JS 11 [Pemberian Nenek misterius] ☑️

7.4K 275 17
                                    

Aku menghampiri Nenek itu dengan di ikuti Hafiza dari belakang. Aku mencoba bertanya kepada beliau, karena kulihat Nenek itu seperti sedang kebingungan.

"Nenek mau kemana dan darimana? Saya tidak pernah melihat Nenek sebelumnya," Aku mendekat.

"Nenek sepertinya tersesat, Nak. Nenek sedang menunggu cucu yang akan menjemput sebentar lagi," Jawabnya.

"Bagaimana ceritanya Nenek bisa tersesat? Ayo Nenek masuk saja ke dalam, sambil menunggu cucu Nenek datang."

Aku mulai menuntun Nenek itu masuk ke dalam rumah dan memintanya beristirahat sejenak.

"Terimakasih, sudah mau menolong Nenek, ya." Ucapnya.

Ku buatkan teh manis hangat untuk si Nenek.

"Jadi, bagaimana Nenek bisa pisah sama cucu Nenek?" Tanyaku mengulang.

Hening, ...

Aku duduk dengan Hafiza, berhadapan dengan Nenek. Bukannya menjawab, sorot mata Nenek itu malah memandang tajam, Hafiza.

"Nek, ----?"

Aku memanggil si Nenek agar mau mengalihkan pandangan dari Hafiza. Karena aku melihat, Nenek itu terus saja memandang Hafiza dengan tatapan yang tak biasa.

"Oh iya, Nek. Ini Hafiza anak saya,"

Untuk yang kedua kalinya, aku mencoba mengalihkan pandangan Nenek dengan mengenalkan Hafiza.

"Cantik sekali," Jawab Nenek, sembari meneguk teh manis yang ku buatkan tadi.

"Apakah Nenek lapar? Saya ambilkan makanan sebentar, ya?" Tawarku.

"Tidak terimakasih, Nak. Nenek tidak lapar, ini sudah lebih dari cukup." Tolaknya dengan lembut.

"Bu, Hafiza main di kamar, ya." Rengeknya.

Mungkin Hafiza bosan, dia turun dari pangkuanku dan beranjak ke dalam kamar untuk bermain. Sementara aku masih berbincang-bincang dengan Nenek di ruang tamu.

"Kamu wanita yang baik, ramah dan sopan santun. Terimakasih ya, kamu sudah mau menolong Nenek."

Lagi-lagi Nenek itu mengucapkan terimakasihnya padaku.

"Menolong itu kan suatu kewajiban, Nenek jangan terlalu berlebihan memuji begitu," Kilahku.

"Kamu harus selalu berhati-hati, ya. Terkadang kebaikan seseorang itu akan di manfaatkan dan di jadikan kesempatan." Ucap Nenek meneguk teh hangat kembali.

"Iya Nek, In syaa Allah,"

"Kamu shaleha," Ucap Nenek kembali memuji.

Saat mendengar perkataan Nenek, aku kembali mengingat semua dosa-dosa yang pernah di perbuat.
Aku tidak pantas di katakan shaleha, aku merasa jauh dari kata itu, aku lah fakir ilmu dan si pendosa yang berlumur dosa.

"Tidak seperti yang Nenek pikirkan," Ucapku dengan seulas senyum.

"Apakah kamu tau, Nak? Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semua orang punya kesalahan dan dosa besar. Hanya, yang membedakan adalah, dia yang tidak mau berubah, atau dia yang mau berubah."

Hening sesaat.

"Shaleha itu bukan berasal dari orang yang suci yang tidak mempunyai dosa, tetapi pendosa yang berusaha taat dan kembali ke jalan yang lurus dan benar!" Jelasnya.

"Iya Nek, in syaa Allah. Semoga saya bisa menjadi seseorang yang lebih baik lagi dari sebelumnya, aamiin."

Nenek itu mengangguk.

"Jangan pernah tinggalkan shalatmu, jika perlu berpuasalah semampu kamu. Perbanyaklah shalat sunnah dan jangan lupakan dzikir dan shalawat.
Jangan tinggalkan shalat dhuha dan shalat malamnya, ya." Sambungnya lagi.

"Jika kamu menginginkan kemudahan dan kelancaran rezeqi lakukan semua itu. Jika kamu menginginkan sesuatu yang lain, perbangaklah melakukan shalat malam, mintalah apa keinginan mu. Lamakan sujud dan doamu, Nak. Setelah itu, percayalah Tuhan akan menolong dengan cara-Nya. Tugas kita hanya bersabar menunggu apa yang kita inginkan tercapai." Lanjut Nenek itu kembali.

Sedari tadi, aku tidak tau apa maksud dari perkataan Nenek itu, seolah dia mengetahui semuanya tentangku.

"Sudah jangan terlalu kamu pikirkan perkataan Nenek, fokus saja pada tujuan dan niatmu."

Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan sang Nenek, yang belum ku ketahui nama dan tempat tinggalnya itu.

"Nenek punya sesuatu untukmu, semoga kamu suka."

Nenek mengeluarkan sesuatu dari saku baju yang tertutup jilbab panjang berwarna hitam. Nenek itu mendekat, kemudian membuka kedua tanganku, lalu memberikan sesuatu itu untukku.

^Sesuatu yang di bungkus dengan kantong keresek berwarna hitam.

"A-apa ini? Nenek tidak perlu repot-repot memberikan ini,"

"Tidak apa-apa. Karena kamu orang yang baik, Nenek senang memberikan ini sama kamu.
Simpan saja pemberian Nenek ini, suatu saat sesuatu itu, pasti akan memberikan manfaat. Suatu hari nanti, kamu akan membutuhkanya! Anggap saja ini adalah kenang-kenangan dari Nenek."

Nenek itu kembali ke tempat duduknya seperti semula.

"Aku akan menerima pemberian dari Nenek, In syaa Allah akan saya simpan baik-baik."
.
. ju

"Ibu, Nenek tadi kemana? Sudah pulang ya, Bu?"

Tanya Hafiza keluar dari kamar dengan membawa bonekanya.

"Belum, ini Nen, -------?"

Lhooo, kemana Nenek itu?

Aku menoleh ke segala arah, ternyata Nenek itu sudah tidak ada si sini.

Ya Allah, siapa Nenek itu? Kemana dia pergi?

🔥

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam,"

"Yeeeeee, Nenek sama Kakek sudah pulang, bawa apa itu?"

Terlihat Fiza sangat senang melihat kepulangan Nenek dan Kakeknya.

"Ah sudahlah berfikir positif saja, mungkin Nenek tadi sudah pulang dan lupa berpamitan denganku." Pikirku.

"Wah Hafiza dari tadi nungguin Nenek sama Kakek ya ternyata?"

Ku hampiri ibu dan bapak, ku ambil keranjang yang di bawa mereka. Kami memang menanam berbagai macam sayuran di kebun. Mulai dari sawi, kangkung, bayam, kacang, pepaya, daun singkong, tomat dan buah-buahan.

Hafiza sibuk memilih buah jeruk yang di bawa oleh Neneknya. Ku letakan sesuatu pemberian nenek misterius tadi di dalam kamar. Ku letakan sesuatu itu di atas lemari plastik milik Hafiza dan beranjak pergi ke dapur mulai memasak untuk makan malam nanti.

🔥🔥🔥

Apa sesuatu yang diberikan Nenek misterius itu kepada Ratih?

BERSAMBUNG.

 JELMAAN SUAMIKU. [END]Where stories live. Discover now