#TujuhBelas. Again?

552 85 32
                                    

~Terluka kembali, seperti mengingat memory usang yang enggan untuk diingat lagi. Rasanya masih sama, karna luka yang ku terima, belum lah sembuh.~

🍁🍁🍁

Author.

"Eren, bunda tanya sekali lagi. Kamu dari mana? Kalo emang nginep dirumah temen, harusnya kabarin bunda. Dan nggak mungkin kan? Nginep tapi muka bonyok? Kamu bohong nak?"

Sesabar-sabar nya seorang Sandara, dia tetap seperti wanita lain yang juga punya batas kesabaran. Emosinya tersulut sejak tadi malam kepulangan anaknya dengan keadaan benar-benar tidak layak dikatakan baik-baik aja.

Ramon tidak pulang berhari-hari, membuat wanita cantik itu kelimpungan. Mencari kesana kemari dan menanyai semua temannya dan jawabannya selalu sama 'Tidak tau'.
Dan saat anak itu pulang, keadaannya membuat sandara dibuat bingung.

Keadaan masih pagi, tapi rumah itu serasa dalam keadaan siang hari dengan suhu panas yang tinggi.

"Eren.." Wanita itu menangis, lagi dan lagi. Karna memang begitulah seorang Ramon, pembuat luka serta tangis.

Ramon diambang pintu yang mematung, membalikan badan menatap wanita itu.

Dia langsung memeluk wanita itu, tidak erat namun bisa meredakan tangisnya. "Eren gak papa bun. Bunda tenang aja."

"Nggak papa apanya nak? Muka hancur begini, kamu bilang nggak papa?"

Ramon menghela nafas pelan, jika keterusan menanggapi bundanya, ia bisa telat ke sekolah. Cukup kemarin aja, dia gak masuk sekolah karna satu alasan dan hanya dirinya yang tau.

"Bunda.." Ramon melepas pelukan bundanya. Menatap dalam kedua manik wanita itu. "..Eren udah biasa begini kan? Bunda masih kaget sama kebiasaan aku?"

"Iya! Dan nggak akan terbiasa. Kamu anak bunda sayang, nggak mungkin bunda ngewajarin kebiasaan buruk kamu yang selalu berantem diluaran sana. Please, berubah demi bunda dan diri kamu juga. Bunda nggak mau, kamu kenapa-napa, cuma kamu yang bunda miliki sekarang nak."

Ramon walaupun kadang masih gak bisa terbuka sama bundanya, dia juga sejujurnya khawatir banget ke wanita itu. Dia juga rasain yang sama kayak bundanya, cuma wanita itu yg dia miliki.

Tapi tetap aja, pria itu gak mudah mengucap maaf kepada wanita. Ia terlalu sakit dan terus mengingat, bahwa yang membuang nya juga manusia yang seperti bundanya. Ibu kandungnya.

"Bun, udah yah? I'm oke, aku gak rasain sakit apapun. Aku berangkat sekolah dulu-"

Tangannya dicekal sama bundanya. "Apa benar, penyebab willy masuk rumah sakit itu karna kamu?"

Ramon termenung mendengar ucapan bundanya. Hal ini pun gak mau dia ceritakan ke bundanya, terlalu beresiko menurutnya.

"Ada hal yang perlu aku jelasin dan ada hal yang gak perlu dijelasin. Polisi lagi nyari pelaku bun, bunda gak usah ikut-ikutan ya? Mau nurutin Eren kan?"

Mata sandara masih berkaca-kaca, dibenaknya banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan ke anaknya.

Akhirnya wanita itu mengangguk lemah dan juga terpaksa. Mungkin nanti, ia bisa meminta penjelasan lagi kepada anaknya.

November Rain [CHANBAEK LOKAL] [SELESAI]✔️Where stories live. Discover now