Part 23 "Bantuan untuk Erga"

Mulai dari awal
                                    

"Yuk masuk." Ajak Erga begitu mereka berdua berdiri di depan pintu rumah.

Begitu memasuki rumah, Erga langsung mengajaknya menaiki tangga. Langkah kaki Erga berhenti tepat di depan sebuah kamar. Pintu terbuka dan terlihat kamar dengan dekorasi yang serba pink. Di pojok kamar, mata Syila menangkap pemandangan seorang gadis kecil terduduk di depan meja belajarnya. Ia yakin itu pasti adik perempuan yang Erga maksud, sepertinya jarak usia mereka cukup jauh.

"Halo Alya." Sapa Erga sembari berjalan mendekat.

Gadis tersebut langsung membalikkan badannya begitu mendengar suara sang kakak, mereka tampaknya memiliki hubungan saudara yang baik. Melihat ini membuat Syila sedikit iri.

"Kakak mau ngajarin Alya ngelukis sekarang?" Tanya gadis kecil yang bernama Alya tersebut.

Erga menggeser badannya. "Bukan kak Erga, tapi kakak cantik yang satu ini."

Syila sedikit terkejut mendengar Erga menyebutnya kakak cantik. Tapi lupakan hal itu, Alya langsung berlari kecil mendekati Syila.

"Kakak bisa melukis?" Tanyanya dengan mata yang berbinar.

Syila mengangguk dengan senyuman. "Iya, hari ini kakak yang bakal bantuin kamu ngelukis."

Tangan Alya mengambil pergelangan tangan Syila lalu menariknya menuju meja belajarnya. "Kak aku mau lukis buah strawberry." Pintanya.

Syila mengambil kanvas kecil di atas meja. "Oke, jadi mau mulai sekarang?"

Alya mengangguk dengan semangat. "Yukkk."

Syila menduduki satu kursi yang lain dan mulai menyiapkan berbagai warna yang diperlukan. Namun tak lama kegiatannya dihentikan oleh suara dari belakang.

"Syila. Panggil Erga.

Syila otomatis membalikkan badannya dengan kedua alis yang terangkat.

"Makasi."

Senyuman langsung terbit di wajah Syila. "Santai aja."

"Kalo gitu gue tinggal dulu." Ucap Erga sebelum menutup pintunya.

Tiga jam berlalu dan saat ini pagi telah berganti menjadi siang. Erga beberapa kali mengecek keadaan Syila dan Alya dengan masuk ke kamar tanpa sepengetahuan mereka. Erga senang melihat interaksi antara Syila dan Alya, mereka penuh dengan keceriaan terhadap satu sama lain. Bahkan beberapa kali Erga dapat mendengar suara tawa mereka dari luar.

"Halo." Erga membuka pintu kamar Alya.

Dua gadis di dalam ruangan sontak menoleh ke belakang.

"Udah selesai?" Tanya Erga.

Syila berdiri dari duduknya. "Udah."

Alya ikut berdiri dengan canvas di tangannya. Ia berjalan mendekati Erga. "Bagus nggak lukisannya kak?" Tanya Alya meminta pendapat Erga.

Mata Erga mengamati lukisan tersebut. Well, Syila membantunya dengan sangat baik. "Lukisannya bagus." Puji Erga yang sontak membuat Alya berjingkrak gembira.

Syila ikut senang melihat Alya yang puas dengan hasil lukisannya.

"Jadi kak Syilanya udah bisa pulang ya?"

Alya berjalan mendekati Syila. "Makasi ya kak udah bantuin Alya ngelukis, kakak kapan-kapan main kesini lagi ya."

Syila mengambil tangan Alya. "Kakak usahain ya, kalo gitu kak Syila pulang dulu." Setelahnya Syila berjalan keluar pintu sembari melambaikan tangannya sebentar.

"Alya tadi nggak ngerepotin lo kan?" Tanya Erga di tengah perjalanan turun ke bawah.

Syila menggelng. "Enggak kok, dia anaknya ceria terus belajarnya cepet."

Erga berhenti di depan pintu rumah. "Gue anterin pulang gimana?"

"Nggak usah deh gue naik taksi aja, kasian Alya lo tinggalin sendiri di rumah." Ucap Syila.

Erga mengangguk singkat. "Oke kalo gitu biar gue yang cariin lo taksi."

Syila tak menolak, mereka berdua lantas berjalan keluar rumah. Begitu mendapatkan taksi, Syila segera masuk ke dalam. Sebelum taksi pergi, Erga membayarnya terlebih dahulu. Syila menolak tapi Erga memaksanya, ia berkata ini adalah bentuk terimakasih atas bantuan yang ia berikan.

Ketika taksi mulai berjalan meninggalkan rumah, mobil lain memasuki rumah Erga. Setelah mobil tersebut berhenti, ia melihat kehadiran kedua orang tuanya. Sepertinya jari ini acara mereka tidak memakan waktu yang lama.

"Kamu ngapain tadi di luar?" Tanya sang papa.

Erga berjalan mendekati kedua orangtuanya. "Nganter temen pa."

"Siapa namanya?"

"Syila."

...

Syila membuka pintu rumah dan ia menemukan Arlan yang duduk di sofa. Ia berjalan mendekati Arlan.

Baru saja ia ingin membuka mulut, Arlan terlebih dahulu berdiri dan membuka percakapan.

"Kenapa nggak jujur?"

Syila mengerutkan dahinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Syila mengerutkan dahinya. "Maksud lo?"

Arlan tak menjawab, ia mengambil jaketnya yang tergeletak di atas pinggiran sofa.

"Hari ini gue nginep di rumah temen, lo kunci aja pintu rumah." Tukas Arlan tegas dengan wajah yang datar, lalu berjalan keluar pintu begitu saja.

Hey semuaaa
Apa kabar kaliann????
Gimana update kali ini?
Semoga suka ❤❤
Jangan lupa dikasi vote ya 💛
Yang masih belum ditambahin ke perpusatakan, yuk dimasukkin dulu
And satu lagi jangan lupa follow aku ;)
Buat kalian yang udah baca cerita ini dari awal ataupun baru, tetep support aku sampai cerita ini berakhir ya 😊
See ya again in the new chapter
Byee 🖐🖐

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang