part 3

78 43 0
                                    

- Happy Reading -

Memang sangat mudah jika kita mencari teman yang bisa diajak tertawa bersama, namun ternyata sangat sulit menemukan teman yang bisa dijadikan sahabat untuk teman berbagi ketika kita sedih berduka.
Kita harusnya tidak saling percaya satu sama lain. Itu adalah satu-satunya cara berlindung dari pengkhianatan.

•¶¶•

Mobil Aiden terhenti di salah satu cafe yang berada di daerah Jakarta.
Jika kalian bertanya, apakah aku senang berduaan di dalam mobil bersama Aiden? Jawabnya, Tidak. Karena dia sangat cuek terhadap ku, bisa saja dia menganggap ku tidak ada di dalam mobil saat itu, walaupun kita satu mobil.

Aku hanya diam menatap pemandangan kota Jakarta dari balik jendela mobil. Pemandangan yang begitu indah untuk di pandang, banyak lampu warna-warni yang berkelip dan banyak kendaraan berlalu lalang.

Aku memasuki cafe tersebut bersama Aiden. Aku berjalan di belakang Aiden. Wah.. cafe yang begitu indah dan megah. Desain interior yang begitu sederhana, dan bertema Susana remaja. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana rasanya makanan yang berada di cafe ini dan harga yang menurutku terlalu mahal.

Apakah kamu pernah pergi ke cafe atau restoran semewah ini?

Tidak. Aku tidak pernah, yang aku pernah kunjungi cuma rumah makan yang sangat sederhana di daerah Jogyakarta. Itu pun harganya tidak sampai 50 ribu. Sangat berbeda dengan harga yang berada di cafe ini.

"Hai... Guys." Kata Aiden menghampiri Nika dan beberapa anak kelas 10 IPA 2.

"Lo datang sama Nayla?." Tanya Jane.

"Seperti yang Lo liat." Kata Aiden, duduk di sebelah Nika.

Sedangkan aku masih dengan posisi berdiri. Aku tidak tahu harus duduk di mana, semua bangku telah penuh.

"Lo enggak malu apa Jalan sama dia?, dari penampilannya aja udah kampungan." Kata Ara.

"Lo mau berdiri kaya patung di situ." Ucap Nika yang menggeser duduknya.

Setelah Nika mengucap itu barulah aku duduk di sebelah Nika.

"Guys kalian bisa pesan sepuasnya. Biar gue nanti yang bayar." Kata Nika tersenyum sinis, ke arah Nayla.

Aku yang mendengar hanya diam, aku tidak berani menatap teman kelasku. Entahlah? Mungkin karena aku belum terlalu kenal dekat dengan mereka.

"Let's start the game, Nayla." Gumam Nika pelan, dengan senyum sinis yang tercetak di bibirnya.

Seseorang pelayanan menaruh makanan di atas meja. Banyak sekali makanan yang mereka pesan, bahkan sampai memenuhi meja saat ini.

Setelah seorang pelayan cafe itu pergi,
Semuanya langsung melahap makanan tersebut. Lihatlah Rizky sekarang, melahap makanan seperti orang tidak pernah makanan satu Minggu. Kalian masih ingat kan dengan cowo gendut kepala botak? Yah dia adalah Rizky.

"Ki, kalo makan bagi-bagi dong, enak aja semuanya Lo embat. Gue juga mau yang itu." Kata Nina cewek berambut pendek.

Rizky yang mendengar hanya menganggap perkataan Nina sebagai angin lalu.

What is your name {End} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang