Palu 9💦

108 21 0
                                    

⚒ P A L U G A D A ⚒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚒ P A L U G A D A ⚒

⚒⚒

_____

Makan malam sederhana bersama kedua orang tua adalah hal paling langka di kehidupan Dio. Papa Dio yang seorang tentara, hanya bisa pulang setiap enam bulan sekali. Kebersamaan mereka mungkin hanya bertahan satu minggu karena setelahnya papa akan kembali bertugas.

Bulan ini, papa mendapatkan cuti tepat saat moment kemerdekaan. Biasanya, mama akan membuat syukuran kecil-kecilan untuk mengenang jasa pahlawan dan mereka akan membagikan sedikit makanan pada tetangga terdekat.

"Dio, besok lari sama papa gimana?"

Dio yang sedang menggigit paha ayam mendongak, menatap papanya yang terlihat gagah dengan kaus ketat yang menonjolkan tubuh kekarnya.

"Boleh pa," jawab Dio, sudah lama juga mereka tidak lari pagi.

Keluarga kecil itu berbincang mengenai kegiatan sehari-hari, papa yang lebih banyak bertanya mengenai sekolah Dio. Sebelum akhirnya Bel yang berbunyi menghentikan pembicaraan itu.

"Biar Dio aja, ma."

Dio berdiri dari duduknya, ia melangkahkan kaki menuju pintu utama setelah membasuh tangan. Lelaki itu menatap heran seseorang di depannya yang sedang memeluk boneka owl warna pink dengan ukuran yang hampir menutupi wajahnya.

"Sakilla?"

Yang dipanggil menurunkan bonekanya, gadis dengan balutan piyama itu tersenyum lebar menunjukkan senyum kotak miliknya yang sangat mirip dengan Satria.

"Dio, boleh numpang tidur nggak?" tanya Sakilla.

Dio menggaruk belakang kepalanya yang tiba-tiba jadi gatal. Lalu membuka pintu rumahnya lebih lebar agar Sakilla bisa masuk. Heran, baru jam tujuh malam, Sakilla sudah memakai piyama seperti itu.

"Bokap sama nyokap nggak bisa pulang sekarang, terus Satria udah berangkat naik gunung sama teman-temannya," jelas Sakilla. "Gue takut di rumah sendirian."

"Ya udah di sini aja dulu, gue panggil mama ya."

Sakilla mengangguk, membiarkan Dio masuk ke dalam memanggil mamanya. Lalu tiba-tiba papa Dio muncul, membuat Sakilla terkejut sekali. Ia sudah lama tidak bertemu om Thama.

"Sakilla, ya."

Sakilla meremas bonekanya, tersenyum kaku pada om Thama yang terlihat begitu keren. Sejak kecil, ia selalu mengidolakan papa Dio yang gagah dan kekar itu, apalagi jika sudah mengenakan seragam tugas.

"Om, lama nggak ketemu," Sakilla mencium punggung tangan Thama.

"Udah besar aja Killa, calon menantu Om, nih."

Sakilla terkekeh, canggung. Om Thama memang selalu mengatakan ingin punya menantu manis seperti Sakilla yang memiliki banyak bakat terpendam.

"Jadi nginap di sini?" Tanya Thama.

P A L U G A D ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang