Palu 11💦

100 17 0
                                    

⚒ P A L U G A D A ⚒

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

⚒ P A L U G A D A ⚒

⚒⚒

_____

Hari karnaval itu akhirnya tiba, di mana semua anggota sekolah disibukkan dengan bagian mereka masing-masing. Apalagi bagian OSIS yang sibuk menata urutan barisan tiap kelas yang akan menampilkan tema mereka.

"Dio, gue udah cantik 'kan?" Sakilla mengedipkan mata sambil bergaya imut saat Dio sedang menyusun barisan untuk anak kelas 11 di depan barisan drumband.

Dio hanya mengangguk acuh, ada hal yang lebih penting lagi dari pada meladeni Sakilla yang ingin di puji. Cewek itu sudah terlihat manis dan cantik dengan make up sederhana dan pakaian mayoret warna merah, lengkap pula dengan tongkat mayoret berwarna merah dan silver. Siapa pun pasti akan terpukau saat melihat Sakilla sudah mulai melakukan bagiannya menjadi mayoret nanti. Sudah tidak bisa diragukan lagi.

"Dio ih, lihat gue dulu!" Kesal Sakilla merasa diabaikan.

Cowok dengan balutan pakaian 90'an dan rambut yang dibuat klimis itu menghela napas. Dio memberi isyarat pada Sakilla untuk diam dulu, sementara dirinya memberitahukan pada anak OSIS lain melalui HT (handy talky) bahwa barisan yang ia pegang sudah aman.

Setelah memasukkan HT miliknya, Dio menatap Sakilla yang masih menunggunya penuh harap agar di puji tentunya. "Iya-iya udah cantik, jangan sampai capek jalan jauh. Gue nggak kuat gendong kalau pingsan, kata Satria lo berat."

Sakilla menggembungkan pipinya, bisa ya memuji diselingi mengejek begitu. Jika di sini ada Satria mungkin cowok itu akan tertawa. Tapi, tidak apa-apa, yang penting sudah dibilang cantik. Dio sudah berjalan ke depan lagi dan Sakilla juga sudah fokus pada Pak Bagus yang sedang memberi arahan anak drumband. Sebentar lagi, sekolah mereka akan berjalan menyusul sekolah lain yang lebih dulu berjalan.

Beruntung, SMA Dirgantara mendapat nomor urut 3. Masih agak pagi untuk berjalan, dan mungkin arak-arakan mereka sampai di sekolah sekitar pukul setengah satu siang nanti, mereka semua memang harus berjalan memutar untuk sampai di sebuah lapangan yang menjadi finish. Dan beruntungnya, lapangan itu berada tepat di samping sekolah.

_____🍓🍓_____

Akhirnya Dio bisa ikut barisan kelasnya sendiri setelah mengatur kelas-kelas lain. Ia berjalan di sebelah Satria dengan napas ngos-ngosan dan keringat yang banyak.

"Wey, bagi tisu wey! Ketua kelas lagi keringatan banyak." Teriak Satria.

Salah satu dari teman kelas mereka menyodorkan tisu secara cuma-cuma. Dio langsung saja menyeka keringatnya setelah mengucapkan terima kasih. Konsep yang diusung kelas Dio ini begitu sangat santai di banding kelas lain yang harus menampilkan gerakkan juga. Kelas Dio hanya berjalan saja, mereka lebih menonjolkan pakaian yang mereka kenakan.

P A L U G A D ADove le storie prendono vita. Scoprilo ora