JS 01 [Sosok jelmaan mas Yadi] ☑️

25.9K 455 29
                                    

.
.
.

Hujan tak kunjung mereda, waktu sudah menunjukkan pukul duabelas malam, namun mata ini tak juga bisa ku pejamkan.
Kulihat mas Yadi suamiku, semakin malam ia semakin pulas. Aku berusaha memejamkan mata berulang kali, namun usahaku sia-sia.

Ku bangkit dari ranjang dan berpindah, dari kamar tengah ke kamar belakang. Sementara anak ku Dani, sudah tertidur pulas juga di kamar depan.

#SREEKKKKKKKKKK°

Gerakan sandal jepit membuat debu tanah beterbangan. Karena memang alas rumahku masih beralaskan tanah, rumah yang jauh dari keramaian, hanya di kelilingi pepohonan yang rindang.

°°°°

Ku rebahkan tubuhku perlahan di kamar belakang. Dingin sekali, sampai menusuk ke tulang-tulang. Hanya ada suara gemuruh hujan yang membuat telingaku tak bisa mendengar daratan.
Angin berhembus dari bilik-bilik bambu dengan kencang. Hujan angin semakin deras, membuat mata ini melengket dan segera tidur dengan menutup seluruh badan dengan selimut.

Belaian demi belaian kini ku rasakan, rambutku yang terurai panjang kini di mainkan perlahan.
Antara sadar dan tidak sadar, aku membuka mata sedikit demi sedikit. Dengan bayang samar, aku melihat suamiku mas Yadi sudah ada di sini.

"Mas Yadi?"

Mas Yadi merebahkan badan nya di sampingku, kemudian ia berbisik lirih, "Sayang, maaf ya. Aku tertidur lagi."

Tanpa waktu lama mas Yadi memintaku untuk melayaninya. Sebenarnya ada yang aneh, mas Yadi sekalipun tidak pernah memanggil ku dengan sebutan sayang, bahkan dia sering memanggilku hanya dengan nama, Ratih.
Tiba-tiba mas Yadi membuyarkan lamunanku, ia berusaha melanjutkan tujuannya dengan cepat.

Malam ini entah berapa kali mas Yadi memintaku melayaninya. Tulang-tulang ku terasa mau retak, aku sudah tidak sanggup lagi melayaninya, sudah cukup keringat ini membanjiri seluruh tubuhku.

Anehnya, tidak ada setetes pun keringat yang keluar dari tubuh mas Yadi, padahal aku tau betul suamiku adalah orang yang mudah sekali berkeringat. Jangankan melakukan sesuatu, diam saja ia akan berkeringat.

°°°°

#KUKURUYUKKKK

Spontan aku terbangun, melihat kanan dan kiri ranjang sudah tidak ada mas Yadi. Dimana dia?
Seingat ku, semalam mas Yadi masih berjaga. Karena aku tidak bisa menahan rasa lelahku, kemudian aku langsung tertidur disampingnya.
Aku berjalan tertatih-tatih karena masih merasakan sakit yang sangat hebat, aku mencoba berjalan perlahan untuk menyiapkan sarapan untuk mas Yadi dan Dani.

Ku lihat mas Yadi sudah bersiap berangkat bekerja.

"Ratih, nanti aku sarapan di tempat pak Imran." Ucapnya terburu-buru.

"Iya, Mas." Jawabku singkat dari belakang.

Aneh sekali, mas Yadi sama sekali tidak mengungkapkan sepatah kata pun tentang semalam.

"Ah sudahlah!" Pikirku.

°°°

Hari setelahnya, seperti biasa aku berbaring di sebelah mas Yadi. Namun tak berselang lama mas Yadi ketiduran lagi, terkadang aku juga ingin bercerita pada suamiku tentang keseharian ku, aku ingin mencurahkan isi hatiku, keluh kesahku padanya. Tapi mas Yadi selalu saja tak mau mengerti, bahkan ia berkesan sangat abai dan acuh.

Aku beranjak pergi ke belakang karena panggilan alam, tapi belum juga selesai, tiba tiba terdengar suara mas Yadi dari balik pintu kamar mandi. Ia memintaku agar bersegera.

"Sayang, cepatlah!"

Mas Yadi mengetuk pintu, ia berdiri di depan pintu menungguku. Sekitar 5 menit mas Yadi masih di luar pintu.

 JELMAAN SUAMIKU. [END]Where stories live. Discover now