Bagian 2

1.9K 215 5
                                    

3 Bulan Kemudian...>

Alunan musik terdengar masuk kedalam pendengaran Sakura ketika dia melangkahkan kakinya masuk kedalam aula.

Gedung yang memiliki 38 Lantai disewa untuk pernikahan meriah, semua tamu datang memberikan hadiah masing-masing kepada mempelai wanita dan pria.

Sakura masuk kedalam aula dan menemukan Ayahnya memegang segelas wine dan merayakan pernikahannya bersama istri dan teman-temannya.

Sakura memutar bola matanya dengan malas dan berbalik, namun langkah kakinya terhenti ketika menemukan adik tirinya datang dengan senyuman manisnya seakan-akan dia begitu menikmati pesta pernikahan ini.

"Hai, kak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hai, kak."

Suaranya yang lembut namun membuat pendengaran Sakura ingin sekali pecah. Sakura merasa muak harus melihat wajahnya selama beberapa hari dalam seminggu semenjak pertunangan Ayahnya dipastikan.

Terlebih lagi, melihat sikap adik tirinya yang manja, Sakura merasa dia kekurangan perhatian dari ibunya, lihat bagaimana dia mulai meminta coklat dan pakaian, Sakura menjadi mual memikirkan hal itu.

Untuk anak berusia 15 Tahun, Sakura menganggapnya kekanakan, mungkin karena Sakura terlahir dengan melihat pertengkaran ayah dan ibunya, tangisan ibunya mendapatkan kekerasan dari sang ayah. Serta bagaimana Sakura menjalani masa remajanya dengan trauma melihat tangan terangkat.

"Kak." Sakura tersadar dari lamunannya dan menatap kearah Karin yang tersenyum kearahnya.

"Kau mau minta apa lagi? Pakaian-pakaian yang dikirimkan oleh Ayah belum cukup?"

Melihat senyuman diwajahnya langsung pudar membuat Sakura tersenyum tipis. "Pergilah, cari perhatian dari orang lain selain aku."

Sakura Membalikkan badannya namun tangan seseorang menghentikannya.

"A- Aku ingin hubungan yang baru dimulai dengan kakak. Aku minta maaf kalau aku membuat kesalahpahaman. Aku hanya ingin kita menjadi akrab." Ucapan Karin membuat Sakura terkekeh.

Sakura menatap kearah tangannya dan Karin langsung melepaskan tangannya. "Akrab? Kenapa aku harus memiliki hubungan dekat denganmu?"

Sakura menunjukkan rasa tidak sukanya terang-terangan. Melihat mata Karin mulai berkaca-kaca membuat Sakura menghela nafas.

"Apakah kau anak kesayangan Ayahmu?" Karin menaikkan alisnya dengan wajah yang kebingungan.

"Ma- Maksudnya?"

"Aku tanya, apakah kau anak kesayangan ayah dan Ibu?" Karin tidak menjawab, Sakura menunggu selama beberapa detik namun gadis itu tidak kunjung menjawab.

"A- A..., Ibu!"

Sakura menolehkan pandangannya dan tersenyum tipis melihat ibu tirinya datang dengan anggun sambil bergandengan tangan dengan suaminya.

Sakura menolehkan pandangannya dan tersenyum tipis melihat ibu tirinya datang dengan anggun sambil bergandengan tangan dengan suaminya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Senyuman bahagia keduanya membuat Sakura kesal, namun Sakura tidak dapat melakukan sesuatu.

Berbeda dengan Sakura, Karin langsung memeluk ibu dan ayah barunya seakan-akan itu adalah orangtuanya yang menikah kembali.

"Apakah pestanya menyenangkan, anak-anak?" Senyuman Kushina membuat Sakura ingin sekali mencabik-cabik wajahnya.

"Ya, aku senang sekali, Ibu." Melihat bagaimana Karin begitu bersemangat dengan pernikahan ini membuat Sakura merasa mereka bertiga adalah keluarga bahagia dan melupakannya yang berdiri tepat didepan mereka.

Merasa diabaikan dengan banyak obrolan yang tidak melibatkannya, Sakura mengambil langkah mundur dan menjauh secara perlahan-lahan.

Para tamu menghampirinya dan bertanya banyak hal, Sakura merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk pergi lagi.

Namun, seorang lelaki tua datang kearah Sakura dan menghentikan langkahnya. "Kau sendirian, sayang?"

Sakura menaikkan alisnya tidak mengerti, "Siapa paman?"

"Ah! Hatiku sakit sekali. Kau melupakanku, Saki." Mendengar paman itu menyebut nama masa kecilnya membuat Sakura flashback kebelakang.

"Paman Fugaku." Sakura mengingatnya dan tersenyum menatap lelaki itu senang ketika dia menyebutkan namanya.

"Bagaimana kau bisa melupakan pamanmu, Saki?" Sakura terkekeh pelan dan mengambil segelas jus ketika ada pelayan yang lewat membawakan minuman.

"Apakah Sasuke baik-baik saja, paman?"

"Tentu, dia akan pulang beberapa minggu lagi, mungkin. Kau merindukannya?"

Sakura tersenyum tipis mengingat persahabatannya dengan Sasuke ketika dia dalam masa-masa yang sulit. Pemuda itu selalu ada untuk menghibur dan membuatnya bahagia meskipun dia sedang menangis.

"Aku cukup merindukannya, paman. Katakan kalau dia pulang, aku akan menyambutnya dengan hati yang senang."

"Paman tahu situasi sekarang membuatmu tidak nyaman. Paman datang untuk mengucapkan selamat kepada Ayah dan juga Ibu barumu. Tapi Paman tahu kau tidak setuju akan semua ini, terlepas dari masa lalu bahwa akulah yang hadir dalam sidang perceraian kedua orangtuamu."

Fugaku mengusap rambut merah muda Sakura dan tersenyum kearahnya. "Kalau kau punya masalah, kau bisa berbagi cerita dengan paman. Kita punya hubungan yang dekat seperti Ayah dan anak. Aku menganggap dirimu sama seperti Sasuke, jangan ragu."

Setelah berkata demikian, Fugaku melangkahkan kakinya menjauh. Melihat Sakura berwajah datar dan mata yang mulai berkaca-kaca membuat Fugaku tidak ingin mengganggunya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

New relationship✓Where stories live. Discover now