26. Senandung senja

Start from the beginning
                                    

Namun Pelangi kembali memutar tubuhnya menghadap cowok itu. “Sekarang apa kapan? Ntar gue udah rapi taunya nanti malem.” Pelangi berujar sinis. Masih mengingat kelakuan Rayden kala itu. “Setan banget.”

Rayden tertawa, tanpa rasa dosa. “Sekaranglah. Sana.”

Pelangi kembali membalik badan, berjalan ke arah pintu.

“Jangan lupa pake jaket! Ntar Lo ngewel lagi.”

Gadis itu menoleh. “Ngewel apaan?”

“Gemeteran anying.”

“Pake jaket Lo yang waktu itu, ya?”

Tentu Rayden malah suka, seakan menandakan jika gadis itu memang miliknya. “Terserah Lo aja.”

“Idih, kayak cewek aja bahasa Lo,” cibir Pelangi. “Jaket Lo wangi banget, baunya enak.”

Rayden berjalan mendekat, Pelangi menaikkan alisnya. “Yang ini lebih wangi.” Lalu secara tiba-tiba, dia mendekap gadis itu.

Pelangi semakin bingung begitu menyadari aroma cowok itu terasa sama dengan jaketnya. “Lo ngapain sih, Den?” Dia tidak membalas, tidak juga menolak.

“Lagian Lo dichatt nggak dibales, ditelfon nggak diangkat.” Rayden menghirup aroma rambut Pelangi dalam-dalam. “Nih, upahnya.” Lantas menjepit kepala gadis itu di ketiaknya.

“RAYDEN GUOBLOK!” Pelangi memberontak sekuat tenaga, sementara Rayden tertawa bahagia.

“Ughh, sedep pol!”

“ENGAP, BEGO! GUE MAU KOIT… NGGAK BISA NAPAS!!”

Rayden buru-buru melepaskan kepala Pelangi, setelahnya mendapat hadiah cubitan kuat yang ia yakini akan menimbulkan bekas kebiruan. Bahkan masih terasa nyut-nyutan kala keduanya sudah membelah jalanan di atas motor.

“Tangan Lo mana tangan Lo.” Rayden mengulurkan tangan kirinya ke belakang, menepuk-nepuk paha Pelangi.

Gadis itu menerima uluran tangan Rayden, ia kira Rayden menyuruhnya membawakan barang cowok itu, namun tangannya justru ditarik ke depan. “Kenapa?” Dia berteriak bingung.

“Tangan Lo templokin ke perut gue, yang kenceng. Mau ngebut.”

“Ngapain, sih?”

“Mereka ngejar lagi.” Ucapan Rayden memang terkesan lirih, namun bisa tersampaikan dengan baik di telinga gadis itu.

Rayden bisa merasakan dengan jelas bagaimana tubuh Pelangi menegang, ia mengelus tangan Pelangi yang melingkar di perutnya secara sekilas. “Merem aja.” Lalu tancap gas.

Cowok itu menambah kecepatan begitu melihat lampu yang sudah berwarna oren, tinggal menghitung menit akan berubah menjadi merah.

Tepat pada detik itu Pelangi membuka matanya, dia kembali menegang. Apalagi di depan itu perempatan. Setelah lampu berubah warna menjadi merah, mereka bisa saja terhantam kendaraan dari arah lain jika tidak tepat waktu.

“Dibilangin merem, jangan ngeyel Lo, ya.” Rayden masih sempat memperingati begitu merasakan tubuh Pelangi menegang lagi.

Seolah sama cepatnya bagaimana Pelangi menyukai cowok itu, mereka berhasil lolos. Meninggalkan sekelompok orang yang pastinya terjebak di lampu merah.

“Aman, kan?” Rayden menolehkan kepalanya ke samping.

Pelangi diam, cukup lama.

“Tung?”

“Gue takut banget tadi…”

“Sekarang gue udah pinter, tenang aja.” Rayden yang tadinya membawa motor seperti kancil, sekarang justru seperti siput.

CERAUNOPHILE [Completed]Where stories live. Discover now