palu 7💦

115 22 1
                                    

⚒ P A L U G A D A ⚒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚒ P A L U G A D A ⚒

⚒⚒

_____

Hari demi hari berlalu, tidak terasa acara karnaval untuk menyambut hari kemerdekaan tinggal menghitung hari. Semua orang di sekolah sibuk mempersiapkan pertunjukkan mereka masing-masing.

Tetapi, lain hal dengan kelas Sakilla yang tampak santai-santai saja. Semua siswa di kelas itu justru belum memikirkan tema apa yang diusung nantinya. Padahal deadline sebentar lagi dan Dio selaku penanggung jawab terus ditanyai oleh wali kelas.

"Gimana ini?"

Rapat yang dipimpin Dio sebagai ketua kelas berjalan sangat alot. Tidak ada yang mau menyumbangkan ide, mereka saling menunjuk teman yang lain dan mengatakan terserah. Jika seperti ini tidak akan pernah ada kata mufakat. Seluruh anggota kelas 11 IPS 1 memang susah sekali untuk diajak berdiskusi.

Kesal, Dio membanting spidol papan tulis karena semua siswa justru sibuk bicara sendiri dengan teman sebangku. Dio kalau sudah mood serius, sangat seram. Sakilla saja yang sedari tadi diam-diam makan keripik kentang yang sengaja ia taruh di laci meja sampai berjengit.

"Yo sabar Yo, gue kaget!" Satria yang ternyata sedang tidur di bangku pojok bersuara.

"Kalian semua kalau nggak bisa serius, nggak usah ikut karnaval aja ya. Biar di hukum kelas kita."

Memang, jika ada kelas yang tidak menyumbangkan apa pun untuk memeriahkan karnaval akan mendapat hukuman setelahnya. Seluruh anggota kelas harus menanggung hukuman itu bersama.

"Killa, kasih ide sana! Lo 'kan ikut drumb band nanti, sekali-kali nyumbang ide kalau nggak bisa nyumbang tenaga buat kelas." Sesilia, salah satu anggota kelas bersuara.

Sakilla melirik kanan dan kiri, seluruh teman-temannya menatap cewek itu seperti berharap ada secercah ide bagus dari otak kreatif Sakilla. Sayangnya, cewek itu hanya melongo saja saat semua orang menatapnya serius.

"Gue?" tanya Sakilla, menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, lo."

Satria menegakkan punggungnya, lalu menyahut dari belakang. "Jangan terlalu banyak berharap deh, sama Killa. Gue nggak yakin dia bisa mikir."

Sakilla melotot, tidak terima. Tapi mau bicara apa, dia juga tidak punya ide bagus kali ini, otaknya lagi bermasalah untuk berpikir. Pasalnya, sedari pagi ia hanya memikirkan bagaimana cara  memberikan kado untuk Krisna nanti.

"Siapa bilang gue nggak bisa mikir," Sakilla mengelak.

"Ya udah, lo punya ide apa Kill?" Dio bertanya, ia sudah mengambil pulpen untuk segera menulis. Rasanya cowok itu benar-benar seperti menunggu sebuah ilham dari Sakilla, agar urusannya cepat selesai dan bisa lebih santai.

P A L U G A D ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang