Part 12| Cerita

42 24 5
                                        

Happy reading gaiseu🐢

Jangan lupa vote dan komennya🙆
Tandai ya kalo ada typo atau salah katanya heheh

Maaciw 🐢💙

-----

Setelah perkara gantungan kemarin, Rigel jadi merasa dia lebih dekat lagi dengan Rintik. Tanpa disengaja ia mengetahui cerita hidup gadis itu. Ya walaupun tidak semuanya ia tahu, tapi setidaknya ia sudah tau garis besarnya.

Sekarang disinilah mereka berada. Di sebuah danau buatan yang lumayan jarang orang tahu. Pulang sekolah tadi, setelah merencanakan masalah pemilihan ketua OSIS baru Rigel mengajak Rintik ikut dengannya. Itung-itung menyegarkan pikiran mereka yang sudah penuh dengan semua masalah.

Sekarang mereka sedang duduk di tepi danau,  di bawah pohon rindang yang akarnya mereka jadikan alas untuk duduk.

"Gue masih gak nyangka kalo lo pernah nolongin gue," ucap Rintik dengan tatapan yang menatap danau di depannya yang tenang.

Rigel tersenyum, rasanya ia merasa bahagia saat dekat dengan Rintik. Seperti beda rasanya saat ia dekat dengan teman perempuan lainnya. Ah seperti itulah pokonya.

"Gue banyak nolongin lo kalo lo lupa," ujar Rigel.

Rintik mengalihkan pandangan menjadi menatap Rigel. Ia mendengus, rasanya jika ia merahasiakan sesuatu pun percuma. Rigel sudah tahu garis besar hidupnya.

"Lo mau gak dengerin gue cerita? Kayanya lo udah tau hidup gue gimana," ujar Rintik.

Rigel memandang Rintik. Ada baiknya juga jika ia tahu sesuatu tentang hidup gadis cantik di sampingnya ini. Tapi tunggu.  Apa katanya tadi? Gadis cantik?  Ah tidak-tidak. Sepertinya Rigel sudah mulai gila.

"Cerita aja, gue bakal dengerin. Kalo itu buat lo lega, kenapa enggak hm?" jawab Rigel.

Rintik tersenyum mendengar jawaban Rigel. Mungkin sekarang saatnya ia mengungkapkan semua hal yang mengganjal di hatinya. Mungkin jika lebih lama lagi ia menyimpannya, Rintik akan benar-benar gila.

"Gue takut," ucap Rintik lirih.

Rigel menaikan satu alisnya. Memperhatikan dan mendengarkan baik-baik apa yang akan di katakan gadis ini berikut nya.

"Gue takut semuanya. Gue takut dengan hidup gue," ujarnya lagi.

"Kenapa?" tanya Rigel.

"Kalau boleh, kalau Tuhan ngizinin gue. Rasanya gue mau mati aja. Tapi untungnya, gue masih punya pikiran untuk tetap hidup,  walaupun gatau mau sampai kapan pikiran ini bisa nahan gue,"

"Gue rasa hidup gue selama ini gaada artinya. Dari kecil gue selalu ngerasain sakit. Sakit hati, sakit batin, sakit fisik, semuanya sakit,"

Rigel tetap mendengarkan dengan baik Rintik yang mulai menceritakan semua tentang dirinya.

"Bahkan dulu gue sempet berfikir untuk akhirin hidup gue aja. Tapi untungnya, Tuhan buat sadar kalo semua yang gue jalanin ini mungkin yang terbaik buat gue,"

Rigel terkejut dengan apa yang Rintik katakan. Serapuh ini seorang Rintik yang ia kenal jutek, judes dan tukang marah?

"Lo tau kan gimana papah memperlakukan gue? Selama tujuh belas tahun gue hidup, gue gak pernah rasain yang namanya pelukan seorang ayah,"

"Gue pernah mikir, gue sebenernya anak siapa? Kenapa ayah begitu benci sama keberadaan gue. Kalo emang gue hasil sebuah kesalahan mereka, artinya gue anak dia kan gel?" tanya Rintik.

Rigel bingung. Maksudnya sebuah kesalahan?

"Hahaha lo pasti bingung apa yang gue ucapin. Oke gue perjelas. Hadirnya gue adalah sebuah kesalahan. Paham kan? Gue rasa lo gak bodoh buat mencerna kata-kata gue barusan,"

Rigel diam. Ia tidak menjawab. Ia tahu apa maksud yang dikatakan Rintik. Tapi memilih diam dan mendengarkan saja, takutnya jika ia berbicara akan menyakiti hati Rintik.

