3

16.8K 1.5K 11
                                    

Jam menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Seperti ritinitas biasa, Aura sudah bersiap dengan setelan baju kerjanya. Tak ingin terlambat, perempuan itu segera keluar unit, lalu mengunci pintu apartemen sederhana yang sudah disewa hampir dua setengah tahun ini.

Baru akan menekan tombol lift, pintu besi itu sudah terbuka otomatis membuat Aura mundur selangkah. Betapa terkejutnya ia, saat mendapati Dhimas di antara orang- orang yang tengah keluar dari bilik.

"Loh Dhim, kamu di sini?" Tanya Aura cepat sembari mengamati penampilan laki-laki itu.

Kaos putih dengan setelan celana training, membuat penampilan Dhimas terlihat santai namun tetap gagah. Sepertinya laki-laki itu baru saja lari pagi.

"Aura, kamu di sini juga?" Dhimas balik bertanya, sepertinya laki-laki itu sama terkejutnya.

"Aku sewa apartemen di sini, Dhim." Jelasnya.

"Kamu tinggal di sini juga? Kita samaan dong!" Seru Dhimas, tentu membuat Aura melotot.

"Oh, ya? Kebetulan banget, unit kamu yang mana?"

"Sebelah sana, paling pojok." Tunjuk Dhimas, Aura cukup tahu bagian yang Dhimas tunjuk adalah barisan apartemen dengan fasilitas mewah.

"Kamu tinggal di sebelah mana?"

"Tepat satu lantai di atas area unit kamu." Jawab perempuan itu pelan.

"Sekarang mau berangkat kerja?"

"Iya, Dhim. Udah hampir telat juga, kalau gitu aku pergi dulu ya!"

"Hati-hati, Ra. Kapan-kapan mampir ke apartemenku." Tawar laki-laki itu membuat Aura mengangguk senang.

***

Dan di sinilah Aura sekarang. Setelah pertemuan pagi tadi, perempuan itu memutuskan untuk berkunjung ke unit Dhimas.

Sekedar shilaturahmi dan berusaha menjalin hubungan baik dengan mantan, barangkali tidak masalah. Pikir Aura.

"Ra, sudah sampai? Baru aja aku mau jemput kamu di depan." Tutur Dhimas sesaat setelah membuka pintu apartemen. Sebelum ke sini, Aura memang menghubungi laki-laki itu terlebih dahulu.

Iya, kebetulan kerjaan di kantor nggak begitu banyak, jadi aku bisa langsung pulang." Jawabnya dengan tenang.

"Silahkan masuk, Ra." Aura menurut, kakinya melangkah pelan di belakang Dhimas, sambil mengamati apartemen milik mantan kekasihnya itu.

Meski laki-laki, Aura mengenal Dhimas sebagai orang yang sangat memperhatikan kebersihan. Terlihat dari keseluruhan isi apartemennya yang tertata rapi.

"Nggak pa-pa kan aku ke sini sore-sore?" Tanya Aura sedikit ragu.

"Nggak pa-pa Ra, santai aja." Laki-laki itu mempersilahkan Aura duduk di sofa.

"Aku bawain makanan kesukaan kamu Dhim." Bingkisan yang sejak tadi Aura bawa ia letakkan di meja ruang tamu.

"Soto??" Tanya Dhimas memastikan, laki-laki itu memang suka sekali dengan soto.

"Iya," Jawab Aura antusias.

"Kamu masih hapal banget Ra." Ujar Dhimas sembari tertawa. Sontak wajah Aura memerah mendengar celetukan laki-laki itu barusan.

"Iya, aku nggak pernah lupa sama makanan kesukaan kamu."

"Makasih ya, mendingan kita makan bareng aja. Aku yakin kamu pasti belum makan."

"Biar aku panasin kuahnya." Sahut Aura.

"Boleh, ayo ke dapur." Laki-laki itu menggiring Aura ke dapur. Keduanya asyik bercengkerama sembari memasak menu lain.

"Sejak kapan kamu tinggal di sini?" Tanya Aura di sela-sela menikmati makanan.

Save The Date!Where stories live. Discover now