7. Kilasan lalu

585 86 97
                                    

Happy reading!

--JEKA--

Kemarin Jeka bilang bahwa dia akan mulai menurut dengan Papanya. Tetapi ucapannya itu bagai angin lalu sekarang. Setelah mengunjungi Tara beramai-ramai sampai harus terkena teguran dari petugas keamanan rumah sakit dan beberapa perawat, yang akhirnya mereka menjenguk Tara bergantian, Jeka kembali ke rumah dan memilih bermain basket di lapangan belakang rumahnya.

Ia sendirian. Menatap kosong kursi yang mengarah ke lapangan. Disitu tempat Mamanya dulu melihat suami dan anak-anaknya bermain basket.

"Kalo kami menang Papa harus kabulin permintaan kami." Ujar Jeka. Bocah lelaki berumur sepuluh tahun itu sangat tampan dengan pakaian basketnya. Bibit unggul sudah kelihatan sejak dini.

"Jeka.. Abang kan nggak jago basket." Bisik Juna tepat di telinga Jeka.

Jeka ikutan berbisik. "Abang tenang aja, Jeka bakalan menangin! Percaya sama aku."

Juna mengangguk yakin. Ia sangat percaya dengan adiknya tersebut. Meskipun baru berumur sepuluh tahun, namun kelihaian Jeka dalam bermain basket tidak dapat diragukan. Di sekolahnya, Jeka juga sudah menjadi kapten. "Oke."

"Udah belum nih bisik bisiknya?" Tanya Papa dengan senyum jahil.

Jeka dan Juna menoleh.

"Tapi Papa harus janji dulu, kalo kami menang Papa harus kabulin permintaan kami." Kata Jeka dengan nada menuntut. Juna mengangguk menyetujui.

Papa menoleh ke Mama. "Gimana nih, Ma? Iyain nggak?" Tanyanya.

Jeka dan Juna berganti melihat Mamanya penuh harap.

Mama terlihat berpikir. "Yaudah deh. Tapi apa dulu yang kalian minta?" Ujar Mama.

Jeka tersenyum sumrigah. Ia menjawab pertanyaan Mama dengan sangat bersemangat. "Aku nggak ikut bimbingan belajar selama seminggu."

Papa dan Mama langsung menatap Jeka dengan pandangan sulit diartikan. Lalu keduanya saling menatap.

Mama menghela nafas sejenak. "Memangnya kenapa Jeka minta kayak gitu?" Tanyanya lembut.

Bibir Jeka sedikit cemberut. "Capek tau, Ma."

Mama dan Papa saling menatap dengan muka sendu, Mama mengangguk pelan kepada Papa. Terlihat hembusan nafas pelan dari Papa.

"Oke, Papa setuju dengan permintaan kamu." Kata Papa. Sontak Jeka langsung melihat Papanya dengan pandangan berbinar bercampur tidak percaya.

"Papa beneran?!" Tanya Jeka. Papa mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Yes!" Jeka bersorak gembira, tangannya sampai memukul udara saking senangnya.

Ditepuknya pelan kepala Jeka oleh Mama, lalu pandangan Mama beralih ke Juna yang ikut tersenyum senang melihat kebahagiaam Jeka. "Kalau Juna minta apa?"

Juna mengerjap pelan. "Liburan yuk, Ma, Pa! Aku juga capek belajar terus." Ujarnya lirih.

"Yuk! Papa juga lagi sedikit pekerjaannya, jadi kita bisa liburan." Kata Papa.

JEKA✓Where stories live. Discover now