"Hufftt"

Rintik membuang nafasnya kasar. Entah kenapa rasanya ia ingin mengungkapkan semuanya. Semuanya yang ia pendam selama ini.

"Kalo lo belum siap lanjutin ceritanya gapapa, gausah di paksa gue ngerti kok," ucap Rigel.

Rintik tersenyum. Runtuh sudah pertahanannya selama ini di depan seorang Rigel Auriga Altair.

"Tapi gue cape Rigel. Gue cape, gue pengen bahagia layaknya anak-anak seumuran gue. Gue gasuka di kasarin papah, gue gasuka liat mamah di sakitin papah, gue sakit hati kalo papah udah bentakin gue. Gue cape dengan segala hal yang terjadi di hidup gue,"

Rintik menangis di depan Rigel. Setelah sekian lama ia pendam, sekarang kata kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Seolah memang sudah tidak bisa ia sembunyikan lagi.

Rigel mengusap-usap pelan kepala Rintik. Ia tahu apa yang gadis ini rasakan. Rigel tahu betul.

"Kadang gue mikir, kenapa Tuhan gak cabut nyawa gue aja? Kenapa hidup gue gaada bahagianya?! Kenapa Tuhan kasih cobaan seberat ini?! Kenapa gue harus hidup dengan kenyataan yang kaya ini?!"

Rigel menarik pelan tubuh Rintik kepelukannya. Rigel sangat tidak bisa melihat perempuan menangis.

"Sttt, lo gaboleh ngomong kaya gitu. Lo harus bisa ngelewatin semua masalah lo. Lo harus bisa bikin nyokap lo bahagia," ucap Rigel berusaha menenangkan. Tapi nyatanya tangisan Rintik semakin menjadi, seolah rasa sakit yang ia kubur dalam-dalam sekarang terbuka lebar.

"Setiap hujan, setiap gelap, setiap malam gue takut. Gue selalu inget papah yang suka marah-marah, kata-kata kasarnya, pukulan-pukulannya. Gue selalu takut kalo malem tiba-tiba papah masuk ke kamar dan mukulin gue lagi. Gue takut semuanya yang bersangkutan sama papah. Padahal gue sayang dia, walaupun gabisa gue tutupin kalo gue juga benci papah. Tapi rasanya, dia sama sekali gak sayang sama gue. Seolah hadirnya gue itu bencana yang besar banget buat papah,"

"Papah gue sering bolak-balik club malam. Sewa jalang dan kadang papah bawa jalangnya ke rumah,"

"Dulu mamah sempet depresi dengan sikap papah, dan mutusin buat pergi ke luar negeri untuk beberapa tahun. Baru-baru ini mamah pulang, dan cerain papah. Tadinya gue kaget, ada sedih juga pas inget keluarga gue udah gak utuh. Tapi mungkin itu yang terbaik buat mamah dan gue. Tapi ternyata pikiran gue tentang papah yang gaakan nyakitin mamah lagi itu salah. Nyatanya papah tetep sakitin mamah,"

Rigel menatap sendu Rintik. Rasanya ia ingin tetap terus bersama gadis ini. Rigel nyaman. Akhir-akhir ini juga ia dapat merasakan perubahan di hatinya kala ia bersama Rintik.

"Rigel, gue boleh nanya?" tanyanya.

"Itu pertanyaan kan?" jawabnya jahil.

"Ish orang mah lagi serius anjir, nyebelin banget sih lo?!" kesal Rintik.

"Hahahaha, aneh lo abis mewek marah-marah. Nanya tinggal nanya aja kali," ucap Rigel.

"Gue kapan yah bisa bahagia kaya orang-orang?" tanyanya.

Rigel terdiam. Tapi entah ide dari mana, ucapan itu terbit dari mulutnya.

"Nanti. Ada saatnya lo bahagia bareng gue," jawab Rigel dengan senyum manisnya yang tulus. Bahkan Rintik rasa ia baru kali ini melihat senyum Rigel yang tulus sekali.

Blush

Rigel berhasil membuat kedua pipinya memerah. Jantungnya berdebar kencang.

"Tahan Rintik tahan, jangan baper jangan!!" ujarnya dalam hati.

"Kayanya gue mulai gila sama nih cewek," batin Rigel.

-----

Annyeong!!

Jangan lupa tinggalkan jejaknya!!🌟

Komen banyak-banyak yah!!!  Jangan jadi siders okey😸

See you next part gaiss🐣

Bye 👋

-renara

• R I N T I K • [ END] proses revisiWhere stories live. Discover now