10

12.6K 1.4K 8
                                    

"Lagi sibuk banget nggak?" Aura mendongak ke arah pintu, lalu tersenyum senang menyambut Raka, yang tengah menggendong si kembar di sisi kanan dan kirinya.

Setelah kejadian siang itu, Aura lanjut bemain di rumah Raka hingga sore. Bahkan dirinya menutup toko kue selama sehari, hanya untuk membantu Raka mengurus dua buah hatinya. Kebetulan pengasuh si kembar ijin pulang kampung untuk satu minggu. Aura juga berkenalan dengan Erika saat perempuan itu kembali ke rumah pada sore hari.

Meski sudah punya rumah sendiri, Rika lebih banyak pulang ke rumah Raka setelah laki-laki itu punya anak.

"Yah itung-itung bantu saudara kembar!" Ujarnya kala itu.

Nyatanya Rika tidak seganas yang Aura bayangkan. Meski wajahnya tampak judes dan cuek, dia adalah perempuan yang asyik diajak ngobrol.

"Enggak sih, kebetulan orderan udah selesai. Kenapa memang?" Jawab Aura.

"Gue mau nitipin mereka bentar boleh? Soalnya pengasuhnya belum bisa balik ke sini, masih ada urusan di kampung." Ujar Raka yang tampak buru-buru.

"Kamu mau ke mana?" Tanya perempuan itu sembari mendekat ke arah pintu.

"Gue ada urusan bentar, nggak mungkin ajak mereka." Celetuknya.

"Mau check-in sama cewek-cewek seksi?" Tebak Aura.

"Enggak, ini urusan kerjaan." Timpal Raka dengan raut serius.

"Erika nggak di rumah?"

"Dia teler, baru selesai party tadi pagi." Aura mengangguk mengerti.

"Ya udah, nggak pa-pa biar mereka di sini sama aku." Raka menurunkan kedua buah hatinya. Tapi Caca langsung menangis.

"Pa-pa, Ca ma-gendong."

"Nak, papa mau pergi kerja sebentar ya. Nanti papa jemput lagi ke sini. Kalian sama tante Aura dulu, oke." Bujuk laki-laki itu pada buah hatinya.

Berbeda dengan Riko yang langsung menurut sembari berpindah ke gandengan Aura, Caca tetap merajuk membuat perempuan itu ikut memutar otak untuk membujuknya.

"Ma, itut..!" Rengek Caca ingin ikut.

"Caca di sini sama tante Aura aja ya. Tante punya banyak kue dan makanan, nanti kalian boleh makan sepuasnya." Rayu perempuan itu sembari mengusap pelan rambut si mungil. Perlahan namun pasti, bujukan Aura mampu membuat si anak luluh.

"Jangan lama-lama ya! Aku takutnya mereka nanti rewel cariin kamu."

"Iya," Jawab Raka sembari keluar dari ruko.

Aura mengajak anak kembar itu duduk di sofa. Dia mengeluarkan semua bonekanya dari kamar untuk membuat Caca semakin betah bermain di rukonya.

"Tante nggak punya mobil-mobilan. Tapi di sini ada bola kecil-kecil, Riko main ini mau?" Riko berlari pelan ke arah Aura sembari berteriak girang.

"Wana-wani!" Celetuknya dengan raut wajah berseri, menatap bola warna warni yang Aura berikan.

"Main sambil tante suapin kue ya!"

"Ote!" Jawab mereka kompak.

"Uluh-uluh anak pintar!"

Aura tampak tenang, dia tidak begitu khawatir dititipi kedua anak Raka seperti hari ini. Toh, dari dulu perempuan itu memang suka pada anak kecil. Seandainya aku bisa melahirkan bayi dari rahimku sendiri... Sesalnya dalam hati.

Hamil dengan satu indung telur bukan hal mustahil, bisa jadi Tuhan memberikan keajaiban pada perempuan itu suatu hari nanti. Namun terkadang, rasa takut dan trauma yang Aura alami semakin membuatnya kerdil.

Save The Date!Where stories live. Discover now