Part.31 || Nayazva

3.8K 601 54
                                    

"Lo dokter, bergelar tinggi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo dokter, bergelar tinggi. Tapi lo bego!" (Darren, 2k21)

.
.
.
.

Rasendra

💚💚💚💚💚

































Pertemuan kesekian Keenan dengan Ardian, hanya mereka berdua. Sedikit canggung, dengan Keenan yang seolah masih membentang benteng besar di depan sang ayah.

Tangannya terulur, sedikit kesulitan meraih gelas minumnya di samping brankarnya "mau minum, ya?" kepala pemuda sembilan belas tahun itu mengangguk canggung "i-iya." memang sudah beberapa kali bertemu, namun tetap ada Barra. Tidak di tinggal berdua dengan sang ayah seperti sekarang. Keenan jadi bingung sendiri.

Ardian dengan inisiatif sendiri menyodorkan pelan, membantu meminumkannya dengan hati-hati "ma-makasih."

Kepalanya sejak tadi menunduk, enggan terangkat sekedar menatap wajah sang ayah, sebenarnya itu sebuah kemajuan besar, biasanya Keenan akan kembali histeris jika melihatnya.

"Dek," Ardian memanggilnya lembut, "boleh—" tengkuknya di usap gugup, menyadari sang ayah justru menggantung ucapnya, kepala si bungsu terangkat, "kenapa?"

"Pe— peluk, boleh ayah minta peluk?" Keenan sedikit terkejut, mendengar pinta aneh ayahnya. Tentu saja, kepalanya mengangguk kaku "bo-boleh." jawabnya gugup.

Sudut bibir Ardian terangkat, membentuk sebuah lengkungan samar dan perlahan nampak jelas, kakinya di bawa berdiri, mendudukan dirinya di brankar si bungsu dan meraih dengan sedikit ragu bahunya, membawa masuk tubuh kecil sang putra dalam dekap hangatnya.

"Ayah sayang Keenan." bibirnya menggumamkan kata itu berulang kali, menciumi dengan intens puncak kepalanya dan perlahan air matanya meluruh begitu saja.

Netra si bungsu terpejam, menikmati setiap hembus kata yang menggelitik manis rungu-nya, menghangatkan hatinya dan menenangkan jiwanya.

Kata sederhana yang ia idamkan sejak lama, terucap begitu saja tanpa ia yang harus mengemisnya terlebih dahulu. Sekalipun mengemis, Keenan mungkin tetap tak bisa mendapatkannya jika saat itu.

Perlahan, tangan kanannya bergerak, membalas peluk hangat sang ayah dan semakin mempereret peluknya "maaf, kalau Keenan sering bikin ayah marah dulu." Ardian mengangguk, seperti yang di katakan Bagas sebelumnya, hanya perlu meng-iya-kan ucap anak itu apapun yang di ucapnya.

"Maaf karena ayah sering nyakitin kamu." kali ini Keenan yang mengangguk dalam peluknya, menelusupkan kepalanya di dada sang ayah mencari kenyamanan tersendiri "Keenan-nya yang nakal, jadi  wajar ayah marah."

[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver] Where stories live. Discover now