahnya yang datar.

"Saku, kamu tidak pernah cerita bahwa kamu punya seorang kakak laki-laki. Bahkan kamu ingin menjemputnya di bandara tanpa memberitahu Ibu?"

Sakura memutar bola matanya dengan sangat malas.

"Aku lupa harus memberitahu semuanya kepada Ibu baruku." Senyuman tipis Sakura serta tatapan matanya yang tajam membuat Kushina tersadar bahwa dia tidak boleh terlalu mencampuri urusan pribadi Sakura.

"Ah, maaf sayang. Ibu benar-benar minta maaf atas apa yang baru saja Ibu lakukan." Sakura mengangguk pelan dan menutup pintu kamarnya.

Meninggalkan Kushina yang berada didepan pintu dengan tangan terkepal. Dia kesal tidak bisa mendapatkan hati Sakura setelah banyak yang sudah dilakukannya.

"Apa-apaan itu tadi? Apakah salah kalau aku bertingkah seperti itu. Bagaimanapun, aku bersikap baik hanya agar Ayah tidak marah kepadaku. Sekarang Ayah pergi, bukan masalah kalau aku kembali dengan sikapku yang dulu."

Sakura mengacuhkan kejadian barusan dan merebahkan tubuhnya untuk tidur. Besok adalah hari yang cerah, dengan kepulangan kakaknya, Sakura sangat bahagia.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

New relationship✓Where stories live. Discover now