Part 4

77 43 0
                                    


~ Happy Reading ~

Aku bukan keset yang selalu bisa welcome kamu walaupun kamu telah melakukan banyak kesalahan.

Kadang, kamu harus berhenti peduli pada keadaan seseorang. Bukan karena kamu ingin mengabaikannya, tapi karena dia sendiri juga tidak peduli.

•¶¶•

Nayla  berjalan di lorong sekolah, menuju kelasnya. Nayla berdiri di ambang pintu kelas. Nayla menatap seluruh murid kelas 10 IPA 2, tidak ada rasa bersalah sama sekali kepada Nayla. Apa mereka melupakan kejadian tadi malam? Sebegitu cepat kah mereka melupakannya?

"Kenapa kalian semua tadi malam, meninggalkan ku di cafe sendirian?." Tanyaku.

Aku bertanya tidak menggunakan nada tinggi atau marah. Aku tidak bisa marah kepada semua orang, walupun orang itu membenciku sekaligus. Kata bunda dan ayahku aku memang tipe  orang pendiam dan lemah lembut kepada orang lain.

"Siapa suruh lama di dalam toilet." Kata salah satu siswi berambut panjang.

Kaki ku melangkah menuju segerombolan murid yang sedang duduk di bangku Nika, murid yang tadi malam pergi ke cafe.

"Kenapa kalian semua terlihat tidak menyukaiku. Sejak dari awal menatapku kalian seperti jijik? Apa ada yang salah dengan penampilan ku?." Tanyaku memberanikan diri.

"Iya. Karena Lo itu kampungan, enggak fasyen banget penampilan lo and Lo juga bukan dari keluarga orang kaya." Kata Nika.

"Yang jelas Lo gak sederajat buat berteman sama kita semua." Kata Jane.

"Kalian lebih milih teman karena kekayaan, bukan ketulusan dalam pertemanan." Tanyaku yang mulai kesal sendiri.

Apa masih ada di dunia ini berteman memandang harta, bukan ketulusan atau kesetiaan dalam pertemanan?
Lagian juga mereka masih sekolah. Apa itu harta mereka? uang mereka? Bukan kan, yang jelas itu hasil jerih payah orang tua kalian.

"Emang kenapa masalah buat Lo." Ucap Aiden

Cowok itu terbangun dari tidurnya. Karena suara Nika dan Nayla yang menggangu waktu tidurnya.
Aiden mendekat ke arah bangku Nika.

"Karena orang miskin kaya Lo." Ucap Aiden menunjuk Nayla.

"Bisanya cuma manfaatin orang yang berduit seperti kita ini." Kata Aiden.

"Tapi gak semua orang seperti itu." Kataku yang mulai terpancing emosi.

Aku tau di dunia ini banyak orang matre. Tapi gak semua orang bersifat matre kan? Pertanyaan yang selalu muncul di dalam otak aku itu cuma. Apa orang miskin tidak bisa berteman dengan orang kaya? Apa orang miskin harus berteman dengan yang sederajat?

"Itu menurut Lo. Kalo menurut kita semua itu iya." Kata Nika.

"Kalian memang dari kalangan orang kaya. Tapi IQ kalian itu rendah. Kalian semua bisa masuk sekolah ini karena bantuan orang tua kalian. Bukan karena kepintaran kalian." Ucapku langsung meninggalkan kelas.

Aku tahu setiap orang tua menginginkan anaknya untuk sukses di masa depan dan menginginkan anaknya menjadi lebih baik. Tapi jika mereka melakukan di jalan yang salah. apa anak itu tidak ikut tersesat?
Mereka pergi ke sekolah hanya untuk bermain-main bukan belajar. Menindas orang sana sini, sampai tidak merasakan seberapa sakitnya orang yang di tindas.

What is your name {End} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang