33. Diselamatkan bersama luka baru

Start from the beginning
                                    

Dirga ingat bahwa saat itu ia meminta tolong Bi Ima untuk membantunya mengambil foto ini, tapi kenapa ia tidak pernah menyadari bahwa ada satu lagi orang di dalam foto itu?

Iya, ada Jeno yang ikutan berpose dengan senyuman indahnya di belakang mereka, anak itu terlihat begitu bahagia walaupun Dirga tidak mengajaknya untuk ikut berfoto di sebelahnya. Senyum Jeno, entah kenapa ia sangat merindukan senyuman itu.

Tapi satu sisi ia sadar bahwa ia tidak pantas untuk mendekati anak itu lagi apalagi setelah apa yang ia perbuat pada Jeno, entah kemana lagi wajahnya harus diletakkan.

Sekarang ia menyesal telah memberikan Jeno pada wanita iblis itu.

Dengan tiba-tiba, Dirga berdiri dan meraih ponsel yang ada di sakunya itu, ia segera menghubungi seseorang. Seseorang yang harus mengetahui semua kelakuannya agar orang itu bisa segera menyelamatkan Jeno.

"Johnny, gue tau Jeno dimana."

"Tua bangka sialan, lo bawa kemana adek gue eek!!"

"E-em John temuin gue di deket pemakaman Jaevir, tempatnya gak terlalu jauh dari sana."

"Sampe Jeno kenapa-napa, kepala lo yang hilang!"

Dirga mematikan sambungan itu dan langsung menuju tempatnya akan bertemu dengan Johnny, ia harap dengan ini semua ia belum terlambat. Mau tidak mau ia harus menebus semua kesalahannya dan jika sampai Jeno juga pergi seperti Jaevir maka ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

Setelah beberapa saat akhirnya ia tiba di dekat pemakaman itu dan segera turun dari mobil menghampiri Johnny. Ia dapat melihat tatapan Johnny yang begitu tajam dan membuatnya bergidik ngeri.

"Dimana anak gue?"

"Di gudang tua deket sini?"

"HAH? GILA LO? NGAPAIN DIA SAMPE SANA?"

"Maaf, gue terpaksa bawa dia ke Jessica biar wanita itu gak bilang ke Jeno kalau gue yang udah bunuh Jaevir.."

"Jessica siapa lagi anjir, lo demen banget nyusahin hidup anak gue kenapa sih?!"

Johnny mengusap wajahnya kasar sedangkan Satya masih terdiam karena sangat kaget mendengar perkataan Dirga barusan. Bagaimana bisa seorang Ayah membunuh anak kandungnya sendiri? Darah dagingnya sendiri?"

"Lo..asli gue gak habis pikir sama lo, Dir. Lo tuh kenapa sih? Se-frustasi gini hidup lo tanpa Yuna?"

"Maaf..gue gak sengaja, itu semua terjadi di luar kehendak gue.."

"Ck dasar bego, sekarang cepet tunjukin jalan ke gudang itu. Sampe Jeno kenapa-kenapa, semua organ lo gue ambil buat dia!"

"I-iya-iya."

Sementara dalam perjalanan menuju tempat itu, Johnny menelpon Wira dan Edric agar bisa segera menyusul dengan polisi untuk berjaga-jaga jika nantinya ada kejadian berbahaya yang tidak diinginkan.

-

"Iya anjir gue juga gak tau kok bisa, tapi tiba-tiba si Johnny mimpi jalan tapi gak make baju woi."

Nean, Saka, Candra, Aven, dan Keenan tertawa terbahak-bahak saat mendengar cerita Wira. Mereka memang sudah berjanji untuk saling bertemu karena ingin membahas tentang hari ulang tahun Jeno yang akan dirayakan sekitar 4 hari lagi.

"Wira sableng, kemaren yang lo omongin Dirga, sekarang Tuan Johnny, besok rumput ilalang juga lo ejek?!"

"Aduh hyung, jangan marah-marah dong, nanti cepet tua loh."

Edric memukul keras kepala Wira membuat pemuda itu berteriak antara kesakitan atau karena kaget, yang jelas suara ricuh kembali terdengar dari suara tawa mereka semua.

Ephemeral [TERBIT]Where stories live. Discover now