Bagian 14

949 116 0
                                    

Pagi yang cerah tidak membuat Sakura merasa rajin untuk jalan-jalan pagi ataupun memasak, Sakura langsung memesan makanan untuk dimakannya bersama dengan Sasori.

Sambil menunggu makanan sampai, Sakura berjalan kearah meja yang ada di kamarnya, ada beberapa buku yang tidak diketahui apa isinya.

"Apakah ini milik kakak?" Sakura membuka salah satu buku dengan harapan itu bukan buku catatan pribadi milik Sasori.

Namun dugaannya salah ketika membuka buku tersebut dan menemukan dongeng anak-anak. Sakura tersenyum tipis.

Sakura ingat kalau itu adalah buku yang dibelinya ketika berumur 8 Tahun bersama dengan Sasori. Sakura tidak menyangka bahwa buku tersebut masih disimpan Sasori.

"Apa yang kau baca?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kau baca?"

Seketika itu Sakura menutup buku yang dibacanya dengan penuh keterkejutan. Sasori yang berdiri didepan pintu kamar Sakura dengan senyuman lembut hanya menatapnya.

"Ini buku yang dulu aku beli. Bagaimana bisa ada pada kakak? Bukankah buku ini sudah hilang?" Sakura membawa buku tersebut kepada Sasori.

"Ah, dongeng anak-anak ini. Tanpa sengaja ada di tas yang aku bawa ketika aku ditendang dari Jepang. Mengejutkan sekali bukan?" Sasori hanya menggaruk-garuk kepalanya.

Sakura tertawa kecil mendengar cerita Sasori. Sambil menata buku-buku tersebut agar lebih rapi, Sakura mengecek ponselnya untuk memastikan apakah makanan yang dia pesan akan segera sampai.

"Kurasa makanan yang aku pesan sudah ada didepan pintu. Tolong ambilkan makannya, aku akan menyiapkan piring." Sasori mengangguk pelan dan berjalan pergi.

Ketika Sasori kembali, Sakura sudah menyiapkan semuanya untuk sarapan mereka. "Pesan apa, Saki? Baunya enak." Sakura hanya tersenyum menangapi pertanyaan Sasori.

"Nanti juga tahu."

Setelah menyiapkan piring untuk Sasori, Sakura membuat kemasan pada makanan cepat saji yang diantar kemudian menyajikannya untuk Sasori.

"Kurasa kurang banyak. Apa perlu kumasak yang lain?" Sasori menggeleng pelan dan tersenyum geli.

"Memang siapa yang akan makan nanti. Lebih baik segini saja, nanti kalau misalkan kurang, kita makan diluar. Okay?" Sakura mengangguk setuju.

Ketika makan, suasana yang tenang membuat Sasori dan Sakura teringat masa lalu, makan tanpa suara adalah tradisi di rumah mereka. Dan bersama dengan Ibu, Ayah, kakak laki-laki dan adik perempuan mengisi kebersamaan sesaat mereka.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Ibu? Pekerjaannya diluar negeri masih banyak? Aku merindukan Ibu." Sakura memainkan pisau yang dipegangnya sambil memikirkan sang Ibu.

"Saki." Senyuman lembut Sasori membuat Sakura berusaha tersenyum meskipun terlihat jelas kekecewaan yang ada pada wajahnya tidak dapat disembunyikannya. 

"Asal kau tahu. Ibu memiliki sedikit urusan yang bahkan tidak kita mengerti. Jika itu adalah keputusan Ibu untuk bahagia, kita tidak bisa melarangnya. Bahkan sekarang Ayah sudah bahagia dengan Istri barunya. Apakah kau ingin melarang Ibu untuk bahagia?" Sasori mengelus rambut merah muda Sakura dengan lembut.

"Maafkan aku."

"Tidak apa-apa. Jangan murung begitu dong." Sasori mengacak-acak rambut panjang Sakura sambil tersenyum.

Ting!

Bel rumah berbunyi, Sakura berdiri dan membuka pintu tersebut. Setelah membuka pintu, Sakura hanya terdiam tanpa berekspresi ketika melihat ada empat orang didepan pintu.

"Siapa kalian?" Melihat mereka membawa koper seakan-akan rumah tersebut adalah hotel membuat Sakura merasa tidak nyaman.

"Ka- Kami...,"

"Ah, mereka teman-teman kakak. Biarkan mereka masuk, Saki."

Sakura terkejut selama beberapa saat namun tetap mempersilahkan mereka untuk masuk kedalam.

"Ini teman-teman kakak yang kemarin batal datang?" Sasori mengangguk kecil sembari memberikan teman-temannya air minum.

Sakura melihat mereka tanpa tahu harus bagaimana, ketika empat lelaki itu masuk dan mencari kamar masing-masing.

"Tu- Tunggu, kak, mereka akan tinggal disini? Bersama dengan kakak?" Sakura terlihat kesal ketika mereka bersikap seperti itu adalah rumah mereka sendiri.

"Ya, Saki. Ada apa?"

"Ti- Tidak."

"Kenapa?", "Apakah kamu keberatan?" Sasori menatap sang adik dengan wajah datarnya.

"Aku hanya kaget."

"Bagaimana bisa, ada lima laki-laki didalam Villa ini. Kalau aku datang, pasti tidak nyaman." Sasori mengangguk kecil memahami Sakura.

"Jadi begitu,"

Sasori melihat sekelilingnya dan tersenyum tipis, "Masih ada satu orang lagi yang belum datang."

"Apa?!"

"Siapa lagi?"

Sakura semakin kesal berada dalam keadaan tidak nyaman seperti ini. Merasa hanya ada satu-satunya seorang gadis didalam rumah besar tersebut membuat Sakura kesal.

"Hana."

"Hana?"

Sasori tertawa kecil menyadari rasa penasaran Sakura. "Inuzuka Hana."

"I- Inuzuka...,"

"Kiba?!"

"Hana itu kakaknya." Sasori mengacak-acak rambut merah muda adiknya dan tersenyum penuh perhatian.

"Kau bukan satu-satunya gadis disini. Jangan khawatir." Ucapan Sasori membuat Sakura mengangguk paham.

"Baiklah, terima kasih kak." Sakura menatap teman-teman Sasori mulai masuk kedalam kamar yang sepertinya sudah disediakan.

"Ngomong-ngomong, tolong jangan sentuh lantai atas. Lantai atas milikku." Sasori terkekeh geli dan mengangguk.

"Kakak mengerti."

"Aku akan siapkan camilan untuk teman-teman kakak. Permisi,"

"Terima kasih, Saki."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

New relationship✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang