Part 2 | I'm Lost

84 33 49
                                        

Happy Reading!!!

________

Hari sudah gelap, langit sudah menampilkan kerlap-kerlip bintang yang indah diatas sana, tanpa adanya cahaya sang bulan. Mobil Rigel sudah masuk ke jalan dimana rumah Rintik berada. Komplek Taman Indah.

Tadinya, Rintik meminta diturunkan di depan besar komplek saja, tapi karena Rigel memaksa dan Rintik kalah berdebat, jadilah Rigel mengantarkannya sampai rumah.

Tepat sekitar pukul enam lebih lima belas menit, mobil Rigel sampai di depan rumah Rintik. Sepi. Tapi ada satu mobil yang terparkir di dalam perkarangan rumahnya.

Rintik terdiam beberapa saat menatap kedalam rumahnya. Papa. Kata itulah yang terlintas di benaknya, saat melihat sebuah mobil hitam yang terparkir disana.

"Heh! Turun udah sampe," ucap Rigel menyadarkan Rintik.

"Hah? I-iya gue turun," jawab Rintik gugup.

Bukannya turun, Rintik kembali diam. Memandang ke arah rumah dengan wajah yang gusar. Rigel yang melihat itu heran, kenapa sih cewek di depannya ini? Aneh-aneh saja.

"Turun Rintik Rasi Aquila," ujar Rigel dengan menatap Rintik.

Rintik tersadar kembali dan menatap Rigel. Baik, seharusnya ia harus cepat turun dari mobil ini.

"Ma-makasih," ujarnya yang setelah itu turun.

Rintik menatap takut rumahnya. Ia rasa sesuatu telah terjadi disini.

Rigel memerhatikan Rintik dari dalam mobil. Gadis itu terlihat seperti gugup? atau ... ketakutan? Entahlah, yang jelas raut wajahnya menandakan ia tidak tenang.

"Aneh."

Rigel memarkirkan mobilnya segera, hari juga sudah malam, jadi, ia harus buru-buru pulang. Tentunya, sebelum nyonya besar mengamuk di rumah.

-----

Ceklek~

Rintik membuka pintu rumahnya dengan pelan. Dengan buru-buru, Rintik menutup kembali pintu itu. Dan betapa terkejutnya Rintik saat suara itu menyapa telinganya.

"Dari mana saja kamu Rintik?!" tanya Angga -sang papa.

"Rapat osis," jawab Rintik cuek.

Rintik berjalan hendak menaiki tangga menuju kamarnya. Namun, suara sang ayah mengintrupsinya menjadi berhenti melangkah.

"Halah sok-sok rapat osis, jujur kamu dari mana Rintik?!" ujar papanya lagi, dengan wajah yang marah.

Rintik mengepalkan tangannya. Ia selalu kesal dengan prilaku papanya yang seperti ini. Marah, marah dan marah. Rintik berusaha untuk tidak melawan, ia menjawab masih dengan nada tenang.

"Rintik bilang, Rintik abis rapat osis pah," jawab Rintik mencoba sabar.

"Kamu ini anak tidak tau diuntung, sudah beruntung kamu saya urus," ujar sang papa.

Cukup. Rintik tidak ingin mendengar kata-kata itu lagi. Sudah cukup, tujuh belas taun ia hidup, selalu dikatai seperti itu oleh sang ayah. Kata-kata yang bahkan sampai Rintik hafas. Kata-kata yang menyakitinya selama ia hidup di dunia.

"Cukup pah, Rintik capek. Rintik mau istirahat," ujar Rintik, yang setelah itu berlari menuju kamarnya.

Tentu saja, hal yang Rintik lakukan membuat sang ayah semakin kesal. Bahkan beliau sudah melempar barang-barang yang ada di bawah sana.

-----

Hari menunjukan sekitar pukul sepuluh malam. Rigel masih setia di balkon kamarnya, dengan segelas susu  yang bundanya buatkan tadi. Bukan berati Rigel anak manja, hanya saja ia selalu meminum susu coklat hangat sebelum akhirnya ia tidur. Lagipula Rigel sangat menyukai minuman itu.

• R I N T I K • [ END] proses revisiWhere stories live. Discover now