Palu 13💦

113 20 0
                                    

⚒ P A L U G A D A ⚒

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⚒ P A L U G A D A ⚒

⚒⚒

_____

"Lo itu salah tulis rumus, masih aja nyolot."

Sakilla menghapus tulisan Satria dengan kesal. Bibirnya tidak berhenti untuk terus bergumam karena pekerjaannya menjadi guru privat dadakan tidak selesai-selesai.

"Salah mulu," gerutu Satria.

Dio dan Adellia yang sedang memakan bakso mereka sampai di buat heran dengan pertengkaran yang terjadi sekitar lima belas menit yang lalu.

"Nih, yang ini. Kali dulu baru di bagi!"

Satria berdecak, menutup buku tulisnya sambil menatap Sakilla yang meminum es teh dengan tatapan menusuk. "Kenapa di tutup?" tanya cewek itu.

"Udahlah, gue nggak bakat emang ngerjain matematika."

"Nggak, selesaiin nomor itu dulu baru udahan!"

"Nggak mau."

Sakilla mendengus. "Terserah lo aja deh, Bang."

Entah kenapa, hari ini begitu panas. Tidak banyak dari siswa di sekolah yang rela berdesakkan dan mengantre untuk membeli makanan di kantin. Warga sekolah sepertinya memilih untuk segera masuk ke kelas dan menyalakan AC.

"Kill, udah buka chat belum?"

Sakilla yang sedang mengibaskan tangannya ke depan wajah, menoleh. "Belum."

"Pulang sekolah, rapat anak drumband. Bahas lomba antar provinsi bulan depan," kata Adellia, memasukkan bulatan bakso ke dalam mulutnya.

"Gue malas banget," Sakilla berdecak.

"Sebagai mayoret handal, nggak boleh ada kata malas. Gue sama Dio aja nggak pernah ngeluh hampir setiap hari ikut rapat."

"Nggak nanya."

Satria menarik dasi Sakilla saking kesalnya, sudah ngomong panjang lebar justru di kacangin begitu.

"Bang, gue jambak rambut lo ntar."

Dio berdeham, ia sangat maklum dengan pertengkaran ini. Tetapi, masih ada yang harus diselesaikan dan dia harus pergi.

"Dio mau kemana?" Tanya Sakilla, memperhatikan Dio yang berdiri sambil memasukkan ponsel ke saku celana.

"Dio pergi, gara-gara nggak lo ajak ngobrol!" Satria menjitak kepala Sakilla.

"Apa sih, jahil banget." Ketus Sakilla.

"Ada urusan sebentar Kill, gue cabut dulu guys."

Dio pergi meninggalkan kantin setelah berpamitan pada teman-temannya. Pesan singkat dari nomor yang semalam menghubunginya, menjadi beban di pikiran Dio. Dia harus memastikan sesuatu.

P A L U G A D AWhere stories live. Discover now