Happy Reading 💙🐢
----
Disinilah Rintik sekarang. Di sebuah rumah besar, kediaman keluarga Altair. Hari ini rasanya kosong sekali, padahal teman-temannya datang untuk menghiburnya. Ada rasa tidak enak saat ia berada disini, harusnya sekarang ia berada di rumah bersama Bi Nani.
"Rintik makan yu sayang, bunda udah masakin makananya," ajak bundanya Rigel.
"Bunda duluan aja, Rintik belum laper," tolaknya dengan senyuman.
Bunda Rigel memaklumi. Ia mengerti keadaan Rintik sekarang, rasanya pasti sakit sekali di tinggalkan oleh orang yang sangat ia sayangi.
Rintik melangkahkan kakinya keluar rumah. Entahlah, ia hanya ingin tenang sekarang.
"Tik mau kemana?" tanya Derai yang sedang bermain dengan Rissa.
"Keluar bentar," jawabnya singkat dan melanjutkan langkahnya kembali.
Jika kalian bertanya dimana Rigel dan teman-temannya yang lain, jawabanya adalah Rigel sedang membersihkan badannya. Sedangkan Rinai dan Archer masih dalam perjalanan katanya, Gama juga ada tapi ia sedang membantu bundanya Rigel membereskan sesuatu.
Rintik membawa langkahnya keluar dari kawasan rumah. Ia membiarkan kakinya berjalan tiada arah, Rintik tidak tahu harus kemana ia hanya ingin tenang.
Tanpa ia rasa, langkahnya membawanya keluar dari komplek perumahan ini. Rintik berjalan menyebrangi jalan dengan seenaknya. Ia tidak sadar jika caranya ia menyebrang dapat menyebabkan kecelakaan.
Dan sekarang kakinya berhenti kala ia berada di atas jembatan dengan air sungai yang deras di bawahnya. Rintik tersenyum getir, ia sudah hilang akal sekarang.
"Mah, apa Rintik harus ikut mama pulang?" ucapnya lirih sembari melihat ke arah air sungai yang mengalir deras.
----
Rigel turun dari kamarnya dengan rambut yang masih basah. Ia berjalan menuju dapur untuk menentukan segelas air.
Kakinya melangkah menuju ruang tengah dimana teman-temannya ada disana. Tapi tunggu. Rigel tidak menemukan Rintik disana.
"Rintik mana?" tanya Rigel.
"Lah gue kira sama lo, gue sama Archer baru dateng soalnya," jawab Rinai.
"Tadi bilangnya mau keluar sebentar, tapi gatau kemana," jawab Derai.
Oh ayolah, Derai itu benar-benar polos. Ia tidak sampai berfikir jika Rintik akan kabur atau pergi dari sini.
Rigel segera mengambil kunci mobilnya. Perasaannya tidak enak sekarang. Dan benar, di sekitaran rumah tidak ada tanda-tanda keberadaan Rintik. Rigel segera menaiki mobilnya dan melesat pergi meninggalkan perkarangan rumahnya.
"Rintik lo dimana," gumamnya.
Hari sudah menunjukan pukul sembilan malam, tapi Rigel belum menemukan Rintik juga saat ini. Hujan mulai turun membasahi kota dengan derasnya. Jalanan cukup ramai, tapi ia belum juga menemukan gadis itu. Sampai akhirnya ia mengenali punggung seseorang yang sedang berada di atas jembatan. Ah tidak-tidak, Rigel harus segera turun sekarang. Ia yakin itu Rintik.
----
Rintik tersenyum getir saat ini. Jalanan ini sudah tidak terlalu ramai, karena memang bukan jalan utama. Fikirannya buntu sekarang, ia hanya ingin tenang. Matanya menatap air sungai yang mengalir deras yang ia rasa dapat membuatnya tenang. Hujan sudah turun sejak tadi, tapi Rintik tidak ada niatan untuk berteduh sama sekali.
"Mah, apa Rintik boleh ikut mama? Boleh kan? Rintik gabisa kaya gini terus, Rintik cape. Alasan Rintik hidup itu mama. Boleh kan Rintik pergi?"
Dalam hatinya Rintik selalu berkata seperti itu. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Apa harus ia menyusul mamanya dengan seperti ini?
Rintik memejamkan matanya setelah ia menatap derasnya aliran sungai cukup lama, merasakan tetes demi tetes air hujan yang membasahi tubuhnya. Rintik pikir ia akan demam besok jika ia masih hidup.
Tangannya ia lepaskan dari pegangan jembatan. Matanya terpejam. Mungkin ini akan jadi detik terakhir di hidupnya.
"Terimakasih Tuhan____"
Belum selesai ia mengucapkan kata-kata dalam hatinya. Suatu tangan berhasil menggapai tangannya.
"LO GILA HAH?! LO MAU MATI DENGAN CARA KAYA GINI IYA?!"
Rintik memandang manusia di depannya ini dengan tatapan sendu. Ia membiarkan orang itu memarahinya.
Rigel menatap Rintik dengan penuh amarah dan kesedihan. Ia membiarkan tubuhnya di guyur hujan deras. Rigel tidak ingin, ia tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya. Rigel tidak mau lagi merasakan sakitnya kehilangan. Cukup waktu itu ia hampir gila, tidak lagi untuk sekarang. Rigel akui, ia menyayangi Rintik. Rigel akui, ia merasa bahagia bersama Rintik. Sikap sederhananya membuatnya jatuh hati pada gadis cantik yang rapuh di hadapannya.
"RINTIK SADAR! LO GABISA KAYA GINI! MAMA LO GAAKAN SUKA LIHAT ANAKNYA KAYA GINI"
Rigel mengguncang tubuh Rintik lalu memeluknya. Rigel sangat menyayangi gadis ini, ia benar-benar sayang.
"Gue mohon jangan pernah berusaha buat hilang dari hidup gue, gue mohon,"
Rigel memeluk Rintik erat. Ia merasakan jika tubuh Rintik bergetar dan sudah sangat dingin. Rigel tidak akan pernah meninggalkan Rintik. Sungguh, ia berjanji.
"Gue mohon jangan pernah lo coba pergi dengan cara seperti ini. Gue sayang sama lo, gue gamau kehilangan lo. Lo punya gue sekarang, gue gamau lo kaya gini tik. Gue mohon," ujarnya sembari menangkup wajah Rintik.
Entah ada apa dengan Rigel dan entah ada dorongan dari mana. Rigel mendekatkan wajahnya ke wajah Rintik. Ia mendaratkan bibirnya diatas dahi Rintik. Sebuah ciuman tulus yang membuat Rigel merasa, jika ia mempunyai tanggung jawab atas apa yang telah Tuhan titipkan kepadanya. Ia menyayangi Rintik, sangat.
Rintik tidak menjawab. Ia hanya memandang Rigel dengan tatapan yang sulit diartikan. Rintik tersenyum kala bibir pucatnya bertambah pucat, sampai akhirnya ia jatuh kedalam pelukan Rigel dan kehilangan kesadarannya.
____
Jangan lupa voment💙🐢
DU LIEST GERADE
• R I N T I K • [ END] proses revisi
JugendliteraturJANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA!! CERITA SEDANG DI REVISI (Bisa terjadi perubahan alur, nama tokoh, dll nya). _______ Si ketua OSIS yang tidak sengaja jatuh cinta kepada wakilnya. Tapi bagaimana jika semesta ingin membuat mereka berpisah? Sebuah...
![• R I N T I K • [ END] proses revisi](https://img.wattpad.com/cover/251019463-64-k766983.jpg)