Part.19 || Pertemuan Darren, Barra dan Keenan

5.6K 749 93
                                    

"Jadilah Barra, Barra yang cuman sebatas dokter pengganti Om Haris

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadilah Barra, Barra yang cuman sebatas dokter pengganti Om Haris. Biarin dia bahagia sama kakak nya yang sekarang. Darren itu tipe orang yang keras, kalau dia tau ternyata lo,"

"—salah satu penyumbang sakit adeknya yang sekarang, gue gak yakin dia bakal ngelepasin lo gitu aja."




.
.
.

_________

Rasendra.

🍃🍃🍃























Langkahnya di bawa tergesa, wajahnya penuh peluh dengan kedua tangan yang sibuk mendorong bangsal sang adik, netranya berembun "kuat, dek." bibirnya mengering, terus merapalkan kalimat itu, hingga salah satu perawat menahan langkahnya "Bapak gak boleh masuk, biar pasien kami yang tangani." Darren tak menyahut, lebih memilih memundurkan langkahnya saat perawat itu langsung menutup pintu ruangan ICU tersebut.

Tubuhnya menyandar di dinding, dan merosot di lantai. Kedua tangannya bergetar hebat saat takut langsung menguasai dirinya. Lelehan bening jatuh meluncur begitu saja, menangkup wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis meraung disana.

Rasanya khawatir, dan juga takut. Demi Tuhan, setelah tiga tahun, dan terakhir satu tahun yang lalu ia mengantar adiknya dalam ke adaan yang serupa, lama membuka matanya dan itu sukses membuatnya uring-uringan kembali selama lelapnya.

"Jangan lagi," suaranya melirih, menahan sesak di dadanya. Monster dalam tubuh Keenan ternyata tak pernah pergi, tetap menetap dalam tubuh ringkih itu dan semakin menggerogoti tubuh kecilnya.

Segala macam pengobatan, Jepang, bahkan pernah tinggal di USA untuk beberapa saat ternyata tak membuahkan hasil apapun untuk kesehatannya. Buktinya penyakit itu tetap kembali, dan membuat adiknya terus merasakan sakit.


____________

Rasendra.

🍃🍃🍃




Lamunan Barra melebur begitu saja saat ponsel dalam saku mantelnya bergetar, menampilkan sebuah panggilan masuk dari nomor tak di kenal, membuat keningnya mengernyit namun tetap menekan dial hijau di sana "Hallo?"

"Bar, gue Rendy." ah, teman lamanya rupanya "kenapa? Tumben lo nelepon gue lagi?"

"Tentang Keenan, gue tau dia dimana." dadanya bergemuruh, saat nama sang adik di ucap dengan begitu lantang "dia masih hidup, kan?" Barra tak bisa melihat, tapi sosok di sebrang sana mengangguk antusias "masih," ada bahagia yang tak nampak saat satu kata sederhana itu terucap pelan "alhamdulillah."  nafasnya melega, asa getar tenang dalam hatinya mengetahui fakta jika pemikiran yang jauh selama ini ia bayangkan tak benar sama sekali.

[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver] Where stories live. Discover now