JS 09 [Kematian ibu Reni]☑️

7.8K 288 10
                                    

"Fiza sayang, bangun yuk, sudah siang."

Ku elus kepalanya, nampak si kecil Fiza langsung membuka kedua matanya, kemudian ia pun tersenyum.

"Iya, Bu."

Fiza masih terus tersenyum lama sekali.

"Kenapa Fiza? Kok bangun tidur senyum-senyum begitu?" Tanyaku.

"Fiza tadi mimpi indah sekali, Bu."

"Oh ya? Memangnya Fiza mimpi apa tadi?"

"Fiza mimpi ketemu Ayah, ayah pulang Bu! kita kumpul sama Ayah. Fiza senang sekali," Jawabnya bersemangat.

Hafiza memang sedang merindukan sosok ayah dalam hidupnya. Aku diam sejenak, sakit sekali mendengarnya. Terasa sesak dada ini mengingat perkataan Hafiza dan pertemuan antara aku dan mas Rey semalam.

"Bu, nanti kalo Ayah pulang, jangan izinin ayah pergi lagi, ya."

Si kecil Fiza menggoyang-goyangkan badanku yang masih diam membisu.

"I-Bu ..."

"I-iya sayang, sekarang Fiza mandi dulu ya, habis itu sarapan dan berangkat ke sekolah."

Ya Allah, apa yang harus aku katakan pada Hafiza.
Kapan aku terus membohongi anakku terus menerus dan memberikan harapan palsu padanya?

°°°
.
.

Lima belas menit berjalan kaki, dari rumah ke sekolah, semua Ibu wali siswa sudah berkumpul di depan sekolah dengan anak-anaknya, terutama semua guru yang sedang memimpin barisan.
Ku percepat langkahku dengan segera.

"Kita berangkat sekarang, ya!" Pimpin salah satu guru.

Aku mendekat, "Mau kemana ya, Bu?" Tanyaku kebingungan.

Karena keberangkatan aku mengantar Hafiza yang selalu terlambat.

"Oh iya bu Ratih, kami semua akan ke rumah Andi," Jawab ibu Rusti, kepala sekolah.

"Bukannya Andi itu anak ibu Reni?" Pikirku.

"Ibu Reni di kabarkan  meninggal dunia, karena di bunuh," Sambung guru yang lain.

Memang aku tidak melihat ibu Reni ada di sini. Ibu Reni yang tiada hari tanpa menghinaku, hari ini dia dikabarkan meninggal karena di bunuh.

"Siapa yang membunuhnya?" Batinku.

Aku langsung menggandeng tangan Hafiza dan ikut dengan rombongan guru beserta wali siswa semuanya.

"Kenapa ibu Reni bisa di bunuh, siapa yang membunuhnya ya?" Ucap mereka.

Banyak ibu mempertanyakan hal yang sama di tengah perjalanan menuju rumah Andi.

°°°

Setelah berjalan dengan jarak yang lumayan jauh, ibu guru yang memimpin, berhenti di depan rumah yang menurut ku sangat besar dari rumah yang lain.
Rumah yang terbilang mewah jika ada di desa seperti ini, di garasi terdapat satu mobil berwarna putih dan dua buah sepeda motor.

Terpasang banyak sekali bendera kuning yang di sepanjang jalan. Mulai dari jalan yang yang di lintasi hingga sampai ke depan rumah ibu Reni.

Sudah banyak sekali orang yang datang melayat. Kami masuk ke dalam rumah, Andi sedang menangis di pangkuan sang Nenek, ia terus saja memanggil Ibunya yang sudah terbujur kaku dengan wajah pucat pasi.

"Kasihan sekali Andi." Gumamku.

Banyak orang yang terang-terangan menceritakan keburukan Ibu Reni di sini, dari mulai sikap dan sifatnya yang terkenal sombong di semasa hidupnya, bahkan mereka menceritakan kronologi kejadian terbunuh nya ibu Reni.

"Ibu Reni di bunuh suaminya!" Ucap salah satu pelayat setengah berbisik.

"Dikabarkan suaminya akan di amankan oleh polisi, sekarang sedang di jaga ketat oleh keluarga jauh Reni, sampai polisi datang!"

☄️☄️☄️

"Mas Yadi?" Netraku membola sempurna.

Seseorang yang ku lihat sedang di giring oleh banyak polisi, itu mas Yadi.
Kedua tangan nya di borgol.

Kenapa mas Yadi di tangkap polisi? Apa jangan-jangaaaaaaan, ....."

Aku mendekat, "Kenapa kamu di borgol?" Tanyaku menghampiri.

Kali ini aku melihat mas Yadi dengan wajah seperti pada umumnya. Tak ku lihat mas Yadi seperti yang aku temui waktu itu, si Kakek tua renta yang pelo dan berjalan bungkuk.

"Ratih?"

Mas Yadi memberhentikan langkahnya, dia masih di jaga ketat oleh tiga polisi di belakangnya.

"Apakah istrimu itu Reni? Apa kamu yang telah membunuh nya?" Tanyaku kepada mas Yadi.

Dia belum mau menatapku, kepalanya tertunduk. "Iya, Reni lah istriku selama ini,"

Semua polisi itu terus saja mendorong mas Yadi agar cepat dalam melangkah, tetapi mas Yadi seakan meminta waktu sebentar untuk berbicara denganku, kepada mereka.

"Iya, aku yang telah membunuh Reni. Aku lelah dengan keadaan dan situasi ini, aku di bawah penekanan Reni selama ini, Ratih.
Aku di perlakuan semaunya, aku sudah seperti robot, yang harus mau ketika di minta ini itu. Aku tidak mau menjadi tumbal Reni untuk ke sekian kalinya!
Daripada aku yang mati, lebih baik ku bunuh Reni terlebih dahulu agar aku bisa terbebas.
Ternyata setelah aku membunuh nya, aku bisa normal kembali, hanya saja aku akan masuk sel dalam waktu yang lama."

"Ratih aku ingin meminta maaf sekali lagi kepadamu, aku berharap setelah aku keluar dan bebas dari sel, kamu bisa menerimaku kembali, menjadi suamimu." Ucapnya.

Mas Yadi memintaku untuk kembali?

Aku terkekeh, ingin sekali tertawa ketika mendengar perkataanya.

Ia pun berlalu dengan digiring paksa oleh polisi.

☄️☄️☄️

[#Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa]

Terdengar suara teriakan dari dalam rumah. Karena terkejut, hampir semua pelayat yang berada di luar berdatangan menuju suara itu dan masuk kedalam rumah, termasuk aku.

Semua terkejut melihat jenazah ibu Reni yang tiba-tiba berubah menghitam dan menua. Wajahnya keriput, kulitnya berubah seperti kulit yang sudah tidak memiliki daging di dalamnya, hanya ada otot-otot yang terlihat dengan jelas.

"Saya saksinya, saat dimandikan tadi wajah dan badan bu Reni belum seperti ini, tapi ketika selesai di mandikan jenazah ibu Reni berubah!" Seorang saksi membuka suara dan berusaha menjelaskan.

"Iya saya juga sempat melihat, memang tadi baik-baik saja." Sambung saksi kedua.

Ricuh semua orang, semua kebingungan dan mempertanyakan kejadian ini. Sungguh aneh tapi ini nyata!
Sejak kejadian meninggalnya Ibu Reni, hal tersebut menjadi topik perbincangan hangat warga sekitar.

☄️☄️

BERSAMBUNG. ➡ Next ❓

 JELMAAN SUAMIKU. [END]Where stories live. Discover now