Palu 4💦

127 28 0
                                    

⚒ P A L U G A D A ⚒

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⚒ P A L U G A D A ⚒

⚒⚒



_____

Hari ini, Sakilla latihan drumband lagi. Kali ini dia ditugaskan untuk memimpin barisan marching band untuk berkeliling lapangan, lalu di belakang sudah berbaris color guard yang akan mewarnai penampilan agar lebih menarik. Sakilla juga tidak sendirian, karena dia akan memandu bergantian dengan Lilyana.

Semua tim melakukan doa bersama dan pemanasan dulu sebelum mulai. Baru saja ingin bergabung dengan teman-temannya yang lain, Sakilla di panggil oleh pelatih.

"Sakilla, kamu ganti pakai baton ini, ya." Pak Bagus memberikan tongkat mayoret dengan warna merah untuk Sakilla.

Mata Sakilla berbinar, melihat bagusnya tongkat mayoret yang di bawa Pak Bagus. "Wah, bagus Pak."

"Pak, Sakilla dapat baton baru. Kok saya nggak?" Tanya Lilyana, sambil ngegas.

"Li, kamu kan sudah Bapak kasih yang baru satu bulan yang lalu. Sakilla aja sampai harus mengalah untuk kamu."

Lilyana berdecak, ia menatap Sakilla tidak suka. Sakilla itu ibaratnya anak emas di ekstra drumband, semua orang tahu Sakilla yang paling dimanja di sini. Tetapi, tidak semua orang juga yang mengartikan buruk. Sakilla memang patut dijuluki anak emas, karena dia sangat pandai dan belajar dengan cepat tentang gerakan mayoret. Dia juga disiplin dan tidak pernah mengabaikan sebuah peraturan, tidak salah jika Sakilla menjadi ketua di grup drumband SMA Dirgantara.

Akhirnya pemanasan selesai, dan semua sudah harus berbaris pada barisan mereka masing-masing. Sakilla bersorak untuk bertanya apakah mereka semua sudah siap dengan alat masing-masing. Lalu ia mulai mengangkat tongkat, dan memberikan panduan untuk lagu yang akan dibawakan.

"Killa, lo agak mundur kenapa sih. Lo bisa nabrak anak marching kalau makin ke depan." Teriak Lilyana.

"Gue udah benar Lily." Kesal Sakilla.

Ia harus menggerakkan tongkatnya dengan baik, tetapi Lilyana terus saja mengganggunya hanya karena jarak. Ini sudah benar, Sakilla ada pada jarak yang benar. Ia juga bisa memperkirakan jarak antara dirinya dan pemain marching band.

"Minggir, giliran gue!"

Bruk..

Sakilla dan tongkatnya jatuh ke tanah.

Marching band jadi kacau, color guard di belakang bahkan ada yang menabrak para pemain marching band. Semua saling menyalahkan, apalagi yang membawa alat berat seperti bass

"Duh, Lilyana!" Kesal salah satu pemegang bass.

Semua orang menyalahkan Lilyana.

"Apa?" Sungut Lilyana.

P A L U G A D AWhere stories live. Discover now