Nadir menatap langit-langit kamarnya. Menggantungkan harap bahwa Nadir memang disayangi tanpa ada unsur apapun.

===

"Mau kopi?"

Radi menoleh ke asal suara. Pria itu menolak dengan sopan sambil melirik sebotol air mineral yang ada di sudut meja.

"Oh oke." Siska meletakan secangkir kopi di meja Radi. Lalu duduk di kursi, di sebelah meja Radi.

Pria yang sedang menilai beberapa tugas siswa itu menghela nafas saat smartphone-nya menampilkan sebuah chat masuk berisi lokasi sebuah restoran.

"Jam 8 ya, kita ketemu disana. Oke?"

Suara Siska membuat Radi  menggelengkan kepala. "Sorry, I can't," tolak Radi.

Siska tersenyum. Sebenarnya ia sudah muak ditolak Radi, dan kali ini mungkin ia harus menggunakan kartu terakhirnya. Hal yang menjadi kelemahan Radi. Siska cukup tau apa yang terjadi pada keluarga Radi, terutama Lyra.

Jemari lentik Siska bergerak di smartphone-nya, mengetik beberapa kata lalu dikirimkan pada Radi. Setelahnya, ia kembali menatap pria di sebelahnya. "Jangan terlambat, jam 8," katanya lalu pergi dari ruang guru. 

Radi membanting smartphone-nya setelah membaca pesan dari Siska yang berisi ancaman halus tentang Lyra.

Lyra lagi di puncak karirnya, kan? Gimana kalo media tau tentang hidup dia yang sebenernya kacau?  Dinner with me, dan hal itu gak akan terjadi ;)

Siska tidak mungkin mau repot-repot mengancamnya hanya untuk makan malam biasa. Radi yakin ada sesuatu hal telah disiapkan perempuan itu, dan tentunya bukan  hal yang baik. Walau  tidak mau tapi Radi jelas tidak bisa menolak Siska untuk kali ini. Apalagi jika menyangkut Lyra, Radi tidak mau berita tentang Lyra jadi konsumsi publik hanya karena ia menolah tawaran Siska untuk makan malam.

===

Gadis dengan rambut diikat satu berlari kecil menuju tangga. "Pak," panggilnya berhasil membuat seorang guru pria yang sedang menaiki anak tangga berhenti. 

Radi menaikan alisnya, seakan bertanya ada apa. Suatu hal yang aneh Nadir mau berinteraksi dengannya saat di lingkunga sekolah, karena biasanya gadis itu selalu menghindar. 

Nadir celingukan, lalu menghela napas saat menyadari situasi aman karena jam KBM sedang berlangsung. "We need to talk. Pulang sekolah, di danau langit atau dimanapun."

Radi menatap Nadir yang berdiri di satu anak tangga lebih bawah dari Radi. "Not today. Pulang sekolah saya ada janji sama guru yang lain."

Radi tidak bohong, ia memang ada janji dengan Dasita dan teman gurunya yang lain. 

"Malem aja gapapa."

Radi menatap ke arah lain, "Saya gak bisa. Ada janji juga."

"Sebentar aja, Pak," pinta Nadir.

"Saya dan kamu gak bisa bicara kalo cuma sebentar."

"Penting banget janjinya sampai gak bisa diundur?"

Radi diam sebentar. "Ya," jawabnya kemudian.

Nadir menghela napas, lalu tersenyum. "Yaudah, lain kali aja."

Sir-ius? [Completed]Where stories live. Discover now