part 27

24 14 1
                                    


🌴 Happy reading 🌴

Kapan kita menyesal? Ketika kita mengabaikan kesempatan yang datangnya hanya sekali.
Penyesalah itu datangnya selalu di akhir agar kita memiliki waktu yang lebih untuk belajar dari penyesalan menjadi lebih baik.

•¶¶•

Beberapa Minggu kemudian....

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa jam yang lalu. Langkah kakiku terhenti di depan sebuah pemakaman umum.

Aku berjalan masuk membawa bunga di tanganku. Aku masih menggunakan seragam sekolah.

Aku berjongkok di depan batu nisan bertulisan Inah. Aku menaburkan bunga di atas tumpukan tanah.

"Bunda... Nayla rindu sama Bunda. Bunda...  semoga saja aku bisa secepatnya menemukan orang tua kandung ku." Ucapku.

Aku melihat tumpukan tanah yang berada di samping bundaku. Aku menaburkan bunga ke tumpukan tanah. Batu nisan yang bertulisan gino.

"Ayah.... Jaga bunda di sana yah. Aku akan selalu mendoakan kalian dari sini." Ucapku.

"Ayah.... Bunda... Nayla ingin melihat kalian berdua Kembali di hadapan ku. Tapi yang Nayla lihat sekarang hanya tumpukan tanah." Ucapku menatap tumpukan tanah Inah dan Gino satu persatu. Tidak terasa air mata ku jatuh membasahi pipiku.

Aku berdiri berjalan ke arah tumpukan tanah yang tidak jauh dari pemakaman orang tuaku.

Aku membaca batu nisan yang bertulisan ettan Guinandra.

"Hai ettan... Bagaimana kabarmu? Apa kamu di sana mempunyai teman?  Aku harap kamu bisa mendapatkan teman di sana."

"Aku sangat merindukanmu. Merindukan kenangan yang tidak akan pernah, bisa terulang kembali."

"Ettan kamu ingin kata maaf kamu ke Nika terbalas kan. Aku akan berusaha agar Nika bisa memaafkan mu."

"Ettan... Jaga dirimu baik-baik di sana yah. Aku tidak bisa mendengar suara kamu lagi. apa jika aku meminta kamu menjawab pertanyaan ku tadi, apa kamu akan menjawabnya?." Ucapku, air matamu terus saja mengalir membasahi pipiku.

Aku menghela nafas. Percuma juga aku bertanya seperti itu kepada ettan, dia tidak akan pernah menjawabnya.

Tetesan air hujan mengenai tangan Nayla. Nayla yang menyadari nya langsung berdiri.

"Hujan." Gumamku.

Aku berlari meninggalkan area pemakaman umum.

Aku terus berlari di bawah guyuran air hujan. Tiba-tiba sebuah mobil sport melaju dengan kecepatan sedang.

Aku yang berlari hampir saja tertabrak. Untung saja Mobil tersebut mengerem mendadak.

Seorang yang di dalam mobil tersebut, melihat ke arah perempuan yang masih berdiri di depan mobilnya. Dia sangat mengenalinya, siapa perempuan tersebut.

Aiden turun dari mobil nya. Dia mengeluarkan payung. Aiden berjalan ke arah Nayla.

"Lo mau mati? kalo Jalan itu di pinggir jalan bukan di tengah jalan." Kata Aiden.

What is your name {End} Where stories live. Discover now