Palu 1💦

247 39 1
                                    

⚒ P A L U G A D A ⚒

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⚒ P A L U G A D A ⚒

⚒⚒



_____

"Killa pulang!"

Tidak ada sahutan, bahkan sampai Sakilla masuk ke dalam rumah dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia celingak-celinguk mencari orang rumah, tapi tidak ada orang. Akhirnya Sakilla berdiri untuk mengecek ruang tengah dan dapur.

"Ma, Killa pulang!"

"Heh, tarzan! Pulang sekolah teriak-teriak lo, bukannya mandi."

Sakilla menoleh ke arah meja makan, di sana Satria--Kakaknya tengah duduk sambil memakan roti bolu. "Dih, Mama mana?"

"Kondangan."

"Nggak ada orang di rumah?"

"Lo kira gue bukan orang?" Tanya Satria, menyodorkan sepiring roti bolu di depan Sakilla yang sedang menggeser kursi.

Saudara kembarnya ini, menyebalkan sekali.

Satria diam, mengunyah rotinya dengan tatapan ke depan. Sementara Sakilla mulai menjulurkan tangannya untuk mengambil salah satu rotinya, lalu memakan roti itu dalam satu gigitan penuh.

"Enhak bhangeethh, rhootii dhaari mhaana?"

"Gila, lo makan yang benar! Air bah muncrat kemana-mana." Kesal Satria, ia cepat-cepat mengusap lengannya dengan tisu karena terkena hujan lokal dari mulut Sakilla.

"Jadi cewek nggak ada anggun-anggunnya, heran gue punya kembaran kayak lo." Lanjutnya.

Sakilla menelan rotinya dan minum. Ia menatap Satria dengan tatapan kesal, karena Kakaknya itu marah-marah hanya karena hujan lokal.

"Gitu doang, marah."

Satria berdecak, malas berdebat ia akhirnya menggeser kursi untuk berdiri. Percuma meladeni Sakilla yang nantinya tidak akan bisa diam.

_____ 🍓🍓 _____

Malam ini, Sakilla kesal karena di tinggal sendirian di rumah. Satria pergi nongkrong bersama teman-teman basketnya tanpa memberitahu Sakilla, sementara kedua orang tuanya belum pulang kondangan.

Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke minimarket di depan komplek perumahannya. Beruntung ia masih punya sedikit uang tunai di dompet, Sakilla berencana untuk mengambil uang sekalian beli camilan.

Sakilla berada di rak makanan, ia mengambil banyak snack dan juga minuman. Lalu berjalan ke kasir, dan antri membayar.

"Semuanya 125 ribu, mbak."

Setelah membayar, Sakilla keluar dari minimarket. Ia berjalan menyeberang lalu masuk ke komplek perumahannya.

"Eh, itu Dio bukan, sih?" Tanya Sakilla pada dirinya sendiri.

"Dio!!"

Seseorang yang dipanggil menoleh. Dio sedang berdiri di depan penjual martabak, lalu tanpa basa-basi Sakilla berjalan mendekat.

"Mau martabak juga Neng?" Tanya Kang martabak.

"Nggak Bang, Mama lagi nggak pengen katanya." Sakilla tersenyum manis.

Setelah mendapat martabaknya, Dio dan Sakilla berjalan kaki menuju rumah. Di sini, Sakilla yang paling cerewet menceritakan apa saja yang bisa ia ceritakan. Sementara Dio berusaha menjadi pendengar yang baik.

"Dio, kok lo nggak ikut kumpul anak basket?"

"Hari ini libur."

"Hah?"

Dio menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa?"

"Bang Sat bilang dia lagi kumpul sama tim basket."

"Bohong."

Sakilla menghentakkan kakinya, "Kesal, ih. Gue di tipu mulu, pasti dia lagi kencan sama anak komplek sebelah."

"Biarin aja."

"Kok biarin? Gue nggak suka sama anak itu, dandan mulu kerjaannya."

"Namanya juga cewek."

"Tapi gue nggak kayak gitu."

"Lo emang beda."

"Ih, Dio."

Kesalnya ke siapa? Pelampiasannya ke siapa. Ini sering terjadi, jika gemas atau sedang kesal Sakilla tanpa sadar menepuk bahu Dio beberapa kali. Lucu, sih tapi pegal juga jika terus seperti itu. Apalagi model telapak tangan Sakilla tuh, kalau nabok sakit.

"Udah sampai." Dio mengedikkan kepalanya, memberi isyarat jika sudah sampai di depan rumah Sakilla.

"Gue sampai nggak kerasa, udah sampai aja."

Dio mengangguk, ia berpamitan untuk pulang ke rumahnya sendiri yang ada tepat di depan rumah Sakilla. Mereka tetanggaan.

_____🍓🍓_____

"Ngaku lo semalam habis dari mana?"

Cecar Sakilla, ia sedang berjalan beriringan dengan saudara kembarnya menuju kelas. Kali ini, Sakilla tidak mau dibohongi lagi, ia harus membuat Satria jujur apa pun caranya.

"Udah di bilang kumpul sama anak basket."

"Ih, lo bohong. Gue bilangin Mama lo pacaran sama anak komplek sebelah."

Satria menjitak kepala Sakilla tanpa perasaan, adik kembarnya ini cerewet sekali.

"Sakit, Bang." Sakilla mencubit lengan Satria.

"Lagian lo ngaco kalau ngomong."

Tidak di rumah, tidak sekolah kakak beradik ini selalu saja bertengkar.

"Killa."

"Noh, di panggil teman lo. Gue mau cabut dulu!"

"Bang gue belum selesai ngomong, ih."

Satria tidak peduli, ia berlari kecil menjauh dari Sakilla setelah mengacak poni cewek itu. Lalu Adellia datang, menatap heran sahabatnya yang terlihat kesal.

"Tom and jerry kenapa lagi?"

"Abang gue, masih aja jalan sama anak komplek sebelah."

Adellia terkekeh, "Dia udah gede kali."

Alasan Sakilla tidak suka dengan anak komplek sebelah, karena dia adalah musuh bebuyutan Sakilla saat SMP. Dia dendam karena dulu dia selalu di bully hanya karena ia suka mikir lama. Abangnya itu, jika dinasehati tidak pernah mau mendengarkan.

"Killa, Killa ada Krisna." Adellia menyenggol bahu Sakilla.

Sakilla yang awalnya memasang wajah kesal, langsung berubah cerah saat melihat seseorang tengah berjalan menuju ke arahnya.

"Pagi, Killa."

Duh, jantung Sakilla rasanya mau copot. Sentuhan tangan Krisna yang mengacak rambut Sakilla rasanya belum hilang, di tambah bau parfum cowok itu yang seperti menempel di hidung Sakilla. Padahal sosoknya sudah berjalan melewatinya lebih dari dua puluh detik.

Gini aja udah baper, dasar lemah.

_____🍓🍓_____

Part pertama :))

Pembaca bijak meninggalkan jejak🥰

Jangan lupa vote and comment

📍Okta📍

P A L U G A D AWhere stories live. Discover now