12. Gelisah

662 87 49
                                    

Happy Reading!

--JEKA--

Entah kenapa, selama mengerjakan ulangan harian matematika, perasaan Jeka sangat tidak enak. Sedari tadi Jeka menggerakan badannya gelisah. Padahal sebelum mengerjakan ulangan kali ini Jeka membaca doa, bahkan ia pun membaca ayat kursi. Katanya agar tidak ada setan yang akan mengganggu.

Dahi Jeka mengerut melihat soal matematika di depannya. "Ah, ini mah pake rumus yang tadi malem." Gumamnya.

Theo sedikit melirik Jeka. Keningnya mengernyit menatap Jeka yang terlihat tidak kesulitan mengerjakan soal. Cowok itu mencebikan bibirnya kesal melihat lembar jawabannya yang baru terisi satu dari sepuluh soal. Itupun dapat jawaban dari Jey.

"Jeka.." Panggil Theo. Merasa panggilannya tidak terdengar, ia kembali berucap. "Jeka, woi!" Kali ini agak lebih keras.

Jeka masih belum menoleh.

"Ck, Jeka anjing lo!"

"Siapa yang anjing?"

Seketika Theo membeku. Cowok itu menoleh ke samping kanannya. Lalu menyengir lebar melihat Pak Anton di sampingnya. Ia melirik ke sekitarnya, hampir semua teman kelasnya menatap Theo kasihan. Kecuali Jeka, cowok itu masih anteng mengerjakan soal. Tidak merasa terganggu sama sekali.

"Eng, anu Pak. Itu loh anjing Jeka ada di rumah saya, mau saya suruh ngambil entar, soalnya suka poop sembarangan." Ujar Theo sembari menggaruk belakang kepalanya. Mendengar jawaban Theo, Jey menahan tawanya.

"Jeka nggak punya anjing, Tet." Sahut Jimmy. Ia menatap Theo polos. Yang ditatap justru mendelik kesal.

Pak Anton menggeleng pelan. Beliau mengambil soal beserta jawaban milik Theo. "Silahkan keluar." Ucapnya datar.

"Yah, Pak, jangan dong, Pak. Nilai saya nanti gimana?" Melas Theo.

"Perduli kamu sama nilai?" Tanya Pak Anton.

Theo mengangguk semangat. "Iyalah, Pak!"

"Kalo perduli kenapa gak belajar?" Alis Pak Anton naik sebelah.

Theo mengulum bibirnya. Matanya bergerak liar kesana-kemari mencari alasan. "Saya udah belajar kok, Pak."

"Masa?"

"Iya tau, Pak."

"Kalo gitu kenapa manggil Jeka?" Pak Anton melirik sekilas jawaban Theo. "Kenapa juga kamu baru ngisi satu?"

Pak Anton menghela nafas sejenak. Ia berlalu menuju meja guru di depan. Lalu menaruh soal dan jawaban Theo di atasnya. "Silahkan keluar dan temui saya sepulang sekolah nanti."

Theo menunduk, ia menyalami tangan Pak Anton lalu keluar dari kelas.

Saat melewati bangku Jeka, Theo mendengus sebal. Ia juga menatap Jimmy kesal.

Jeka baru sadar ketika Theo keluar dari kelas. Ia mengernyit bingung. Lalu mengendikan bahunya tak acuh dan bangkit dari duduknya untuk menyerahkan lembar jawabannya kepada Pak Anton.

"Kamu sudah selesai?" Tanya Pak Anton tak percaya. Ucapan Pak Anton seketika membuat teman-teman Jeka ikut melihat cowok itu tak percaya.

JEKA✓Where stories live. Discover now