Abila tersenyum. Ia duduk di ranjang Bundanya memperhatikan Humairah yang masih asik melatih kakinya, "Bunda, makan dulu, yuk. Masa masih pagi udah jalan-jalan."

"Justru kata dokter kalo pagi itu bagus sayang, biar Bunda bisa cepat jalan lagi, kan Bunda pengen masakin Fisa."

Abila mengangguk-angguk, "Iya-iya. Yaudah ayo makan. Suster juga ikut makan, ayo. Fisa udah masak tau."

"Fisa yang masak?" tanya Humairah.

"Iya dong, Bund. Fisa'kan udah lama ga masak, Bibi terus yang masak jadi kangen tau."

Humairah terkekeh, "Terserah Fisa deh, lagian Bunda udah lama nih ga makan masakan Fisa. Fisa masak apa?

"Fisa masak daging tumis saus tiram, terus ada telur gulung."

"Kok tumben masak berat, biasanya nasi goreng kalo ga roti."

Abila terkekeh, "Trobosan baru Bund, biar ga bosen." jelas Abila.

Humairah mengangguk, "Ayo, Fisa duluan sana Bunda mau cuci muka dulu."

Abila mengiyakan. Ia keluar kamar Humairah untuk segera ke dapur menemui Yanto yang tengah menunggu.

AT

Ruang makan lebih tepatnya meja makan kini sudah di penuhi oleh empat orang dengan perbedaan umur yang beragam. Abila memperhatikan satu persatu orang-orang di dekatnya.

"Makasih, Bi."

Ucapnya tulus pada bi Tia yang membantunya menyajikan makanan untuk bunda, suster dan pak Yanto.

"Bibi ikut makan sini,"

Bi Tia menggeleng, "Ga usah Nona. Bibi ga enak sama yang lain. Silahkan menikmati."

Bi Tia keluar dapur meninggalkan empat orang di meja makan.

"Makan atuh, kenapa di lihatin aja." kata Abila. Mereka mengangguk.

Meja makan hening sementara mereka makan. Abila diam-diam merasa bahagia karena keinginannya untuk tinggal bersama bundanya telah tercapai.

Sejak tinggal di Belanda, Abila jarang sekali bertemu Humairah karena satu alasan yaitu Humairah tidak boleh terlalu sering berpergian dan juga karena Humairah sedang menjalani terapi hingga kaki bundanya sedikit lebih baik dari sebelumnya.

Ia bersyukur karena peninggalan ayahnya telah kembali padanya jadi ia memiliki banyak uang hingga bisa membiayai Humairah terapi yang tergolong mahal. Sangat.

Nasi di piringnya sudah habis. Humairah meraih gelas berisi air mineral lalu meneguknya hingga tersisa setegah. Yang lain mengikutinya sampai pada waktu semuanya telah selesai dengan sarapannya.

"Suster, Fisa minta tolong boleh?"

Suster bundanya yang sudah hampir tujuh bulan bekerja dengannya tidak sungkan untuk mengiyakan keinginan Abila.

"Iya, kenapa Nona?"

"Fisa minta tolong tinggalin kita bertiga di sini, bisa?"

Widya mengangguk, izin pergi ke taman belakang sementara sampai sesi bicara majikannya selesai.

Pak Yanto berdehem. Saat Abila sudah seperti itu, itu tandanya Abila memintanya untuk lekas memulai pembicaraan.

After that [Selesai]Where stories live. Discover now