8

12K 1.4K 43
                                    

"Mbak, bapak minta kekurangan pembayaran sewa ruko kemarin. Dia mau berobat ke rumah sakit." Aura sontak menepuk keningnya saat Toni, bocah sepuluh tahun itu datang ke toko.

"Astaga! Mbak sampai lupa ambil uang ke ATM, Ton. Kalau ditransfer mau nggak?" Tanya perempuan itu.

"Nggak bisa mbak, bapak kan nggak punya rekening di bank. Lagian butuhnya sekarang, orangnya udah mau berangkat." Tutur Toni membuat Aura mendesah lesu.

"Ya udah bentar ya, mbak cari uang tunai di kamar dulu."

"Siap, mbak."

Saking sibuknya mengurus pesanan, Aura sampai lupa kalau hari ini dia harus membayar kekurangan sewa bulan lalu. Dan sialnya, uang tunai yang perempuan itu punya sudah habis dipakai untuk belanja bahan-bahan siang tadi.

"Bentar ya Ton, baru ada tiga ratus ribu, padahal kurangnya satu setengah juta." Aura bergegas mengambil kunci motornya ingin pergi ke ATM.

"Mbak, Toni nemuin dompet ini."

"Dompet?" Aura mengernyit bingung.

"Nih," Anak laki-laki itu mengulurkan dompet pada Aura.

"Tadi nemunya di mana?"

"Di bawah meja situ," Tunjuk Toni ke kolong meja.

"Ah, jangan-jangan punya laki-laki tadi." Tebak Aura.

"Laki-laki siapa mbak?"

"Bukan siapa-siapa Ton, eh bentar...." Aura membuka dompet itu, lalu menatap takjub pada isinya.

"Gini aja deh, mbak pinjam uang di dompet ini dulu buat bayar sewa ruko bapak kamu." Putus perempuan itu cepat.

"Nih, jumlah uangnya satu setengah juta. Hati-hati bawanya, jangan sampai jatuh." Tutur Aura membuat Toni menatap ragu.

"Emangnya nggak pa-pa mbak? Nggak bakal kena marah sama yang punya?"

"Udah tenang aja, yang penting bapakmu bisa nebus obat."

"Kalau gitu, Toni pamit pulang."

"Oke, hati-hati."

"Siap mbak."

Aura bergegas menyimpan dompet hitam tebal itu. Dirinya berniat menutup toko lebih awal, untuk pergi ke ATM agar bisa mengganti uang di dompet tadi dengan cepat.

***

"Dompet gue ketinggalan di sini nggak?" Aura sontak menoleh sembari menggaruk tengkuknya.

"Lah mas, kok udah ke sini aja." Celetuk perempuan itu merasa bersalah karna uangnya belum sempat diganti.

"Dompet gue ketinggalan nggak?" Ulangnya tampak tidak ingin berbasa-basi.

"Iya, tadi jatuh di bawah meja."

"Sekarang dompetnya mana?"

"Itu, saya simpan di laci kasir." Aura bergegas mencari kunci dan mengeluarkan dompet dari sana. Laki-laki itu menerima sambil mengamati isinya sekilas.

"Mas, tadi saya pinjam uang yang ada di dalam situ, jumlahnya satu setengah juta. Saya terpaksa pinjam, keburu ditagih sewa ruko sama yang punya." Jelas Aura agar laki-laki itu tidak salah paham.

"Kok nggak ijin gue dulu?"

"Gimana mau ijin, mas kan nggak ada. Lagian saya tadi berniat pergi ke ATM untuk tarik tunai buat ganti uang yang saya pinjam." Aura menjeda ucapannya, demi memperhatikan raut laki-laki tadi.

"Tapi masnya keburu sampai sini," Lanjut Aura. Laki-laki itu hanya menghela nafas sembari mencomot lapis legit di etalase.

"Ijin dulu kek!" Sindir Aura membuat laki-laki itu menoleh.

Save The Date!Where stories live. Discover now