AIW | 01

5K 295 66
                                    

Tandai bagian yang typo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tandai bagian yang typo ....

...

Ali Fazaira Gunandra mengalihkan perhatiannya dari berkas-berkas yang berada di pangkuannya ketika pintu ruangannya dibuka dari luar tanpa mengetuk pintu dan tanpa mendapat izin darinya. Dia ingin menegur siapa yang tidak sopan memasuki ruangannya tanpa izin darinya. Namun, amarahnya meluap setelah melihat siapa yang memasuki ruangannya tanpa mengetuk pintu.

"Aku ganggu kamu?"

Ali menggeleng dan tersenyum cerah dengan kedua tangan membentang, siap menerima pelukan dari seseorang yang selama satu tahun terakhir ini menjadi pemandangan pertama yang dia lihat. Siapa lagi jika bukan istrinya, Prilly Asha Asmita. Wanita yang selama ini dia puja tanpa henti. Pernikahan adalah satu bukti cintanya kepada sang istri.

"Sesibuk apa pun aku, aku tidak akan pernah terganggu dengan kehadiranmu. Kamu prioritasku, sebanyak dan sesibuk apa aku, waktuku tetap untukmu, sayang," Ali membawa tubuh sang istri ke pangkuannya dan mengecup singkat bibir manis sang istri yang begitu menggoda.

Ali terkekeh gemas melihat rona merah di pipi sang istri yang menunduk malu. Entah sesering apa dirinya menggoda sang istri, respon istrinya tetap sama, sama-sama malu-malu kucing, seperti saat mereka pertama kali menjadi sepasang suami istri. Ali melayangkan kecupan bertubi-tubi di wajah sang istri, gemas melihat sang istri yang setiap saat membuatnya semakin jatuh cinta dan sulit untuk berpaling.

"Ngapain ke sini? Biasanya telfon aku dulu kalo mau ke sini," Ali melingkarkan kedua tangannya di pinggul sang istri dan menatap sang istri lekat.

Mendengar pertanyaan suaminya, Prilly terkesiap. Terlalu larut dalam godaan sang suami, dia nyaris melupakan apa tujuannya datang ke kantor suaminya. Dia berdeham, bergerak dalam pangkuan suaminya minta diturunkan. Namun, bukannya melepaskannya, Ali justru semakin erat memeluk pinggangnya membuatnya memilih pasrah, membiarkan Ali memeluknya.

Dia tahu, mungkin setelah ini Ali tidak akan sudi mencium, menggoda dan memanjakannya seperti ini. Tapi, semua yang dia lakukan demi kebaikan Ali dan dirinya. Sebelum semuanya terlambat dan hancur, dia harus bergerak lebih dulu.

Prilly membuka tasnya dan mengeluarkan amplop yang membuat Ali mengerut keningnya ketika amplop itu Prilly berikan padanya.

"Apa ini?" Tanya Ali namun tangannya bergerak membuka amplop yang Prilly berikan dan perlahan membaca isi dari amplop tersebut. Wajahnya yang tenang perlahan mengeras dengan tatapan tajam yang langsung dia arahkan pada sang istri.

Prilly menunduk, menghindari tatapan tajam Ali. Dia bergerak pelan turun dari pangkuan Ali dan Ali membiarkan itu membuatnya yakin, jika sebentar lagi ketenangan yang menyejukkan hatinya akan hilang begitu saja.

"Apa maksud semua ini?" Tanya Ali dingin memandang lurus ke pintu ruangannya yang tertutup rapat. Dia melirik istrinya yang berdiri kaku di sampingnya dengan kepala tertunduk.

Am I Wrong?Where stories live. Discover now