LTS - 24

64 7 0
                                    

Kondisi Anna kian membaik. Dan Anna sudah di izinkan untuk pulang ke rumahnya namun tetap harus sering kontrol ke dokter.

Rasanya seperti mimpi.

Waktu berlalu begitu cepat. Sekejap mata saja kini Anna sedang mengendong si kembar dan menyusui mereka.

Sekarang kamar Anna dan Gavin di penuhi oleh peralatan dan perlengkapan si kembar. Senang rasanya dan ini seperti tidak nyata namun asli.

Anna sibuk menyusui sikembar sedangkan Gavin hanya sibuk menyantap ketiga orang yang di cintainya. Terus tersenyum melihat ke arah mereka.

"Celin mirip nya ke kamu." ucap Anna.

"Ya dong. Namanya juga anak aku." balas Gavin.

"Iss kok cuman kamu? Kitaa Gavin kita." balas Anna tak setuju.

Gavin tersenyum lebar. " Iya Iya anak kita kok." ucap Gavin mengalah.

" udah siap?" tanya Gavin.

"Belum nih anak anak aja gak mau lepas."

"Hmm.. Gimana rasanya nyusu?" tanya Gavin penasaran.

"Entah lah. Kamu rasain aja sendiri." ucap Anna ngasal.

"Hah? Aku gak ada susu Anna." balas Gavin.

"Ya cari." balas Anna lagi.

Gavin mengerutkan dahinya. Anna menatap Gavin aneh.

Ting tong...

"Udah ah sana. Ada tamu." usir Anna.

Gavin cemberut. Lalu dengan berat hati pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Hai" sapa Lydia girang. Gak sabar ingin bertemu dengan adek kembar.

"Hai Lydia ayo masuk." ucap Gavin ramah.

Lydia memasuki rumah itu lalu meletakan barangnya asal dan berlari menuju kamar.

"Anna!!" sapa Lydia senang.

"Lydia!" panggil Anna tak sangka lalu segera memeluk Lydia erat.

"I miss you so bad." ucap Anna

"Me too."

Keduanya melepaskan pelukannya.

Lydia tentu langsung mengalihkan perhatiannya kepada Celin dan Celena.

"Lihat, lucunya ya ampun." ucap Lydia gemas. "Bawa pulang satu boleh?" tanya Lydia memasang puppy eyes.

"Enak aja. Lahirin sana sendiri." balas Anna tak terima.

"Cih pelit."

"Makanya cepat nikah kamu biar cepat kawinnya siap tuh muncul deh bocil bocil ini." ucap Anna enteng banget.

"Ngomong gampang iya. Pas prakteknya susah." balas Lydia tak terima.

"Praktek apa?"

"Ck, yang kamu bilang tuh la nikah sampai punya anak. Kamu kira gampang hah?"

"Halah, bilang aja masih jomblo." ucap Anna mengusiknya.

"Tau ah. Bodo amat dah." balas Lydia tak acuh lalu kembali bermain dengan si kembar.

Hari pun berganti. Sehari hari kehidupan Anna berubah total semenjak lahiran.

Selalu bergadang, gak ada waktu untuk urusin diri sendiri, cafe,  dan banyak lagi deh.

Untungnya ada mommy yang selalu membantu Anna dalam mengurusi kembar terkadang mama juga datang. Dan mereka gemes banget melihat celin dan celena.

Sudah beberapa minggu Anna melakukan pemulihan di rumah dan saat nya Anna kembali ke rumah sakit untuk membuka jahitan.

Awalnya Anna hendak pergi sendiri dan tidak mau merepotkan siapa pun. Namun gagal. Gavin bersikeras ingin menemaninya tak peduli sesibuk apapun dia saat ini. See? How sweet!

Dokter mulai mengambil beberapa peralatan yang akan di gunakan untuk membuka jahitan seketika nyali Anna menciut dan bergetar.

"Santai ya,  ini gak sakit kok." ucap sang dokter sambil mengoles kan alkohol.

Namun Anna tetap tegang akan hal itu.

Tak lama sesi pengambilan benang selesai. Kini mereka hendak membeli suatu makan karena sejak tadi belum sempat mengisi perut mereka.

Mobil Gavin terparkir di depan sebuah cafe yang tampilannya lumayan sederhana namun menenangkan. Mereka segera memesan beberapa makanan yang pengen di makan.

"Permisi, ini pesanan nya yaa silahkan dinikmati." ucap salah satu pelayan restoran di sana dengan ramah.

"Thank you." balas Anna ramah juga.

Pasangan itu menyantap makanan mereka sambil melakukan chit - chat singkat layaknya seperti pemuda pemuda yang sedang menjalani hubungan.

Suatu benda tiba tiba bergetar hebat di balik celana Gavin.

Gavin mencoba mengeluarkannya.

Mama is calling..

Tanpa basa basi Gavin pun menjawab panggilan itu.

"Halo ma? Ada apa?"

Gavin?  Kalian dimana? 

"Lagi makan ma? Si kembar rewel ya?" tanya ku spontan.

Bukan Vin. Sofia. Dia pulang.

"Dia sudah tau ma hubungan aku dengan Anna. Jadi mama tenang aja yah."

Bukan vin. Dia Ellena.

Mata Gavin membola sempurna setelah mendengar perkataan mama. Tentu saja Anna di buat khawatir.

"Aku pulang sekarang. Tolong mama tahan dulu Sofia jangan sampai dia pegang si kembar." ucap Gavin panik dan perasaan yang campur aduk.

Gavin menutup ponselnya lalu bergegas kembali dan di susul Anna yang masih bingung dengan kondisi yang sedang terjadi.

"Gavin!" panggil Anna

"Gavin!  Tunggu!" ucap Anna mempercepat langkahnya. Dia masih belum berani untuk lari.

"Kenapa?" tanya Anna heran.

"Sofia, maksudku Ellena." ucap Gavin cukup membuat Anna shock dan khawatir degan si kembar.

"Pulang Gavin. Celin Celena di rumah. Ayo pulang." ucap Anna mulai meneteskan air mata. Rasa takut kembali menyelimuti mereka.

Sepanjang jalan mereka terus berdoa agar tidak terjadi apa apa kepada mama, mom dan sikembar. Dan Gavin langsung menelepon sahabatnya Max dan memberi tau kondisi saat ini.

Perjalan terasa begitu lama, tidak seperti biasanya. Dan akhirnya sudah berada di depan rumah. Anna langsung berlari kedalam rumah di susul Gavin dengan panik.

"Ma!" panggil Anna

"Mama! Mom! " panggil Anna lagi tapi tidak ada sahutan.

Anna segera mengecek kamar.

"Hi sister!" sapa Sofia sinis. Lebih tepatnya Ellena.

"Mau apa kamu?!" tanya Anna takut.

"Menurut mu?"

🌸🌸🌸

BRIANNA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang