6. Boys

624 93 52
                                    

Happy reading!

--JEKA--

Rombongan motor dengan masing-masing pengendara memakai jaket jeans bertuliskan Anushka dipunggungnya itu memenuhi jalan raya.

Dibarisan paling depan ada Juna dengan motor hitamnya, dikanan dan kirinya Jeka dan Agus. Lalu di belakangnya Theo, Jimmy, Jey, dan Gino. Disusul anggota Anushka dibelakangnya.

Bima menggoyangkan spanduk putih lambang Anushka dengan riang gembira di belakang boncengan Yonu. Rombongan geng itu terlihat seperti akan tawuran. Tidak salah sebenarnya. Sebab, mereka baru saja tawuran melawan Alexis. Dan sekarang geng itu sedang merayakan kemenangannya.

Juna tersenyum tipis melihat anggotanya dari spion motor. Membelokan motornya ke arah kanan lalu masuk ke gang sempit yang hanya muat dua motor, kurang lebih sepuluh menit dijangkau dengan motor dan tiga puluh menit berjalan kaki maka terlihatlah pemandangan memukai hutan sejuk yang sangat menenangkan jiwa. Tak berapa lama, Juna beserta pasukannya menghentikan motor di depan bangunan bertingkat dua yang terletak di tengah-tengah hutan. Bangunan itu disebut markas Anushka.

Pendiri Anushka merupakan orang yang kaya raya. Hutan sejuk ini dibelinya dan dibangun markas tepat ditengahnya dengan syarat dilarang mengotori hutan dan harus menjaganya dari penebangan liar. Agak jauh di belakang markas Anushka terdapat sungai kecil yang sangat jernih. Biasanya Gino dan Agus memancing disana lalu dimakan ramai-ramai.

Lucunya. Beberapa bulan yang lalu Jeka iseng menaruh bibit ikan di sungai. Dan ya, tak berapa lama bibit ikannya tumbuh menjadi ikan besar. Gino bahkan Agus sampai berteriak kesenangan saat memancing ikan-ikan itu.

Di samping kanan markas ada lapangan yang biasa digunakan Jeka dan lainnya bermain basket maupun sepak bola. Dan sampai sekarang Alexis tidak tahu dimana keberadaan markas Anuska, yang mereka tahu hanya tempat tongkrongannya.

Bahkan seberapa banyak total anggota Anushka pun mereka tidak tahu. Yang jelas anggota Anushka sangat banyak, tak hanya di sekolah-sekolah saja, ada juga yang sudah kuliah alias mahasiswa. Hanya saja anggota yang mahasiswa jarang ikut tawuran karena sibuk dengan kegiatan dan tugas kampus. Hanya beberapa saja yang ikut. Arka misalnya, cowok yang sudah duduk manis di sofa sambil meringis pelan saat menempelkan es batu ditulang pipinya. Membuat Jeka yang di sampingnya berdecak kesal. Pemuda itu baru akan memejamkan mata, tapi tidak jadi karena ringisan Arka.

"Lebay amat si lo, bang!" Desis Jeka.

Arka menjauhkan tangannya yang memegang es batu dari tulang pipinya. "Elah, bacot lo! Sana obatin luka lo!" Ketus Arka.

Jeka memutar matanya malas, ia justru memejamkan matanya kembali daripada mengobati lukanya. Arka menggeleng melihat kelakuan Jeka. Paham sekali bagaimana tabiat Jeka setiap habis baku hantam, pasti cuek saja dengan lukanya dan memilih tidur untuk mengembalikan mood.

"Tidur di kamar, Jek." Ucap Juna. Ia melirik sekilas adiknya lalu lanjut meneteskan obat merah ke ujung bibirnya.

Jeka bergumam malas dan bangkit menuju lantai dua untuk tidur. Lantai atas memang dikhususkan untuk beristirahat, terdapat dua puluh kamar yang bebas bisa dipakai siapa saja. Tidak ada hak milik pada kamar-kamar tersebut. Lantai satu sendiri berisi ruang kumpul yang biasanya langsung disulap dadakan menjadi ruang rapat, dapur, dan kamar mandi.

Sesampainya di kamar, Jeka langsung membaringkan tubuhnya dan tak butuh waktu lama ia sudah berkelana ke alam mimpi.

--JEKA--

JEKA✓Where stories live. Discover now