33. Lamaran

281 53 7
                                    






33. Lamaran.





"Gue harus bilang apanih?" tanya Zefa karena terlalu gugup untuk menjawab lamaran dari Yeza kepada Alna yang duduk disampingnya, padahal seluruh tatapan semua orang yang ada diruangan itu terarah kepadanya dan menunggu jawaban Zefa yang sangat menjadi penentu masa depan antara dirinya dengan Yeza.

Jangankan Zefa yang bingung harus jawab seperti apa, Yeza bahkan lebih gugup dari Zefa karena takut apabila Zefa akan menolak lamaran ini dan malah pergi meninggalkannya.

Alna mendekatkan wajahnya kepada telinga Zefa. "Bismillah, dengan restu dari allah dan ibu saya, saya siap menerima lamaran dari Yeza Gardana. Jawab gitu buruan itu semuanya udah nunggu lo bego," kata Alna yang mulai geram dengan rasa gugup Zefa.

Zefa menarik nafas lalu menghembuskannya dengan pelan.

"Bismillah, dengan restu dari allah dan ibu saya, saya selaku Zefa Adelifian dengan yakin menerima lamaran dari Yeza Gardana untuk menjadi pasangan halal saya." jawab Zefa membuat seluruh wajah tegang yang terpasang menjadi lega.

“Alhamdulillah," seru mereka semua yang ada di ruangan itu bahkan Yeza juga.

Kini adalah saatnya penyerahan seserahan yang dilakukan oleh keluarga Yeza kepada pihak perempuan  yang sehabis itu disusul oleh prosesi bertukar cincin yang dilakukan kedua pihak yaitu Yeza dan Zefa.

Sungguh, Zefa masih tidak percaya dengan apa yang sekarang terjadi dihadapannya. Ia tidak menyangka bahwa ucapan Yeza semalam memang benar dan ia menepati ucapannya tanpa bertele-tele lagi. Dan Zefa semakin kaget ketika matanya menatap kearah empat sahabatnya yang sedang berdiri di samping ibu, siapa lagi kalo bukan Rainike, Jarren, Darren serta Raihan.

Lalu mata Zefa beralih lagi kepada sosok pria yang kini berdiri tepat didepannya dan terus menatap kepada Yeza yang saat ini tengah memasangkan cincin dijari manisnya.

"Aku gak nyangka banget loh ini," bisik Zefa yang kini adalah waktunya untuk memasangkan cincin dijari manis Yeza.


Yeza tersenyum. "Alhamdullilah allah udah ngasih aku petunjuk kalo kamu emang ditakdirkan buat aku dengan cara mempertemukan kita kembali. Toh daripada aku buang-buang waktu dan takut kamu hilang lagi yah langsung aja aku ngikat janji sebagai pasangan dengan resmi dihadapan orang tua kita."

"Seyakin itu kamu ke aku ya," kata Zefa lalu tersenyum.

"Wih yakin banget lah, pake seratus persen. Karna apa? karna kamu adalah orang baik yang selama ini aku tunggu walau sempat diculik waktu sih dengan bikin kita berpisah selama bertahun-tahun. Dan juga aku yakin kalo kamu bakalan jadi ibu terbaik buat anak-anak kita nanti." kata Yeza.

"Ah so sweet," seru seisi ruangan dan yang paling heboh adalah Alna beserta empat curut yang tentu kalian semua tahu siapa.

Zefa dan Yeza tertawa kecil lalu memulai sesi sungkeman kepada orang tua mereka masing-masing.

"Selamat ya ibu dokter, udah taken aja nih sama pak dosen," goda Alna yang datang mendekat kepada Yeza dan Zefa.

"Iyanih, buruan nikahnya. Gue udah gak sabar punya tunangan!" imbuh Darren.

Rainike menyentil mulut Darren. "Lo juga buruan nikah lah!" tukas Rai.

"Lah elo, kapan diseriusin mamas Fardan lo itu heh!" balas Darren.

Alna mencoba menengahi pertengkaran yang jika dibiarkan tidak akan selesai sampai bulan jadi enam. "Udah-udah, kalian gak denger mc bilang apa? ini tuh udah sesi perbincangan kedua orang tua we. Lebih baik kita duduk disana, gak enak ntar dibilang gak sopan lagi." kata Alna.

LOFZEZA JOURNEY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang