Part 23 - "We're okay now?" -

Start from the beginning
                                    

"Okay mum, aku harus belajar dan aku mempunyai banyak tugas untuk besok," Jelasku.

Sebenarnya aku sama sekali tidak punya tugas untuk besok. Aku hanya berbohong agar Ibuku lekas keluar dari kamarku dan meninggalkan aku sendiri.

"Baiklah," Akhirnya Ibuku beranjak dari tempat tidurku dan segera keluar lalu menutup pintu kamarku lagi.

Tadi itu hampir saja. Aku segera menjatuhkan diriku lagi ke tempat tidur dan tidak lama aku tertidur sebelum aku sempat makan malam.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Besoknya saat aku di sekolah Emily tidak masuk lagi. Aku sebenarnya khawatir dengan kondisinya sekarang. Aku bahkan belum mendengar kabar Emily untuk hari ini. Guru Biologinya bahkan tidak mendapat surat izin atas tidak hadirnya dia. Angelina memintaku untuk bertemunya setelah pulang sekolah ini di perpustakaan tapi aku tidak ingin bilang ke Luke. Jadi aku hanya bilang pada Luke bahwa aku mempunyai kelas tambahan setelah pualng sekolah jadi dia dapat menungguku di depan gerbang.

AKu berjalan menuju ke perpustakaan. Saat aku membuka perpustakaan, aku belum melihat ada tanda-tanda Angelina. Aku tahu dia akan berbicara tentang Luke. Dan aku sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaannya jika saja pertanyaan yang akan dikasihnya sama dengan apa yang ada di pikiranku Aku duduk di sudut perpustakaan sambil menunggu Angelina.

Tidak lama kemudian cewek brengsek itu datang dan segera menghampiriku.

"Maaf sudah menunggu lama," Tumben sekali dia meminta maaf.

"Tidak masalah," Sesungguhnya itu sangat menggangguku. Aku tidak suka menunggu.

"Belakangan ini kau dekat dengan Luke, kan?" Angelina langsung memulai pembicaraan ini tanpa basa-basi. Itu bagus larena aku tidak perlu memaksa Luke menunggu lama di luar sana.

"Iya," Aku mengangguk.

"Ada apa dengannya? Kemarin saat aku kerumahnya dia marah denganku, apakah kau tahu?" Tanyannya.

"Aku tidak tahu, dia hanya tutor Fisikaku," Jawabku.

"Apakah kau serius? Bukannya kau adalah teman baiknya?" Nada bicaranya sudah terdengar menyebalkan. Rasanya aku hanya ingin menggampar wajahnya itu.

"Dan bukannya kau adalah pacarnya?" Aku berpura-pura tidak tahu tentang kehidupan Luke di depan Angelina, karena aku tidak ingin Angelina tahu kalau aku sudah berpacaran dengan Luke,

"Oh hell, i thought that you have been dating with Luke, didnt you?" Mampus. Aku mati rasa sekarang, aku tidak bisa ngomong apa-apa. "Because i and Luke have been breaking up and i thought Luke's getting weird lately and it's because of you. What the hell are you doing with him, Violin? You date him? You kissed him? or you fucked him? Answer me bitch!"

"You dont even know my life!" Aku sedikit berteriak. Tapi aku tahu ini di perpustakaan jadi aku langsung memperkecil suaraku. Air mataku hampir menetes tapi aku tahan.

"Oh i see, so you're Luke's girlfriend huh?" Dia kembali tersenyum licik.

Aku sudah tidak tahan lagi, rasanya aku ingin keluar dari sini. "Fuck off!" Aku segera membawa tasku dan keluar dari perpustakaan.tt

Aku segera berjalan sambil menahan air mataku menuju ke pintu gerbang sekolah untuk menemui Luke. Saat aku melihat Luke ada di sana, aku segera berlari kecil dan segera memeluknya. Air mataku langsung keluar dari mataku.

"Sssttt.. ssstt... what happened? Tell me," Luke kembali memelukku dan mengusap bagian kepalaku. Dia memelukku sangat kencang yang mana membuatku sangat nyaman berada di pelukannya. "Violin, just tell me!"

