•Special Moment•

637 83 56
                                    

°Bagian 1°

"Rumah lo kosong gak?"

Ramon setia menggandeng satu tangan mungil milik Bintang. Keduanya sama-sama canggung, juga senang. Karna mungkin bisa jalan berdua, nikmati pemandangan sore disekitar toko bunga, tempat Bintang bekerja.

Niat awal Ramon mau mengajak Bintang nonton dibioskop, sebagai bentuk tahap awal pendekatannya kembali dengan manusia mungil itu. Tapi, Bintang menolak. Katanya dia agak cape hari ini, banyak pelanggan yang membutuhkan buket bunga dari toko nya. Dan dia harus melayani sendiri, karna Ten, teman kerja nya mendadak menyerahkan sisa pekerjaannya karna ada sesuatu yang harus dia urus. Mau tidak mau, Bintang menuruti. Karna sepertinya urusannya sangat penting, entah apa itu Bintang tidak bertanya dan tak berniat ikut campur.

"Kenapa emang?"

Ramon menghentikan langkahnya, yang otomatis diikuti Bintang. Keduanya sama-sama saling pandang untuk beberapa detik. Mengamati setiap pahatan yang ada didepan masing-masing.

Terpaian angin sore menerbangkan helaian surai perak milik Bintang. Tubuhnya yang pendek dan wajahnya yang kecil terlihat sangat cantik dimata Ramon, saat bersamaan tertimpa cahaya senja. Manik hazel itu semakin terang warnanya, salah satu bagian yang disukai nya serta bagian terindah milik Bintang.

"Tuhan nyiptain lo saat bahagia kayaknya, Bi."

Hal itu membuat Bintang menarik sudut bibirnya, menciptakan senyuman indah diwajah cantiknya.

"Mungkin gue akan jadi manusia terbego, kalo gue sia-sia in lo.." Mengelus pipi tembam Bintang dengan lembut dan penuh sayang.

"..cukup kemaren, sekarang, besok atau lusa dan selama nya. Gue akan berusaha, buat jagain pemberian Tuhan dihidup gue."

Refleks Bintang ikut membingkai wajah Ramon dengan kedua tangan kecilnya. Maniknya terus bergulir ke kiri dan kekanan. Seolah sedang menyimpan baik-baik dalam memory nya, manik dark grey itu kembali memancarkan kehangatan serta ketulusan yang sempat pernah hilang dari pandangannya.

Masih setia terdiam, Bintang lebih memilih tersenyum hangat dan lebih fokus mendengarkan kalimat yang akan terlontar dari bibir pria tinggi itu.

"Perlu lo tau Bi,.." Kedua alis Bintang naik, seolah menjawab 'Apa?' pada kalimat Ramon. "..gue emang pribadi yang susah dimengerti dan susah buat ngerti. Gue masih selalu salah arah dan masih ngelakuin kesalahan."

"..saat gue bilang sayang ke lo, gue jujur. Diantara keegoisan dan gengsi yang gue miliki. Gue cuma takut lo pergi dari gue, membayangkan itu aja udah buat gue sakit. Gue brengsek Bi, udah mainin hati lo dan gak peka sama perasaan lo, gue emang bego, gue-"

Jari telunjuk berada tepat didepan bibir Ramon, sang pemilik menatapnya dengan senyuman serta kedua mata berkaca-kaca.

"sssstttttt... Gak perlu dilanjut, gue udah ikhlas. Gue maafin kok."

"Maafin gue Ram, kalo kehadiran gue buat hidup lo jadi serba salah dan bingung." lanjutnya.

Ramon menggeleng keras. "Enggak! Lo gak salah, gue yang salah. Gue terlalu pengecut buat ngakuin perasaan gue dan gue terlalu bego buat sadar, gue sayang lo. Gue keliru atas perasaan gue ke Resha, sama ke Lo. Dan gue sadar, perasaan gue ke Resha, yang tersisa hanya perasaan kakak untuk adiknya. Yang ingin menjaga serta melindungi."

November Rain [CHANBAEK LOKAL] [SELESAI]✔️Where stories live. Discover now