Part.28 || Sedikit perubahan

3.9K 640 71
                                    

Yang Keenan butuhkan sekarang itu-

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Yang Keenan butuhkan sekarang itu-

Darren, Darren Affandra.

Bukan-

Barra, atau justru Ardian.

(Rasendra Story, 2k21)
.
.
.






















Keenan masih terlelap, dengan Barra yang terjaga di kursi jaga samping ranjang dan Ardian yang duduk di sofa ujung ruangan. Barra menggenggam sedikit ragu tangan sang adik dengan netra yang tak sedikitpun lepas dari tubuh kurus adiknya.

"Adeknya kak Barra."

Senyumnya samar, untuk pertama kalinya ia bisa sedekat ini dengan sang adik, menggenggam tanpa ada yang memarahinya, Darren. Bahkan pemuda itu yang mengiriminya pesan untuk datang dan menunggu Keenan.

Tangan kanannya bergerak menyisir lembut surai legam adiknya, menampakan jelas wajah manis dengan gurat lelah dan semu pucatnya.

"Maaf." obsidiannya berembun dan perlahan meneteskan kristal bening di pelupuknya yang semakin berlomba untuk keluar membasahi wajahnya.

"Ngh." lenguhan terdengar kontras dengan hening, membuat jantung Barra berdegup lebih cepat dari sebelumnya saat kernyitan terlihat jelas di dahinya.

Kelopak kembarnya terbuka perlahan, menampakan jelas karamel cokelat indah milik adiknya, membuat tatap mereka sedikit terkunci untuk beberapa saat, saling menyelami rindu yang tak mampu mengudara dalam lisan.

"Hai," Barra menyapa pelan, berusaha sebiasa mungkin dengan senyum yang tersungging kecil dan ssbelah tangannya yang masih menggenggam erat tangan Keenan. Tak ada sahutan, hanya tatap yang Barra sendiri tak mengerti.

Hening, hingga sadar tangan kanannya di genggam Barra. Perlahan ia melepasnya, menatap Barra sedikit tak nyaman. Barra mengerti, pemuda itu berdehem pelan menetralkan degup jantungnya yang masih saja berpacu cepat.

Tubuh anak itu bergerak pelan, berusaha bangkit dan mendudukan tubuhnya dengan punggung yang menyandar di kepala ranjang. Barra membantunya, secara refleks ia bergerak pelan, dan dengan hati-hati menumpuk bantal di belakang punggung anak itu dan menyandarkannya pelan.

"Mau minum?" Barra kembali bersuara, walau pada akhirnya Keenan tetap mengabaikan nya.

Iya, Keenan haus. Tenggorokannya terasa sangat kering hingga mengganggu tidur lelapnya.

Tak menyahut, Keenan memilih meraih sendiri gelas kaca di atas nakas. Barra melihatnya, ada dinding besar yang terbentang luas diantara mereka.

Netra yang tak berani menatapnya setelah sadar dengan kehadiran Ardian di ujung ruangan disana.

[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver] Där berättelser lever. Upptäck nu