Aku tidak mau memberitahunya disini karena disini terlalu ramai. Aku masih tetap menangis di pelukan Luke sebelum Luke mengajakku ke mobilnya. Saat aku masuk ke mobil, aku masih terisak dan sedikit demi seidkit air mataku masih menetes. Sebenarnya aku tidak ingin mennagis, aku tidak ingin air mataku keluar dari mataku. Aku hanya kesal dengan Angelina, bukan bermaksud aku cengeng atau semacamnya.

Luke mulai mengendarai mobilnya dan aku hanya melihat keluar jendela sambil beberapa kali mengapus air mataku.

"Apa yang terhjadi?" Tanya Luke. Aku masih terdiam memikirkan apa yang harus aku katakan. Aku sudah berbohong kepada Luke dan jika aku memberitahu yang sebenarnya Luke pasti akan marah. "Violin, tell me!"

Aku menarik napas, "Tadi setelah kelas bubar, aku bertemu dengan Angelina," Aku melihat ke arah Luke yang sedang menyupir.

"What?" Luke sepertinya kaget.Mulutnya terbuka saat setelah dia bilang 'What' "What did she said?" Luke tidak bisa melihat ke arahku karena di harus fokus dengan jalanannya.

"Dia sepertinya tahu kalau aku adalah kekasih mu, Luke," Jelasku. Air mataku perlahan keluar lagi dari salah satu mataku. "Dan.. dia marah kepadaku."

"What the fuck did she said?" Nada bicara Luke memperlihatkan kalau dia sedang marah sekarang.

"She was blame me for changing you to be like this and-"

Luke kemudian memotong pembicaraanku sebelum aku selsai menjelaskan. "To be like what?" Dia menaikan salah satu alisnya.

"I dont know but she was mad at me, like what the fuck?"

Aku kembali menangis. Aku tidak bisa menahan air mataku ini yang tetap mengucur dari mataku. Saat aku emosi terkadang air mata itu selalu keluar dari mataku walaupun aku tidak mau.

Setelah sampai di rumah Luke. Luke seperti biasa mengajakku ke kamarnya. Sesampai di kamarnya aku duduk di bawah lantai sambil bersender ke tempat tidur. Luke duduk disampingku.

"Dont be sad," Luke berusaha menghiburku tapi tidak bisa, karena perkataan Angelina masih berkecamuk di dalam pikiranku. "I love you more than everything. Im gonna protect you."

Aku percaya dengan perkataan Luke bahwa dia akan melindungiku, tapi tadi dia gagal melakukannya. Aku diserang dengan Angelina mati-matian dan aku tidak punya tameng untuk melindungiku.

Aku melipat kakiku dengan tanganku lalu aku menyenderkan kepalaku di bahu Luke. Tangan Luke perlahan memegang leherku dan dia merangkulku sebelum dia menyium kepalaku.

Hari ini mungkin aku dan Luke tidak akan latihan lagi. Aku terlalu lemah untuk latihan aku hanya ingin tidur. Kepalaku pusing karena terus memikirkan Angelina, belum lagi aku khawtir dengan keadaan Emily. Aku tidak tahu kapan aku harus menjenguknya. Luke selalu bilang kalau dia sibuk dan sibuk, tapi memang sih. Selama aku tiduran di kamarnya Luke hanya duduk di depan meja dengan laptopnya. Aku dengar dia punya tugas bahasa Prancis.

"Aku akan mengambilkan minum kalau kau haus," Luke memundurkan bangkunya supaya dia bisa melihatku yang berada di atas tempat tidurnya.

"Umm okay," Aku melihat ke arah Luke sambil mengangguk.

Luke beranjak dari tempat duduknya dan segera keluar dari kamar untuk mengambilkan minum. Tidak berselang lama, Luke kembali dengan dua buah gelas yang berisi air berwarna merah. Entahlah apa itu, sepertinya sirup atau semacamnya. Luke duduk di atas tempat tidurnya, disampingku dan aku bangun dan kemudian duduk di dekatnya. Luke memberikanku satu gelas dan kami bersulang sebelum meminumnya.

Ya ini hanya segelas sirup dan rasanya manis. Aku memberikan gelasnya kepada Luke dan Luke menaruh gelasnya di meja kecil dekat dengan tempat tidur. Luke tidak melnajutkan pekerjaannya, dia hanya duduk sambil bersender di kepala tempat tidur.

Everything I Didn't SayWhere stories live. Discover now